Selamatkan "Ampas" BPPN Bernilai Triliunan

NERACA

Jakarta—Pemerintah harus mengusut tuntas hilangnya sejumlah aset negara eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Alasanya berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat sekitar Rp 38,11 triliun aset eks BPPN yang belum diselamatkan. “Saya kira, perlu diselamatkan aset ampas eks BPPN ini. Kalau  aset negara yang lenyap bisa kembali, saya kira bisa memberikan dampak positif bagi APBN,” kata Anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI, Abdilla Fauzi Achmad, di Jakarta, Senin (4/6).

BPK juga menyatakan pencatatan aset eks BPPN  masih amburadul, akibat kelemahan dalam perhitungan dan penilaian aset eks BPPN, walau ada sebagian kini dialihkan ke PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Aset eks BPPN yang telah diserahkan kepada  Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) senilai Rp 11,18 triliun tidak didukung oleh dokumen sumber yang valid.

Masalah yang lain yaitu aset eks BPPN berupa properti sebanyak 917 item belum dinilai. “Kita tentu sangat prihatin jika aset eks BPPN itu benar-benar hilang tak berbekas,” tegas Fauzi.

Raibnya aset eks BPPN ini jelas dia menggambarkan penanganan aset eks BPPN masih amburadul akibat kelemahan perhitungan penilaian oleh oknum pejabat yang berwenang saat itu. Karena itu, Fauzi meminta pemerintah agar serius mengusut kasus ini.  “Ongkos penyehatan perbankan kita memang mengusik rasa keadilan rakyat karena biaya krisis tersebut dipikul oleh rakyat Indonesia lewat APBN. Sementara segelintir bankir, pengusaha dan pejabat serta mantan pejabat yang telah berpesta-pora dengan uang tersebut, hampir semua justru masih berkeliaran bebas,” jelas dia.

Hingga saat ini kata anggota Komisi XI DPR F-Hanura, pemerintah terbebani bunga obligasi rekap setiap tahun sekitar 60 triliun rupiah yang pada akhirnya membuat kondisi APBN tidak sehat, terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. “BLBI dalam jumlah besar yang sudah dikucurkan menjadi beban seluruh rakyat. Karena untuk menutupi BLBI itu, pemerintah menerbitkan obligasi yang pokok dan bunganya dibayar APBN. Ini jelas tidak adil,” tegasnya

Untuk itu, Fauzi berharap agar Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) agar berusaha maksimal mengembalikan uang negara yang diterima perbankan melalui fasilitas BLBI tanpa melupakan kasus korupsi uang negara  lainnya.

Menurut Fauzi, penuntasan kasus BLBI akan menjadi pintu masuk guna mengusut kasus bailout sejumlah Rp 653,8 triliun. Apalagi, pengusutan kasus korupsi semakin terbuka lebar setelah dunia internasional menyatakan kejahatan korupsi sebagai "extra ordinary crime" atau kejahatan yang luar biasa. Makanya, perlu terobosan yang luar biasa pula. Tanpa ada terobosan yang berani dari KPK, mustahil BLBI bisa tuntas,” tukasnya

Selain langkah hukum,  langkah penuntasan BLBI harus dibarengi dengan upaya  menuntut kekurangan pembayaran sejumlah obligor BLBI yang nilai asetnya ternyata lebih rendah dari nilai aset yang tercantum ketika aset tersebut diserahkan. “Saya desak, para pengemplang BLBI untuk mengembalikan uang negara yang telah dinikmatinya. Berhentilah membebani rakyat Indonesia dengan pembayaran kewajiban utang yang bahkan tidak sedikitpun mereka rasakan,” tegas dia.

Bahkan Fauzi meminta pemerintah dan kita semua harus tegas, apalagi mereka yang mendapat BLBI sudah banyak yang jadi kaya raya lagi. Padahal, mereka yang kaya raya itu, ada sebagian yang memakan duit rakyat lewat BLBI .”Beban utang negara akibat BLBI harus ditanggung sampai puluhan tahun ke depan. Keuangan negara menderita kerugian luar biasa, ketidakadilan terus berlanjut. Dan saya kira, saatnya wewujudkan rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,"  pungkasnya. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global

Thailand Industrial Business Matching 2024 akan Hubungkan Industri Thailand dengan Mitra Global NERACA Jakarta - Perekonomian Thailand diperkirakan akan tumbuh…

SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

  NERACA  Jakarta – Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan…

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta

Tumbuh 41%, Rukun Raharja (RAJA) Cetak Laba USD8 Juta NERACA Jakarta - PT Rukun Raharja, Tbk (IDX: RAJA) telah mengumumkan…