Direktur Eksekutif Wafaa Indonesia : Izzudin Abdul Manaf - For Better Life Dalam Sisi Kemanusiaan

NERACA

Dengan semangat mewujudkan visi dan misi dalam pengembangan dan pembangunan kapasitas para pengungsi dan korban penjajahan secara profesional dan transparan, Wafaa Indonesia terus berkiprah membangun kapasitas bagi korban penjajahan, instabilitas nasional dan bencana alam.

Adalah Izzudin Abdul Manaf, Direktur Eksekutif Wafaa Indonesia sosok di balik berdirinya lembaga nirlaba pada 16 April 2009 lalu. Pembentukan Wafaa Indonesia merupakan tindak lanjut dari Konferensi Kemanusiaan Internasional untuk membantu korban penjajahan pada November 2008 di Jakarta. “For a Better Life,” demikian tema yang diusung organisasi berskala internasional ini.

Dalam menjalankan segudang program pembangunan kapasitasnya, Wafaa membidik tiga bidang utama. Yaitu sumber daya manusia (human resources-HR) yang berpusat di Indonesia, sumber daya finansial (financial resources-FR) yang berpusat di London-Inggris, dan sumber daya wanita (woman resources-WR) yang berpusat di Austria.

“Perang, bencana alam, dan instabilitas nasional, membuat hidup masyarakat tidak menentu dan sulit untuk bertahan,” terang Izzudin, dalam kondisi seperti itu maka dibutuhkan lembaga yang konsisten dalam penanganan pembangunan kapasitas bagi para korban, “Pembangunan kapasitas ini merupakan program jangka menengah dan panjang,” ujar Izzudin akrab ia disapa.

Selain membantu warga Palestina, Wafaa juga membantu masyarakat Indonesia. Pria kelahiran Kota Lamongan 16 Mei 1971 silam ini mencontohkan penyaluran dana yang dilakukan Wafaa dengan menjalin kerja sama dengan Mozaik micro finance bagi pemberdayaan usaha kecil di Jawa Barat.

“Kami pun bekerja sama dengan Islamic Development Bank (IDB) yang memiliki misi serupa dalam mengurangi angka kemiskinan. Kami berupaya membuka banyak kerja sama dalam mewujudkan visi dan misi Wafaa,” papar Izzudin. Wafaa menetapkan sembilan negara sasaran, yaitu Indonesia, Bangladesh, India, Libanon, Palestina, Sudan, Mesir, Brazil dan Chili.

Dalam kegiatan penyaluran dana, Wafaa menilai transparansi bantuan korban bencana alam, konflik sosial, ataupun perang dan masyarakat miskin menjadi harga mutlak. Terlebih Wafaa telah mengembangkan Online Microfinancing.

“Mungkin ini yang kali pertama di dunia. Penggalangan dana dan penyaluran yang sesuai dengan prinsip syariah,” jelas Izzudin. Dengan system online maka masyarakat dapat berpartisipasi. “Dana pun dapat terhimpun dari seluruh dunia,” ungkapnya.

Wafaa Online adalah sebuah situs internet untuk membantu peningkatan kapasitas para pengungsi korban bencana alam, konflik sosial, perang, serta masyarakat miskin lain.

“Jika selama ini para donatur tidak mengetahui secara pasti pihak yang dibantu,” kata Izzudin, maka melalui situs ini donatur yang ingin membantu dapat melihat dan memilih langsung orang yang akan dibantu sehingga penyalurannya lebih transparan.

Sosok yang memiliki empat orang putra, yaitu Sabrina Hannani, Syaurah Haninah, Syahmi Hamdani, dan Syabil Wafi Ahdi, buah pernikahannya dengan Eva Julianti ini menerangkan beberapa langkah yang dilakukan Wafaa Indonesia dalam mewujudkan visi dan misinya. Pertama, membantu pengembangan usaha kecil dengan melakukan rehabilitasi dan menghidupkan kembali usaha pengungsi dan korban penjajahan. Kedua, menumbuhkan dan menyebarkan semangat kemandirian. Ketiga, meningkatkan daya saing produk local.

Keempat, mengembangkan dan meningkatkan motivasi, kreativitas, dan inovasi dengan mengadopsi ide-ide bisnis baru melalui keuangan, rehabilitasi, dan pelatihan. Kelima, membangun hubungan dan komunikasi melalui pembiayaan dalam rangka membangun kapasitas individu. Keenam, memberikan pelbagai pelatihan serta beasiswa jenjang S1, S2, dan S3 bagi para pemuda korban penjajahan, dan ketujuh merehabilitasi wanita korban penjajahan pasca trauma dan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan.

Lembaga yang dibentuk melalui penerapan prinsip dan keyakinan, bahwa kemitraan, tidak seperti sumbangan, pinjaman mendorong hubungan berdasarkan kemitraan. Namun hubungan kemitraan selalu ditandai dengan martabat dan sikap saling menghormati.

Sikap tanggung jawab, yang berbeda dengan hibah atau sumbangan, namun pinjaman yang menciptakan rasa tanggung jawab hingga pinjaman yang diberikan lunas dikembalikan. Dan transparansi, Wafaa adalah sebuah program terbuka yang memungkinkan negara maju dan berkembang di dunia untuk berkomunikasi secara bebas, begitu pun antara para pemberi pinjaman dan peminjam.

“Kami pun berprinsip bila keadilan dalam distribusi. Artinya kami akan memastikan distribusi proyek dan penerima manfaat secara adil dan transparansi, tanpa membedakan etnis, ideologis, atau golongan,” tegas Izzudin.

Wafaa pun memegang teguh prinsip demokrasi sesuai hukum yang berlaku, “Wafaa mempraktikkan demokrasi dan mendorong individu untuk mendapatkan manfaat dari online microfinancing website, dengan memposting kebutuhan mereka, mengambil keuntungan dari peluang yang tersedia, dan membentuk kelompok individu untuk membantu orang lain yang membutuhkan secara transparan dan bertanggung jawab,” ungkapnya.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…