Impor Melonjak 30%, Kemendag Akan Benahi Tata Niaga Bawang Merah

NERACA

 

Jakarta - Pemerintah memang sudah menyiapkan pembatasan ruang masuk produk hortukultura impor dengan penetapan pelabuhan tertentu, dikarenakan arus produk hortikultura impor yang masuk ke Indonesia yang terus melonjak signifikan, terutama bawang merah yang naik hingga 30%. Karena itu, Kementerian Perdagangan akan membenahi tata niaga komoditi bawang merah, seiring terjadinya disparitas harga di tingkat produsen dan konsumen terlihat tinggi.

“Kami sangat ingin mengupayakan agar disparitas ini mengecil dan harga bawang dapat stabil di tingkat harga yang menguntungkan petani dan tidak memberatkan konsumen. Oleh karena itu, tata niaga bawang merah harus menguntungkan semua pihak, baik petani maupun konsumen,” ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Jum’at (25/5).

Pada kunjungannya ke Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, baru-baru ini, Gita meninjau langsung perkembangan harga dan produksi bawang merah di Brebes. Dia mengungkapkan bahwa saat ini harga bawang merah cenderung meningkat seiring belum masuknya masa panen raya. Panen raya jatuh pada bulan Juni hingga September, sedangkan pada periode Maret hingga Mei biasanya produksi bawang mengalami titik terendah.

Berdasarkan data Paguyuban Petani Agropolitan, harga bawang merah di tingkat produsen di Brebes, Jawa Tengah, pada 24 Mei 2012, tercatat Rp. 9.500/kg, sedangkan harga rata-rata di pasar tradisional Brebes tercatat Rp. 11.000/kg.. Sementara itu, harga bawang merah secara nasional di tingkat eceran pada minggu ke-4 Mei 2012, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat sebesar Rp. 18.690/kg. Adapun berdasarkan data BPS tahun 2011 impor bawang merah mencapai 74,7 ribu ton bernilai US$32,1 juta, sedangkan pada tahun 2010 impor bawang merah mencapai 52,6 ribu ton bernilai US$22,3 juta

Budidaya Bawang

Dalam membenahi tata niaga komoditi bawang merah, pemerintah akan mengusahakan agar produksi tidak terlalu terkonsentrasi pada bulan tertentu. Kemudian, pengembangan budidaya bawang merah akan disesuaikan dengan wilayah yang memiliki potensi, sehingga tidak terkonsentrasi di satu daerah saja. Pemerataan produksi bawang merah dan waktu panennya akan menyeimbangkan supply dan demand yang menciptakan harga yang wajar baik tingkat petani maupun konsumen.

Selanjutnya, efisiensi biaya produksi bawang merah, khususnya di Kabupaten Brebes, akan ditingkatkan, sehingga di satu sisi budidaya bawang merah dapat menguntungkan petani. Namun di sisi lain, harga di tingkat eceran tidak terlalu tinggi. Proses produksi yang efisien akan meningkatkan daya saing bawang merah lokal terhadap bawang merah impor.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Gunaryo menekankan, bahwa pemerintah akan mengatur agar masa impor bawang merah tidak tumpang tindih dengan masa panen raya. “Kami akan mengusahakan agar impor dilakukan pada saat tingkat produksi bawang merah dalam negeri mengalami defisit, sehingga harga tetap stabil dan kebutuhan konsumen tetap dapat dipenuhi,” imbuhnya.

Nilai Tambah

Menurut Gunaryo, pengolahan bawang merah guna meningkatkan nilai tambah juga sangat penting dilakukan. Strategi ini juga dapat mencegah jatuhnya harga pada masa panen dan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah dengan harga terjangkau karena bawang merah dibuat lebih tahan lama.

Produksi bawang merah Brebes merupakan sentra produksi bawang merah yang sangat penting jika dilihat dari kontribusinya terhadap produksi bawang merah nasional. Pada 2010, produksi bawang merah Kabupaten Brebes tercatat sebesar 400.501 ton, dengan kontribusi sebesar 79,09% terhadap total produksi bawang merah di seluruh wilayah Jawa Tengah, 506.357 ton, atau sebesar 38,18% terhadap produksi bawang merah nasional, 1.048.934 ton.

Adapun sentra produksi bawang nasional sampai saat ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, di mana kontribusinya sebesar 80,73% (846.793 ton) terhadap total produksi bawang merah nasional. Produksi bawang merah nasional pada 2010 mengalami peningkatan 8,68% dibandingkan tahun 2009, atau meningkat menjadi 1.048.934 ton dari 965,164 ton.

Hal tersebut disebabkan karena adanya peningkatan produktivitas dari sebesar 9,28 ton per hektar menjadi 9,57 ton per hektar. Sementara itu, berdasarkan roadmap bawang merah Kementerian Pertanian, perkiraan kebutuhan bawang merah pada 2012 sebesar 1.060.820 ton, yang terdiri dari 886.120 ton untuk konsumsi langsung, 99.700 ton untuk benih, 25.000 untuk Industri, dan 50.000 untuk ekspor.

BERITA TERKAIT

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

Permendag 36/2023 Permudah Impor Barang Kiriman Pekerja Migran Indonesia

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan Permendag Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor memberikan kemudahan serta…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

Permendag 36/2023 Permudah Impor Barang Kiriman Pekerja Migran Indonesia

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan Permendag Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor memberikan kemudahan serta…