Manisnya Bisnis Mainan Anak

 

Menjelang tahun ajaran baru, gairah bisnis mainan edukatif bagi anak mulai dirasa. Proyek bernilai ratusan miliar pun jadi rebutan. Saatnya bergelut bisnis si kecil yang bernilai besar.

NERACA

Menyambut tahun ajaran baru pada Juni-Juli 2012, bisnis mainan anak edukatif untuk usia dibawah delapan tahun atau pendidikan usia dini (PAUD), mulai dirasakan. Sejumlah order ribuan PAUD di 33 provinsi bernilai ratusan miliar bak magnet menyedot perhatian kalangan pebisnis.

Pada tahun 2011 lalu, omzet industri mainan edukatif mencapai USS 5,07 juta atau sekitar Rp 44,21 miliar. Angka tersebut meningkat 30% dibandingkan nilai penjualan tahun sebelumnya USS 3,9 juta atau setara Rp 34.43 miliar, fantastis. Terlebih Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mengucurkan dana Rp 396-594 miliar untuk mengembangkan pendidikan tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (Apmeti) Dhanang Sasongko mengatakan, perkembangan pesat industri mainan edukatif didorong oleh kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pendidikan anak di bawah delapan tahun atau pendidikan usia dini (Paud).

“Sebanyak 6.600-9.900 Paud yang ada di 33 provinsi akan mendapatkan bantuan Rp 6 juta setiap sekolah. Sebagian dana tentunya untuk pengadaan mainan edukatif,” ujar Danang pada sebuah media. Bahkan pemerintah berencana akan menambah jumlah Paud di seluruh Indonesia. Karena itu, tahun 2012 menjadi momentum yang menjanjikan untuk pertumbuhan industri mainan edukatif. Pengadaan mainan edukatif dari instansi pemerintah berlangsung pada Juni, sedangkan anggaran dicairkan pada Juli.

Ia berharap para pengusaha mainan lokal bisa memanfaatkan momentum tersebut dengan baik. “Saat ini ada 84 pengusaha mainan domestik yang tergabung dalam Apmeti dan ratusan pemain lokal lain yang tidak tergabung,” ungkapnya.

Namun realitas itu nyatanya tidak menyentuh industri mainan umum. Dengan target total omzet mainan nasional sekitar USS 6 juta atau Rp 53,08 miliar, atau sekitar USS 5 juta masih dikontribusi dari industri mainan edukatif.

 

Geliat Industri Lokal

Kemunduran industri mainan umum nasional disinyalir karena tumbangnya saat bersaing dengan produk impor. Saat ini, dua pertiga produk mainan yang dipasarkan di Indonesia merupakan produk impor dari Tiongkok, Thailand, Vietnam, dan Eropa.

Dhanang menilai bila produk mainan Indonesia belum bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri. Banyaknya impor mainan ilegal juga turut menghambat industri mainan nasional, karena produk mainan lokal hanya menguasai pangsa pasar sepertiganya saja.

Apalagi kecendrungan konsumen di Pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Papua yang lebih suka membeli mainan impor ke Jakarta, sehingga industri mainan lokal kurang berkembang. “Daripada membeli mainan impor sampai jauh ke Jakarta, sebenarnya mereka lebih baik kalau mau mengembangkan industri mainan sendiri di daerahnya,” ungkapnya berharap.

Pada tahun 2010 saja, industri mainan edukasi mengincar proyek pengadaan mainan pendidikan secara nasional sebesar Rp 160 miliar dalam mengantisipasi datangnya tahun ajaran baru. Nilai proyek masing-masing sekolah berkisar antara Rp 10 juta-Rp 25 juta. Di Jakarta saja, terdapat sekitar 1.000 sekolah taman kanak-kanak (TK) di luar playgroup yang membutuhkan mainan edukasi, yang tentunya menjadi peluang bisnis yang menggiurkan.

Secara rutin, order mainan edukasi akan digarap para perajin skala kecil menengah (IKM) mengingat hampir 80% komponen bahan baku seperti jati Belanda (kayu pinus), dan limbah kayu berupa partikel padat dipasok dari dalam negeri. Adapun, kebutuhan bahan baku setiap produsen 8-1m3 per bulan.

"Bila order sedang ramai,” kata dia, pesanan dari pemerintah bisa mencapai 7.000 unit per bulan dengan harga rata-rata Rp 40.000 per unit. Namun, kalau lagi sepi order, IKM mainan hanya memproduksi sekitar 3.000 unit per bulan.

Produk mainan edukatif memang berbeda dengan mainan impor yang biasanya hanya bersifat fun dan hanya menonjolkan watak heroisme. Karena sesuai dengan jenisnya, mainan edukatif merupakan media untuk mempertajam perkembangan fungsi otak anak-anak dan lebih aman dari bahan berbahaya.

Saat ini, terdapat sekitar delapan perajin mainan edukatif skala besar dan 50 perajin IKM yang tersebar di Balikpapan (Kaltim), Padang (Sumbar), Malang dan Sidoardjo (Jatim), Semarang dan Solo (Jateng), Klaten (DIY), Yogyakarta, Bandung (Jabar).

Untuk meningkatkan pertumbuhan sentra IKM mainan, ujarnya, Kemenperin menyediakan program inkubasi untuk pengadaan mesin-mesin dan bekerja sama dengan pemprov dalam penyediaan lahan dan infrastruktur. Pada tahun lalu, pangsa pasar mainan edukasi masih dikuasai impor sebanyak 70% yang sebagian besar dari China.

Banjir mainan anak impor dari Cina sempat beberapa kali dikeluhkan oleh kalangan pengusaha karena dianggap memukul industri mainan anak di dalam negeri. Volume ekspor mainan anak juga terus turun sementara impor terus naik. Kementerian perindustrian mencatat volume ekspor mainan anak-anak tahun ini hanya rata-rata 300.000 per bulan, sedangkan volume impor bisa mencapai 1,5 juta per bulan.

Untuk mengantisipasinya, Kementerian perindustrian sudah mengajukan catatan kepada menteri perdagangan terkait barang-barang konsumsi impor yang diduga memiliki kualitas di bawah standar. Saat ini sedang dilakukan kajian terhadap barang-barang tersebut dan rekomendasi lebih lanjut akan disampaikan kepada kementerian. Kementerian perdagangan juga sedang melakukan razia terhadap produk di bawah standar.

Selain merekomendasikan pengenaan safeguard, sebelumnya kementerian juga merancang pemberlakuan standar nasional Indonesia (SNI) wajib untuk produk mainan anak. SNI wajib rencananya akan berlaku mulai awal tahun depan untuk seluruh mainan anak-anak dibawah 14 tahun. Rancangan SNI saat ini sedang dikaji oleh badan standarisasi nasional.

BERITA TERKAIT

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…