Mewaspadai Hipogonadisme pada Pria

 

NERACA

Kaum pria diimbau untuk mewaspadai hipogonadisme, yaitu keadaan di mana terjadi penurunan kadar hormon laki-laki atau testosteron karena dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi, massa lemak tubuh, menurunnya libido, massa dan kekuatan otot serta terjadinya osteoporosis.

Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Dr. dr. Pradana Soewondo mengatakan,“Hipogonadisme dijumpai jika didapatkan konsentrasi hormon testosteron yang rendah atau kerja hormon testosteron yang tidak adekuat,” tuturnya.

Apabila anak sudah berumur 15-17 tahun tapi secara fisik belum terlihat kumis atau rambut halus, penis tidak berkembang, suara kecil, tidak ada jerawat pada wajah atau tidak ada tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan seksual lainnya, maka perlu diwaspadai terjadinya hipogonadisme.

Hormon ini akan merangsang testis untuk menghasilkan hormon testosteron. Keadaan ini dikenal dengan sebutan hipergonadotropik-hipogonadism. Ada beberapa penyakit yang menyebabkan hipogonadisme primer, yaitu testis yang tidak turun, infeksi pada testis atau trauma karena kecelakaan, dikebiri serta komplikasi penyakit gondongan.

Sedangkan, sekitar 40% pasien obes yang bukan diabetes mempunyai kadar testosteron di bawah normal. "Pada diabetes dengan obes, 50% akan mengalami penurunan kadar testosteron,” tuturnya.

Menurut dia, hipogonadisme pada anak laki-laki, sebelumnya harus dicari dahulu penyebabnya, apakah ada penyakit lain yang menyertai. Jika diperlukan, keadaan ini dapat diobati dengan pemberian hormon testosteron sintetik.

Berbicara mengenai kanker tiroid, Prof. Dr. Johan S.Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN, Ketua Kelompok Studi Tiroid di PERKENI, pada kesempatan yang sama mengatakan, kanker tiroid merupakan suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat tipe, yaitu papiler, folikuler, anaplastik atau meduler.

Jarang sekali kanker ini mengakibatkan adanya pembesaran kelenjar tiroid yang berlebihan, sehingga sering tidak disadari karena tidak mengganggu. Kanker pada kelenjar tiroid ini menyebabkan pertumbuhan nodul atau benjolan sebesar kelereng yang tidak menimbulkan nyeri.

Benjolan yang tumbuh sebagai nodul pada kelenjar tiroid umumnya jinak. Cara mengetahui adanya benjolan tiroid adalah dengan meraba daerah leher yakni jakun (adam’s apple) pada pria. Perlu waspada apabila terdapat benjolan di leher yang ditandai dengan rasa nyeri pada saat menekan leher.

Benjolan pada kelenjar gondok akan ikut gerak menelan pada saat kita menelan air liur. Selain itu, disertai suara serak karena nodul yang tumbuh agak menekan ke dalam tenggorokan.

“Sekitar 10-20% pasien yang berobat di klinik endokrin merupakan pasien dengan kelainan tiroid dan sebanyak 5% sampai 10% dari kasus tersebut bersifat ganas dan penyebabnya belum jelas diketahui,” tuturnya.

Pria yang berusia di atas 50-60 tahun, angka keganasannya tinggi karena stimulasi hormone TSH nya berbeda. Kita harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya keganasan pada nodul tiroid apabila sifatnya padat, keras dan isinya bukan cairan (kistik), jumlahnya hanya satu dan yang tiba-tiba mengalami pertumbuhan yang cepat.

Walaupun demikian, kanker tiroid tidak perlu ditakuti karena progresivitasnya yang lambat dan tingkat kesembuhannya tinggi, dijelaskannya lebih lanjut. Untuk mengurangi angka kekambuhan dan memperpanjang harapan hidup pasien kanker tiroid, seperti dijelaskan Prof. Johan, bahwa perlu dilakukan pengelolaan terpadu dengan berbagai cara.

Pertama, untuk mengetahui adanya keganasan kelenjar tiroid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid dan pertanda tumor yaitu memeriksa TSH, T3, dan T4, Tiroglobin dan Kalsitonin.

Juga dilakukan foto polos leher. Kedua, untuk memastikan benjolan di leher perlu dilakukan biopsy jarum halus, yaitu mengambil sedikit cairan yang terdapat pada benjolan dengan menggunakan jarum yang sangat halus yang tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebih, yang akan mendiferensiasi benjolan tersebut.

Setelah jelas jenis kanker yang terkandung pada benjolan ini, kemudian akan dilakukan operasi (thyroiddectomy) untuk mengangkat jaringan tumor beserta seluruh kelenjar tiroidnya.

 

BERITA TERKAIT

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…