Sepanjang Januari-April 2012 - Bulog Sedot Beras Petani Sampai 1,2 Juta Ton

NERACA

Jakarta – Perum Bulog menyedot beras dari para petani sebanyak 1,2 juta ton sepanjang Januari sampai April 2012. Angka menunjukan adanya lonjakan penyerapan beras petani hingga 160% dibanding periode yang sama pada tahun 2011.

Menurut Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, pertumbuhan penyerapan dalam empat bulan pertama 2012 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2010, bahkan lebih besar 115% dibanding penyerapan tahun 2008.

“Memang kita tidak bisa ngejar tahun 2009, waktu itu kan produksi kita 6,7% peningkatannya. Jadi ya sekitar 70%,” jelas Sutarto Alimoeso di Jakarta, Rabu (25/4).

Dia mengungkap, pengadaan beras dalam negeri masih sangat lancar, sebagai gambaran sepanjang 2011 penyerapan beras Bulog dari petani hanya 1,9 juta ton. Namun saat ini, Bulog mencatat rata-rata penyerapan beras hampir 40.000 ton per hari sehingga masuk dalam katagori tinggi.

“Panen itu belum selesai, diperkirakan masih inflasi, harga beras masih turun, turunnya memang sedikit tapi posisinya untuk bulan maret tidak mempengaruhi inflasi,” terangnya.

Sementara itu mengenai cadangan beras pemerintah saat ini hanya sekitar 200.000 ton atau jauh lebih rendah dari seharusnya. Saat ini Bulog memiliki anggaran Rp 2 triliun dari pemerintah untuk penambahan cadangan beras pemerintah hingga 500.000 ton. “Cadangan beras pemerintah tadi juga diminta segera dilakukan lagi,” katanya.

Sejak muncul banyak kritik terhadap rendahnya pengadaan beras, Perum Bulog memang terus mengeluarkan berbagai jurus untuk mendongkrak pengadaan gabah dan beras. Diantaranya dengan bekerjasama dengan petani, mengandeng penebas padi dan penggilingan gabah berskala kecil.

Tahun ini Bulog menargetkan pengadaan sebanyak 4,1 juta ton beras. Jumlah ini meningkat cukup besar dari pencapaian pengadaan tahun lalu sebesar 1,8 juta ton.

Kepala Bidang Pelayanan Publik Divre Bulog Jawa Tengah, Novi Indiarto di sela-sela kunjungan Forum Wartawan Bulog di Solo, pada awal April 2012 lalu, mengatakan, pihaknya tahun ini mendapat target pengadaan sebanyak 781.750 ton setara beras dari usulan hanya 600 ribu ton. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah, karena dalam dua tahun terakhir tidak lebih dari 500 ribu ton.

Sebab pada tahun-tahun sebelumnya pengadaan rata-rata di bawah 700 ribu ton. Misalnya pada tahun 2008 sebanyak 687 ribu ton, pada 2009 sebesar 649 ribu ton. Bahkan pada dua tahun terakhir (2010-2011) masing-masing hanya 305.384 ton dan 413.060 ton. “Ini menjadi tantangan, tapi kami akan mengupayakan agar target tersebut tercepai,” jelasnya.

Dia mengungkap, ada beberapa strategi yang dilakukan, misalnya, mengoptimalkan semua Unit Penggilingan Gabah dan Beras (UPGB) Bulog sebanyak 22 unit dan Satuan Tugas (Satgas) 12 unit. Tugas tim dari UPGB dan Satgas adalah mencari penggilingan yang belum masuk mitra dan gabungan kelompok tani agar bisa menjual langsung ke Bulog.

“Strategi ini yang kami sebut membuka jaringan semut. Jadi kami akan mencari barang sampai ke sumbernya. Jemput ambil barang. Barang di luar standar pun akan ditampung oleh Satgas dan UPGB,” paparnya.

Selain itu Bulog juga bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pertanian untuk memberikan informasi hasil panen. Bulog kemudian menjemput bola untuk membeli gabah petani. Strategi ini yang disebut dengan dorong tarik. Jadi Pemda yang mendorong, Bulog yang menarik. “Segala upaya kita upayakan agar mencapai prognosa,” ujarnya.

Data Divre Jawa Tengah, per 11 April lalu, jumlah pengadaan sudah sebanyak 241 ribu ton atau 30% dari prognosa. Dengan sisa waktu yang ada yakni panen April sampai Agustus masih ada kesempatan mencapai target pengadaan. Kini volume beras yang masuk ke gudang rata-rata sebanyak 9.000 ton/hari. Diharapkan pada puncak panen beberapa minggu ke depan akan mencapai 12 ribu ton/hari.

