Penderita Diabetes Rentan Terkena Neuropati

Kadang-kadang orang tidak tahu apa penyebab neuropati, tetapi dalam banyak kasus neuropati disebabkan oleh kondisi yang dikenal trauma atau cedera, sedangkan pada penderita diabetes sangat rentan terhadap penyakit ini.

NERACA

Prevalensi penderita diabetes sangat rentan terhadap penyakit neuropati, sudah mencapai 50% penderita diabetes yang terkena penyakit neuropati, bukan hanyak penderita diabetes saja neuropati juga menyerang orang yang mengalami defisiensi vitamin B1, B6 dan B12, ujar Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi, Dr. Manfaluthy Hakim, di Jakarta.

Neuropati adalah kondisi gangguan dan kerusakan saraf yang disebabkan oleh trauma pada saraf, atau yang disebabkan karena efek samping dari suatu penyakit sistematik, pada dasarnya penyakit neuropati dialami oleh orang yang berusia 40 tahun ke atas.

Hakim mengatakan, gejala pada penderita neuropati penderita akan mengalami gangguan pada saraf perifer, saraf sensorik, dan pakan pesan (rangsangan) ke otak dan sumsum tulang belakang, sehingga Anda merasakan sensasi tertentu. Sebagai contoh, ketika Anda menusuk jari Anda, saraf sensorik mengirimkan informasi ini ke otak dan Anda akan merasakan sensasi yang tajam. Seseorang dengan kerusakan saraf sensorik mungkin merasa mati rasa dan bukan nyeri.

Kadang-kadang orang tidak tahu apa penyebab neuropati mereka (idiopatik neuropati), tetapi dalam banyak kasus neuropati disebabkan oleh kondisi yang dikenal trauma atau cedera. Sedangkan penderita umum dari neuropati diabetes, kerusakan saraf yang diakibatkan oleh kadar gula darah tinggi terlihat pada diabetes.

Hal ini sering disebut neuropati perifer karena mempengaruhi sistem saraf perifer. Ini adalah jaringan saraf yang berjalan keluar dari otak dan sumsum tulang belakang (yang bersama-sama membentuk sistem saraf pusat) dan membawa impuls dari dan ke seluruh tubuh, seperti tungkai dan organ. Saraf perifer bertanggung jawab untuk indra tubuh dan gerakan.

Karena saraf perifer mengirimkan sinyal ke bagian-bagian yang berbeda begitu banyak tubuh, gejala neuropati dapat bervariasi tergantung di mana saraf yang rusak. Sebagai contoh, kerusakan pada saraf yang menuju ke otot (saraf motorik) dapat menyebabkan kelemahan otot atau, dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim, membuang-buang otot dan kelumpuhan.

Neuropati dapat diderita oleh siapapun. Risiko ini semakin besar pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, penderita diabetes sangat rentang terhadap penyakit neuropati, bahkan faktor keturunan dari keluarga juga bisa menyebabkan neuropati. Orang tua yang menderita neuropati sebagian kecil akan terkena pada anak-anaknya, ujarnya.

Tambahnya, pergaulan bebas juga tidak mungkin akan terkena neuropati, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan yang menjadi sangat rentan terhadap penyakit ini.

Hakim mengatakan secara umum, neuropati sering kali tidak disadari sebagai penyakit, melainkan dipandang sebagai kondisi yang umum terjadi pada manusia.

"Padahal jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu mobilitas si penderita," ujarnya.

Dengan penanganan yang salah pada penderita neuropati, akan berpotensi menimbulkan komplikasi-komplikasi lain, sedangkan pada pasien diabetes akan mengalami risiko terjadinya neuropati semakin bertambah besar, sejalan dengan bertambahnya usia dan durasi penyakit diabetes yang dideritanya.

Dia mengatakan, banyak penyakit pada sistem saraf perifer dapat hadir sama dengan masalah otot (miopati), dan jadi penting untuk mengembangkan pendekatan untuk menilai gangguan sensorik dan motorik pada pasien sehingga dokter dapat membuat diagnosis yang akurat.

Cara Mencegah

Hakim mengatakan, untuk mencegah neuropati, diperlukan pola hidup yang benar. Apabila menderita penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan jantung, maka manajemen penyakit agar terkontrol juga sangat penting. Agar sistem saraf dapat bekerja dengan baik, dan untuk membantu mencegah terjadinya komplikasi pada pasien diabetes.

"Tubuh membutuhkan nutrisi yang seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh seperti otak, otot, saraf tepi dan fungsi lainnya,” tuturnya.

Menurut dia, saraf kita sangat bergantung pada suplai vitamin B yang memadai dan sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin B. Vitamin B sangat penting untuk melindungi dan meregenerasi saraf.

Vitamin neurotropik berfungsi menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolism sel saraf, dengan memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Vitamin ini juga terlibat dalam metabolism energi sel, sehingga dapat dipakai untuk mengatasi kelelahan dan membantu dalam masa penyembuhan penyakit. Asupan vitamin B12 yang lebih banyak sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin B12 yang masuk ke tubuh, hanya diserap kurang dari 2% asupannya, tuturnya.

Hakim mengatakan, selain memenuhi asupan tubuh dengan vitamin neurotropik, penting pula dilakukan pemeriksaan kondisi tubuh secara berkala sehingga dapat mendeteksi gejala neuropati secara dini dan dapat ditangani supaya tidak menjadi lebih parah.

Sedangkan, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia (Perdossi) Pusat dan Konsultan Neurologis, Prof. Dr. dr. Moh Hasan Machfoed mengatakan, “Perdossi memiliki kewajiban untuk melakukan kewajiban untuk melakukan sosialisasi tentang penyakit-penyakit susunan saraf kepada masyarakat.

Langkah yang dilakukan adalah dengan sosialisasi, termasuk edukasi di dalamnya, diharapkan masyarakat memiliki kemampuan mengenal penyakit dan berperilaku sehat untuk mencegah penyakit.

Business Unit Director Merck Serono Herlina Harjono mengatakan pihaknya berkomitmen untuk senantiasa mengedukasi masyarakat mengenai isu kesehatan, yang kali ini mengetengahkan mengenai bahaya neuropati.

"Neuropati merupakan kondisi yang selama ini diabaikan oleh masyarakat, padahal kondisi ini berpotensi menyerang siapa saja, namun pencegahannya sangat mudah," ujarnya.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…