Pasar Alat Laboratorium Indonesia Dikuasai Asing

NERACA

 

Jakarta - Pesatnya perrtumbuhan industri nasional menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi peralatan laboratorium. Sayangnya, belum ada industri lokal yang mampu bersaing dengan produsen asing dalam memenuhi tingginya permintaan alat laboratorium. Akibatnya, pasar alat laboratorium yang besar itu pun dikasai oleh asing.

Freddy Permana Zen, Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Sumber Daya Iptek Kementerian Riset dan Teknologi, menilai Indonesia merupakan pasar alat laboratorium yang besar mengingat pesatnya pertumbuhan industri nasional. “Buktinya banyak perusahaan-perusahaan alat laboratorium di Indonesia. Artinya laku di sini, kalau tidak laku kenapa mereka jual disini,” jelasnya pada acara Pameran LAB Indonesia 2012, Selasa (8/5).

Namun, Freddy menyayangkan kebutuhan alat laboratorium nasional hampir seluruhnya masih mengandalkan pasokan dari luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Inggris. Untuk itu, perlu didorong pengembangan produksi alat laboratorium didalam negeri melalui penyederhanaan ketentuan perpajakan, serta mengintensifkan riset dan pengembangan inovasi dengan menggandeng lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

“Masalahnya saat ini adalah apakah Indonesia bisa memproduksi alat-alat laboratorium. Saya kira sangat kecil sekali. Buktinya tidak ada alat-alat laboratorium produk indonesia di pameran ini,” katanya.

Lebih jauh lagi Freddy mengungkapkan, industri lokal sulit bersaing dengan industri asing untuk bisa menghasilkan sekaligus memasarkan peralatan laboratorium.“Karena alat laboratorium dari luar itu pajaknya hanya satu,sedangkan di Indonesia kalau kita bikin alat, tiap-tiap tahapan dipajakin sehingga jatuhnya lebih mahal,” ujarnya.

Sebenarnya bukan tidak mampu, lanjut Freddy. Sebab, banyak peneliti-peneliti dari sejumlah perguruan tinggi yang sudah bisa menghasilkan peralatan laboratorium, tetapi kurang mendapat dukungan regulasi dan financial untuk pengembangannya. Dia menambahkan selain soal perlakuan pajak, inovasi perlu didorongdan paradigma masyarakat harus didorong agar lebih bangga dalam menggunakan produk dalam negeri. “Kalau industri ini menguntungkan, pasti perbankan mau membantu pendanaan. Tetapi sejauh ini belum saya dengar adanya dukunganperbankan,” katanya.

Terus Meningkat

General Manager PT. Prakasa Sinergi Utama Patricia Medina, selaku penyeleggara Pameran LAB Indonesia 2012, mengatakan tingginya minat akan produk-produk industri laboratorium terlihat dari meningkatnya jumlah eksibitor dan ruang pameran pada tahun ini.

Apabila pada tahun lalu tercatat sebanyak 82 eksibitor yang hadir menempati ruang pameran 900 m2, maka pada penyeleggaraan tahun ini meningkat 100% menjadi 127 eksibitor, sehingga ruang pameran diperluas menjadi 1.900 m2. “Sayangnya tidak ada manufaktur (produsen alat laboratorium) dari Indonesia, kita hanya sebagai distributor atau agen saja. Sebagian besar dari luar negeri,” urainya.

Sementara itu di tempat berbeda, Dr dr Ratna Sitompul, SpM(K), dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan penelitian kedokteran di Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India dan Amerika Serikat. Sebenarnya, Indonesia memiliki banyak peneliti yang canggih dan sudah teruji di luar negeri. Namun ketika kembali ke tanah air, kemampuannya kurang berkembang optimal karena berbagai keterbatasan yang dimiliki.

"Kalau kita melihat peneliti di Indonesia, sebenarnya saat ini perkembangannya cukup bagus dan sangat berpotensi jika diolah dengan baik. Selama ini peneliti kurang berkembang karena mengunakan alat-alat yang kurang sophisticated. Maka, anggapan bahwa penelitian di Indonesia kurang berkembang perlu diubah paradigmanya. Kami harus menyediakan alat-alat yang juga sering digunakan di dunia internasional," kata Ratna.

Kurangnya perkembangan penelitian ini juga disebabkan para peneliti yang masih terkotak-kotak dengan lingkup keahlian dan lembaganya, sehingga kurang luwes dalam mengembangkan penelitian. Bidang kedokteran sendiri sebenarya merupakan bidang yang luas dan banyak bersinggungan dengan praktisi dari bidang-bidang lain. Untuk mengatasi kesenjangan ini, FKUI membangun sebuah lab terpadu dengan peralatan yang terhitung modern.

Selama ini, untuk memeriksakan sampel medis, dokter harus berpindah-pindah dari laboratorium satu ke laboratorium lainnya. Dengan adanya laboratorium terpadu ini, maka seluruh dokter dan peneliti di FKUI bisa mengakses berbagai peralatan yang ada di dalamnya. Lab ini juga dibuka untuk masayarakat yang ingin memeriksakan diri dan instansi lain yang berniat menjalin kerjasama penelitian.

"Penelitian kedokteran juga sudah tidak saatnya lagi bekerja sendiri-sendiri dan harus saling sinergis. Contohnya saya punya klinik, maka saya bisa menjalin kerjasama penelitian dengan dokter atau rumah sakit lain yang memiliki laboratorium dan peralatan yang memadai. Kita bisa bekerjasama dengan bidang-bidang lain seperti biologi, teknik dan kesehatan masyarakat," kata dr Ratna.

Untuk membangun lab ini, total dana yang dikeluarkan adalah Rp 32 miliar dengan perincian Rp 9 miliar dialokasikan untuk pembangunan fisik dan Rp 23 miliar dialokasikan untuk peralatan. Lab ini mencakup berbagai macam laboratorium seperti laboratorium kimia dan preparasi dasar, laboratorium sekuensing DNA dan analisis protein, laboratorium isotop dan pencitraan, serta laboratorium pelayanan.

Keseluruhan dana ini berasal dari dana yang dihimupun FKUI, tanpa ada tambahan dana dari pemerintah. Tak hanya itu, rencananya, FKUI juga akan membangun sebuah gedung pusat penelitian yang disebut Medical Education and Research Center (MERC). Gedung ini dialokasikan menghabiskan dana sebesar US$465 juta atau sekitar Rp 4,26 triliun. Saat ini, gedung ini sedang berada dalam tahap perencanaan.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…