BARU DIGARAP 25% - Pengelolaan Sumber Daya Air Belum Maksimal

NERACA

 

Jakarta - Permintaaan air bersih terus meningkat di Indonesia dikarenakan pertumbuhan penduduk sebesar 1% per tahun serta kegiatan ekonomi di daerah perkotaaan dan pedesaan. Menggaris bawahi komitmen yang mendalam dari pemerintah, antara Juni 2010 – Maret 2011, telah menghabiskan biaya sebesar US$22 miliar untuk program pengelolaan air bersih di 35 wilayah, dana bantuan luar negeri sebesar US$27 miliar  juga telah dialokasikan kepada 40 pemerintah daerah untuk air bersih dan pengelolaan limbah.

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengakui bahwa pengelolaan sumber daya air di Indonesia selama ini hanya mampu menyentuh sekitar 25% dari seluruh potensi air yang dimiliki. "Patut disyukuri Indonesia dikaruniai oleh Tuhan dengan potensi sumber daya air yang sangat melimpah dengan jumlah total sekitar 3.200 miliar meter kubik setiap tahunnya," katanya di Jakarta, Rabu (2/5).

International Finance Corporation (IFC), anggota group  Bank Dunia berencana untuk menginvestasikan hingga US$400 juta per tahun dalam program jangka waktu lima tahun di Indonesia. Sejak 2009 hingga 2013, IFC juga akan memfasilitasi US$13 miliar dalam bentuk investasi, termasuk US$ 6.13 miliar dalam sektor infrasturktur.

Kementerian Pekerjaan Umum juga telah mengajukan dana tambahan untuk pengembangan air sampai tahun 2014 dari sebesar Rp11,8 triliun sampai dengan Rp23 trilliun untuk melaksanakan tujuan pemerintah dalam rangka mengejar ketinggalan dari posisi saat ini 47% ke posisi target 67% tingkat layanan untuk air minum pada tahun 2015, yang sebagaimana telah ditetapkan dalam tujuan Millenium Development Goals (MDGs).

Menurut Djoko, potensi sumber daya air sebesar itu tersebar dalam 7.956 sungai dan 521 danau yang ada di berbagai wilayah Indonesia dengan ketersediaan air secara mantap sekitar 700 miliar meter kubik setiap tahun.

Terkelola 25%

Namun, lanjut dia, potensi kekayaan sumber daya air sebesar itu di Indonesia selama ini hanya terkelola dengan baik sekitar 25%, sementara 75% sisanya turun begitu saja dari sungai dan mengalir ke laut. "Padahal, sumber daya air yang sangat melimpah itu bisa dimanfaatkan secara baik, misalnya untuk penyediaan air irigasi, air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan industri, termasuk untuk energi listrik," katanya.

Djoko menyebutkan, potensi sumber daya air untuk tenaga listrik mencapai sebesar 75.000 megawatt, namun sampai saat ini baru dimanfaatkan enam persennya, demikian juga potensi air untuk mikrohidro sebesar 500 megawatt.

Pemenuhan kebutuhan air untuk lahan irigasi seluas 7,2 juta hektare sampai saat ini baru sekitar 11% yang bisa dijamin oleh bendungan atau waduk yang ada, demikian pula untuk kebutuhan rumah tangga dan industri.

Menurut Djoko, sebenarnya ada tiga masalah besar yang dihadapi dunia, yakni masalah pangan, energi, dan air, karena itu melihat potensi sumber daya air yang dimiliki Indonesia mampu mengatasi permasalahan air.

Kendala dalam pengelolaan sumber daya air, menurut Djoko, aspek sumber daya manusia (SDM) sebenarnya mencukupi dan aspek teknologi juga tidak menjadi kendala karena tukar-menukar teknologi terbuka lebar.

"Hanya saja, dari aspek pendanaan memang memerlukan biaya yang sangat besar. Karena itu, pengelolaan sumber daya air secara optimal ini menjadi tantangan ahli-ahli bendungan yang berkumpul di sini," katanya.

Selain itu, Djoko mengatakan mindset (pola pikir) masyarakat Indonesia yang cenderung cinta membangun, namun tidak dengan pemeliharaannya harus diubah untuk menjaga keberlangsungan fasilitas yang dimiliki.

Pembuangan Limbah

Sementara, untuk masalah pembuangan limbah merupakan area kritis yang memerlukan perhatian khusus. 10 juta orang Jakarta menghasilkan 6,000 ton limbah per hari, namun kota ini hanya mampu menangani setengahnya dari limbah yang ada. Masalahnya juga dirasakan di beberapa wilayah yang kurang berkembang di negeri ini.

Sebuah survey bank dunia tahun lalu memperkirakan bahwa sanitasi dan pengelolaan limbah yang buruk telah merugikan perekonomian Indonesia sebesar US$6.2 milliar per tahun atau 2.3% dari PDB negara. Hanya 57% rumah tangga Indonesia memiliki akses yang aman dan mudah untuk fasilitas kamar kecil.

Paradigma Baru tentang Pengelolaan Limbah (Waste management) diimplementasikan melalui pengurangan limbah dan penanganan limbah. Pengurangan limbah mencakup pembatasan kegiatan, penggunaan kembali, daur ulang, sementara penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemprosesan akhir.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…