Nilai Ekspor Rotan Januari-Mei Capai US$92,30 Juta - Pemerintah Terus Dorong Hilirisasi Industri Rotan

NERACA

 

Jakarta - Latar belakang diterapkan kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan adalah karena selama lima tahun terakhir (2007-2011), perkembangan ekspor furnitur terus mengalami penurunan dengan tren negatif sebesar 14,05%. Nilai tertinggi ekspor furnitur dicapai pada 2007 yakni sebesar US$353,19 juta, namun selanjutnya terus mengalami penurunan hingga tahun 2011 yang hanya tercatat sebesar US$199,89 juta.

Seperti diketahui oleh khalayak, Indonesia merupakan penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia, yaitu sebesar 85%. Namun, pemerintah menginginkan agar Indonesia tidak hanya menjadi produsen bahan baku terbesar, tetapi juga menjadi produsen produk jadi rotan utama dunia. Kebijakan penutupan ekspor bahan baku rotan ternyata telah memberikan hasil nyata yang positif bagi perekonomian Indonesia.

Pemerintah bercita-cita menjadikan Indonesia menjadi satu-satunya produsen produk jadi atau furnitur rotan di dunia. “Kami sangat mendorong proses penambahan nilai bahan baku rotan dilakukan di dalam negeri agar masyarakat dapat merasakan manfaat yang lebih besar,” ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Selasa (29/5).

Berdasarkan data Laporan Surveyor (LS), nilai ekspor produk rotan pada periode 1 Januari - 25 Mei 2012 ternyata telah mencapai US$92,30 juta. Nilai ekspor produk rotan yang cukup tinggi tersebut disumbang dari ekspor produk rotan furnitur senilai US$69,72 juta dan anyaman senilai US$22,59 juta.

Pada kunjungannya ke industri rotan di Katingan, Kalimantan bersama Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, kemarin, Gita menjelaskan, bahwa proses penambahan nilai (hilirisasi) jelas akan menguntungkan Indonesia, terutama dari sisi peningkatan daya saing produk dalam negeri, menambah lapangan tenaga kerja, hingga menaikkan nilai ekspor nasional dan penerimaan devisa negara. “Pada akhirnya, kebijakan rotan ini akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.

Bahan Baku Tersedia

Berbagai upaya telah dan akan ditempuh pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut. “Pertama, kita harus memastikan bahwa bahan baku rotan tersedia bagi industri produk jadi rotan di dalam negeri. Kemudian, kita juga harus mendorong penyerapan bahan baku rotan secara optimal oleh industri-industri tersebut dengan cara membangun sentra-sentra industri pengolahan di wilayah sekitar penghasil bahan baku rotan,” ujar Gita.

Dia menambahkan, desain produk rotan juga harus dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk tersebut. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah menjaga kelestarian lingkungan agar industri rotan nasional dapat berjalan secara berkesinambungan. Gita menghimbau agar para pengusaha rotan tidak hanya mengandalkan pasar ekspor, melainkan juga harus memanfaatkan pasar domestik Indonesia yang sangat potensial. Dalam mendukung hal ini, pemerintah telah menginstruksikan seluruh instansi pemerintah, sekolah-sekolah dasar, dan perusahaan-perusahaan untuk menggunakan furnitur dari rotan.

Jajaki Harga Rotan

Untuk membentuk harga yang baik bagi para petani rotan, pemerintah saat ini sedang menjajaki kemungkinan pengembangan sistem resi gudang bagi produk rotan di sekitar wilayah penghasil bahan baku rotan. Selain itu, untuk memastikan penyebaran bahan baku rotan ke sentra-sentra industri pengolahan rotan, pemerintah telah melakukan verifikasi pengangkutan rotan antar pulau.

Berdasarkan laporan kegiatan verifikasi yang dilakukan pada periode 1 Januari - 25 Mei 2012, pengangkutan rotan yang diantarpulaukan dari lokasi pemuatan menuju lokasi pembongkaran sebesar 20.442 ton. Pemuatan rotan yang diantarpulaukan tersebut berasal dari Banjarmasin (13.761 ton), Palu (4.108 ton), Makassar (1.599 ton), Padang (637 ton), Pontianak (171 ton) dan Manado (164 ton).

Berdasarkan tingkat olahan, pengangkutan rotan antar pulau selama periode yang sama didominasi oleh rotan asalan sebesar 11.687 ton (57%), diikuti rotan washed dan sulphurized (W/S) sebesar 5.212 ton (25%), rotan poles sebesar 2.202 ton (11%), hati sebesar 786 ton (4%) dan kulit sebesar 554 ton (3%). Sedangkan berdasarkan jenis rotan yang diangkut antar pulau dari lokasi pemuatan selama periode tersebut didominasi oleh rotan jenis taman/sega dan irit sebesar 13.605 ton (67%) dan rotan batang 4.342 ton (21%).

Demikian juga dengan kerajinan rotan yang menunjukkan perkembangan negatif selama 5 tahun terakhir dengan tren sebesar 15,62%. Nilai tertinggi ekspor kerajinan rotan dicapai pada 2007 yaitu sebesar US$ 30,41 juta, selanjutnya terus menurun hingga mencapai nilai terendah pada 2011 yaitu sebesar US$ 15,11 juta. Sebaliknya pada periode yang sama (2007-2011) ekspor bahan baku rotan terus meningkat dengan tren positif sebesar 12,05%. Pada tahun 2007, nilai ekspor bahan baku rotan tercatat sebesar US$ 32,32 juta dan terus meningkat hingga tahun 2011 mencapai US$ 39,60 juta.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…