Triwulan I-2012 - Kinerja Industri Pengolahan Non Migas Melambat

NERACA

 

Jakarta - Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada triwulan I-2012 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada triwulan I-2012, pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai 6,13%. Pertumbuhan ini lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 6,83%.

Menteri Perindustrian M.S Hidayat pada rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI di Jakarta, Senin (28/5), mengatakan, sektor industri pengolahan non migas menyumbang 20,47% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. “Meskipun mengalami penuruan persentase kontribusi terhadap PDB bila dibandingkan tahun lalu yang mencapai 20,92%, industri pengolahan masih menjadi sektor yang diandalkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.

Hidayat juga menjelaskan sektor industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 9,19%, industri minuman dan tembakau 8,19%, industri alat angkut, mesin dan peralatannya 6,23%, semen dan barang galian bukan logam sebesar 6,11%.

“Sektor tersebut memiliki daya saing yang tinggi dan nilai investasi PMDN sektor industri pada triwulan I-2012 mencapai Rp8,12 triliun dan investasi PMA sektor industri sebesar US$2,31 miliar. Ekspor industri non migas pada periode tersebut mengalami kenaikan 2,74% dari tahun lalu yang mencapai US$29,12 miliar,” paparnya.

Hidayat menambahkan, impor produk industri non migas naik 17,93% mencapai US$33,06 miliar. “Secara kumulatif, neraca perdagangan produk-produk industri masih mengalami defisit sebesar US$14,25 miliar,” ujarnya.

Di tempat berbeda Ade Sudrajat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengungkapkan menurut data dari API, nilai ekspor TPT Indonesia di 2010 yang sebesar US$  10,97 miliar,  hanya sekitar US$ 300,89 juta yang hasil dari ekspor ke China. Sementara, total impor TPT sebesar US$ 5,81 miliar, sekitar US$ 1,65 miliar merupakan kontribusi produk TPT dari China.

Itu artinya, produk TPT dari China jauh lebih banyak membanjiri pasar di dalam negeri, ketimbang produk TPT yang dikirim ke China. Walaupun, neraca perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami surplus US$ 5,16 miliar.  “Sebab, produk tekstil kita banyak diekspor ke AS dan Eropa sehingga bisa surplus,” ujar Ade.

Namun data Kemenperin mencatat, industri TPT pun menyerap tenaga kerja terbesar di sektor industri manufaktur yaitu 10,6% dari total tenaga kerja industri manufaktur yang sebanyak 12,62 juta orang. Artinya, industri TPT menyerap sekitar 1,33 juta tenaga kerja di 2009.

BERITA TERKAIT

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…