Industri Komponen Otomotif Ketergantungan Bahan Baku Impor

NERACA

 

Jakarta - Industri komponen otomotif mengalami ketergantungan impor pada bahan baku. Karena itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pemerintah segera menyelesaikan pasokan dan ketersediaan bahan baku untuk kelangsungan industri komponen otomotif di dalam negeri.

“Selama ini kebutuhan bahan baku untuk komponen otomotif sebagian besar terpenuhi melalui impor,” jelas Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Riset dan Tehnologi Bambang Sujagad di Jakarta, Selasa (19/6).

Menurut dia, industri baja di dalam negeri sesungguhnya mampu dan siap memenuhi kebutuhan baku industri komponen dalam negeri meski ada anggapan belum sanggup memproduksi sesuai spesifikasi diperlukan. “Untuk itu kami meminta pemerintah menertibkan pasokan bahan baku disinyalir banyak dikendalikan pihak tertentu sehingga industri komponen otomotif menjadi ketergantung impor,” jelasnya.

Selain persoalan pasokan bahan baku, Bambang juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan akses pendanaan perbankan berbunga rendah. Hambatan lain yang berkenaan dengan kegiatan ekspor dan impor kata dia adalah  perpajakan serta tidak leluasanya industri komponen memasok produknya ke berbagai customer, karena adanya kebijakan tak tertulis dengan para industri besar otomotif dan lain sebagainya.

Selain itu, Bambang juga menilai saat ini sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspor. "Tahun ini, peluang UKM Indonesia untuk melakukan ekspor cukup tinggi, khususnya ke negara-negara Timur Tengah," kata Bambang.

Bambang mengungkapkan barang-barang yang memiliki peluang besar untuk diekspor ke Timur Tengah, antara lain makanan, minuman dan barang-barang kerajinan. Menurut Bambang, tidak ada banyak hambatan atau kendala yang dihadapi dalam melakukan ekspor ke negara-negara Timur Tengah. "Karena kebanyakan negara-negaranya merupakan negara yang bebas pajak. Selain itu, persaingan di negara-negara tersebut juga tidak terlalu ketat, biasa saja," kata Bambang.

Bambang menuturkan saat ini yang sebenarnya memiliki peluang ekspor terbesar adalah Industri Kecil dan Menengah (IKM), terutama industri komponen mobil. "Sebagian besar mobil yang dikirim ke Timur Tengah, 80 persen komponennya merupakan buatan lokal. Jadi, produk kita yang diekspor ke sana (Timur Tengah) sudah dalam bentuk jadi, bukan lagi berupa komponen murni. Komponen murni yang diekspor ke Timur Tengah kurang diminati karena hanya terdapat sedikit perusahaan perakitan atau assembling di kawasan tersebut," ujar Bambang.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…