Utang Negara, Mekanisme dan UU

Oleh: A Eko Cahyono

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Posisi utang pemerintah Indonesia yang telah mencapai Rp 1.944,14 triliun atau naik Rp 140,65 triliun hingga Mei 2012 dinilai cukup fantastis. Apalagi posisi utang ini mengalami kenaikan cukup signifikan dari posisi akhir 2011 yang hanya sebesar Rp 1.803,49 triliun.

Yang cukup mengejutkan, meski utang sudah menggunung. Namun pemerintah bukan berusaha menguranginya. Tapi malah berencana menambah utang baru senilai Rp 134 triliun untuk pembiayaan anggaran. Tercatat, sekitar 80% dari total utang berasal dari investor dalam negeri.

Oleh karena itu untuk mengerem agar tak kecanduan utang. Maka perlu dipikirkan, apakah DPR perlu membuat undang-undang (UU) yang mengatur prosedur pelaksaan pinjaman hutang luar negeri. Dengan tujuan, agar Indonesia tidak terjebak dalam gali lobang tutup lobang. Intinya, pemerintah tidak gampang menebar hutang.

Saat ini mungkin masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa utang pemerintah sudah hampir menyentuh angka Rp 2.000 triliun. Tentu saja ini merupakan sebuah angka yang sangat mengejutkan.  Apalagi selama ini tak ada kontrol yang ketat terhadap penggunaan utang. Sehingga publik tak tahu, seberapa besar efektifitas utang itu untuk menggerakkan perekonomian.

Masalahnya, dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 7.400 triliun, rasio utang negara ini sudah mendekati 25% dari batas ketentuan 30% PDB. Setiap tahun utang pemerintah Indonesia terus bertambah. Kewajiban pembayaran utang per tahun adalah Rp 150 triliun. Celakanya, pemerintah membayar cicilan utang itu dengan menarik utang baru.

Ada baiknya pemerintah segera menyelesaikan masalah utang di masa lalu supaya tidak terus membebani rakyat. Misalnya masalah bantuan Likuiditas Bank Indonesia ( BLBI) yang  memicu ketidakadilan dan memiskinkan rakyat Indonesia. Setiap tahun uang pajak rakyat terus terkuras sedikitnya Rp 60 triliun untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo pada 2033 itu

Jika masalah utang itu beres, maka pemerintah dapat mengurangi defisit anggaran belanja setiap tahun. Sekadar diingat, kata dia, saat ini saja defisit anggaran untuk tahun 2013 sedah mencapai 1,3% hingga 1,9% dari PDB. Ketergantungan pemerintah terhadap utang juga harus dikurangi dan bahkan distop agar bangsa ini lebih mandiri dan bermartabat

Ketergantungan pemerintah terhadap utang juga harus dikurangi dan bahkan distop agar bangsa ini lebih mandiri dan bermartabat. Salah satu caranya, Pertama, pemerintah harus melakukan efisiensi di berbagai kementerian dan  lembaga. Efisiensi dapat dimulai dari hal-hal kecil hingga ke yang besar. Kepala instansi pemerintah harus memberi contoh pada bawahan soal efisiensi ini.

Kedua, gunakan anggaran negara sesuai skala prioritas kebutuhan dan bukan keinginan pribadi. Belanja seperlunya saja. Sehingga anggaran tidak selalu habis dan terus meningkat setiap tahun. Ketiga, pemerintah harus memanfaatkan sumber daya alam dan mengelolanya secara profesional. Kemudian hasilnya digunakan untuk menutup utang.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…