Di Jabotabek - Penjualan BBM Bersubsidi Diklaim Turun 2,4%

NERACA

Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan program penghematan dengan menekan konsumsi BBM premium melalui kendaraan dinas pemerintah awal Juni lalu mulai terasa dengan turunnya konsumsi premium 2,4%. "Mengenai penghematan energi, sudah kelihatan angkanya. Satu bulan kemarin sudah kelihatan di Jabodetabek penjualan premium turun 2,4%. Tapi penjualan Pertamax naik 8,5%," kata Menteri ESDM Jero Wacik di Jakarta, Kamis (28/60)

Lebih jauh kata Jero, dengan adanya penurunan konsumsi BBM premium atau BBM subsidi menandakan bahwa telah terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap BBM tersebut. "Itu artinya sudah mulai geser. Orang sudah mulai beli Pertamax. Ini hasil yang kelihatan, karena baru satu bulan,” tambahnya.

Tentu saja, lanjut Jero, pihaknya berharap kebijakan ini bisa berdampak luas. Sehingga gejolak di Kalimantan tak lagi berulang. “Kalau terus menerus akan bagus. Kemudian di kalimantan antrean mulai tidak panjang lagi, sebab diberikan tambahan BBM non subsidi. Juga sekarang ada SPBU mobil, truk yang jadi SPBU," ujarnya

Dalam kesempatan ia juga mengatakan akan segera menyampaikan kabar terbaru soal kisruh kenaikan harga gas. "Soal gas, nanti saya umumkan. Pasti akan menyenangkan bagi industri, menyenangkan PGN dan menyenangkan bagi hulu," tegasnya.

Sementara itu, anggota Komite Badan Pengatur Kegitan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim mengungkapkan turunnya harga Pertamax beberapa bulan terakhir membuat konsumsi BBM non subsidi ini meningkat. Dalam 15 hari konsumsi Pertamax di Jabodetabek naik 13,8% atau sekitar 97.000 liter. Hal ini juga didorong adanya pembatasan BBM subsidi khususnya untuk kendaraan dinas pemerintah.

Bahkan kata Ibrahim, untuk konsumsi Premium pada periode 1-15 Mei 2012 sebesar 10.049 KL. Tercatat pada periode 1-15 juni 2012 turun sebesar 0,7% atau sebesar 9.977 KL dengan penurunan konsumsi sebesar 72.000 liter. "Penurunan konsumsi Premium dan kenaikan konsumsi Pertamax tersebut berdasarkan data penjualan di 20 titik SPBU Coco (Company Owned, Company Operated) di Jabodetabek," ujarnya

Ibrahim bilang, penurunan konsumsi premium dan peningkatan konsumsi Pertamax di Jabodetabek ini disebabkan karena harga Pertamax yang terus mengalami penurunan harga. Juga akibat adanya pemberlakuan Permen nomor 12 tahun 2012 yang mengatur kendaraan pemerintah dilarang membeli BBM subsidi (Premium/Solar). "Memang dari sempel yang diambil pada SPBU yang representatif menunjukkan ada penurunan konsumsi premium sebaliknya ada peningkatan konsumsi Pertamax. Hal ini akibat dari penurunan harga yang cukup signifikan dan adanya pemberlakuan Permen 12/2012 di wilayah Jabodetabek sejak 1 Juni 2012," tandasnya. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…