Mobil Murah Plus Ramah Lingkungan, Mungkinkan Terealisasi?

NERACA

Jakarta - Rencana pemerintah untuk mengembangkan industri mobil murah sekaligus ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) sepertinya masih jauh dari kenyataan. Meski untuk itu Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa sudah memberikan jaminan akan memberikan insentif, toh masih saja menyeruak nada pesimis

Pengamat otomotif Suhari Sargo menegaskan, kalau mobil murah dan ramah lingkungan ini ada dua pengertian yang berbeda. “Jadi, harus diperjelas dahulu agar tidak ada kesalahpahaman dan regulasi yang diberikan pemerintah juga jelas," ungkap dia saat di hubungi Neraca, Senin (7/5).

Suhari memaparkan, kalau mobil murah tersebut harus sudah dipastikan dari sisi harga yang terjangkau masyarakat. Namun, kalau untuk mobil ramah lingkungan itu, berteknologi tinggi dan harganya juga sudah dipastikan tidak murah. Sebagai gambaran, seperti pembuatan mesinnya yang harus sistem Fuel injectionnya, Variable Valve Tuning-Intelligent (VVT-i), ECU (Electronic Control Unit), Power Gearing dan yang terakhir adalah semua mobil ramah lingkungan tersebut memakai sistem komputerisasi. “Dari sisi pengertian saja ada dua program. Jadi, kita harus fokus terlebih dahulu mau ke program mobil murah dahulu atau ramah lingkungan dahulu", jelas Suhari.

Pengamat otomotif lainnya, Johny Pramono, sepaham dengan Suhari. Menurut dia, untuk saat ini mobil ramah lingkungan pasti harganya mahal karena banyak spesifikasi mesin yang dibuat secara khusus. “Pastinya jika dibuat secara khusus, maka secara otomatis dari sisi cost pun akan semakin tinggi,” ungkap Johny.

Pasalnya, menurut Johny, infrastruktur untuk mengembangkan mobil yang ramah lingkungan amat susah diterapkan di Indonesia. Dalam arti perlu waktu panjang untuk bisa mengembangkan mobil seperti mobil hybrid maupun mobil listrik. “Yang lebih mudah adalah manfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya menggunakan gas, biofeul atau bioethanol,” tukas dia seraya menyebutkan bahwa itu adalah salah satu opsi yang memungkinkan untuk menjadi kendaraan yang ramah lingkungan.

Dengan demikian, tambah Johny, maka cost yang dikeluarkan konsumen tidak terlalu besar. “Itulah yang dinamakan mobil yang ramah lingkungan. Mobil yang sudah ada tinggal diberikan biofuel. Bagi yang belum, membeli mobil yang murah lalu gunakan dengan bahan bakar berjenis biofuel,” kata Johny.

Bahkan, Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi mempertanyakan bentuk insentif seperti apa yang akan diberikan pemerintah. Pasalnya, lanjut dia, bila mobil murah dipatok harga di bawah Rp100 juta, tentu saja tidak akan bisa sekaligus ramah lingkungan. “Kenapa hybrid mahal, karena menggunakan dua mesin, yaitu mesin motor dan mesin listrik. Ini kan hampir sama untuk mengurangi emisi yang sedang ditetapkan pemerintah dan fuel consumption yang diatur supaya green car tercapai dan low cost-nya harus ada insentif. Ini yang sedang kami tunggu”, tandas Sudirman kepada Neraca, Senin.

Terkait harga, lanjut Sudirman, tidak bisa dipukul rata karena tergantung jenis kendaraan dan CC kendaraan tersebut. “Kan ukurannya juga berbeda. Contoh, hybrid Prius dengan hybrid Lexus kan jauh perbedaan harganya," imbuh Sudirman.

Pemotongan PPNBM

Sementara Direktur Jenderal Industri Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi, saat ini pihaknya tengah menyiapkan insentif fiskal berupa pemotongan PPNBM 2,5% menjadi 7,5% dari sebelumnya 10%. “Produk ini menjadi semacam kompensasi yang dikeluarkan pemerintah karena banyak merek global yang tengah mengembangkan mesin 1.200 cc, seperti Nissan, Honda, Toyota, dan Suzuki," kata dia kepada Neraca, Senin.

Budi menambahkan, untuk kedua jenis mobil yang menjadi konsep low cost and green car, pemerintah mewajibkan setiap merek melakukan investasi mendirikan pabrik baru berkapasitas maksimum (terpasang) 100.000 unit per tahun. “Syarat ini mutlak dipenuhi setiap merek untuk mendapatkan insentif yang dijanjikan. Selain itu, pemerintah juga dikabarkan bekerja sama dengan eksekutif di daerah untuk menambah bentuk insentif terkait langsung dengan pembebanan pajak daerah, Pajak Bea Balik Nama dan Pajak Progresif," kata Budi.

Yang pasti, jelas Budi, program mobil murah dan ramah lingkungan yang akan dirancang pemerintah secara menyeluruh. Dalam arti, dua jenis dalam satu produk mobil. “Memang program ini multipurpose, yaitu penggabungan dua program. Jadi, kita akan memikirkan pembuatan engine yang baru dengan memakai jenis bahan dari alumunium alloy," pungkas Budi.

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…