Sementara itu Kasubdivre Bulog Surakarta, Tri Fajaryanto mengatakan, untuk mengoptimalkan pengadaan atau penyerapan gabah dan beras, pihak telah melakukan kerjasama dengan kalangan petani yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA). “Dengan kerjasama ini diharapkan petani menjual langsung hasil panennya ke Bulog,” urainya.

Tri mengakui, pada musim tanam (MT) pertama kerjasama tersebut relatif mendadak, sehingga pengadaan belum berjalan efektif. Namun kerjasama tersebut akan dilanjutkan pada MT kedua yang kemungkinan akan panen pada Mei-Juni mendatang. “Kami sudah membicarakan dengan penyuluh pertanian untuk mendata kelompok tani. Poin-poin kerjasamanya juga sudah kita bicarakan bersama-sama,” kata Tri.

Selain bekerjasama dengan petani, Tri mengungkapkan, Bulog juga menggalang para penebas dan penggilingan padi kecil. Jadi Bulog tidak hanya bekerjama dengan mitra penggilingan besar, tapi juga yang kecil bisa menjual gabahnya ke Bulog. “Ini yang kita sebut sebagai jaringan semut,” ujarnya.

Untuk mengandeng penebas dan penggilingan kecil, Bulog wilayah Surakarta sudah melakukan pendataan sejak pertengahan 2011. Berdasarkan pengalaman awal pengadaan tahun lalu, ketika satgas Bulog selama dua minggu keliling dengan membawa truk dan bawa uang untuk membeli gabah, tapi ternyata hasil panen petani sudah ada yang membeli, terutama para penebas.

Dengan pengalaman tersebut kemudian terpikir untuk membuat jaringan dengan penebas. Tapi diakui, ternyata bekerjasama dengan penebas juga tidak terlalu mulus. Ada penebas yang sudah diberikan anggaran oleh Bulog untuk membeli gabah, ternyata jumlah gabah yang disetorkan tidak sesuai dengan nilai uangnya.

Kendala lainnya adalah petani lebih senang mendapat uang tunai sebelum panen. Di lapangan ternyata padi petani sudah dibayar 4-5 hari sebelum panen oleh penebas. “Penebas sendiri sudah punya jaringan dengan penggilingan,” ujarnya.

Kasubdivre Surakarta saat ini sudah kontrak pengadaan sebanyak 43 ribu ton dan yang sudah masuk gudang sekitar 39.400 ton. Rata-rata perhari beras yang masuk ke gudang relatif stabil sebanyak 1.000-1.200 ton/hari. “Meski panen mulai turun, beras yang masuk ke gudang bisa stabil, bahkan diperkirakan bisa 1.800 ton saat panen raya,” papar Tri.

Dibandingkan pengadaan tahun lalu, volume pengadaan tahun ini lebih  besar. Pada periode yang sama tahun lalu, rata-rata hanya 450-550 ton/hari. Dari pantauan di lapangan, indikaor potensi pengadaan lebih baik. Hal ini karena memang kondisi panennya lebih baik dan luas tanam naik. “Jadi ada indikasi fakta tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu,” katanya.

BERITA TERKAIT

Infobrand.id Gelar Indonesia Digital Popular Brand Award untuk ke 32 Kalinya

Infobrand Gelar Indonesia Digital Popular Brand Award untuk ke 32 Kalinya NERACA Jakarta – Di tengah persaingan yang semakin sengit,…

Presiden Sebut Sektor Maritim Jadi Kunci Perkembangan Ekonomi Indonesia

  NERACA Palu - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan kawasan maritim menjadi kunci perkembangan ekonomi Indonesia karena menjadi…

Stabilitas Keuangan Hadapi Tiga Tantangan Besar

Stabilitas Keuangan Hadapi Tiga Tantangan Besar NERACA Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan stabilitas sistem keuangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Infobrand.id Gelar Indonesia Digital Popular Brand Award untuk ke 32 Kalinya

Infobrand Gelar Indonesia Digital Popular Brand Award untuk ke 32 Kalinya NERACA Jakarta – Di tengah persaingan yang semakin sengit,…

Presiden Sebut Sektor Maritim Jadi Kunci Perkembangan Ekonomi Indonesia

  NERACA Palu - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan kawasan maritim menjadi kunci perkembangan ekonomi Indonesia karena menjadi…

Stabilitas Keuangan Hadapi Tiga Tantangan Besar

Stabilitas Keuangan Hadapi Tiga Tantangan Besar NERACA Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan stabilitas sistem keuangan…