SEKETIKA, Inovasi Layanan Online Penerbitan Skt Impor Pakan Ikan

NERACA

Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengupayaan pelayanan prima bagi stakeholders perikanan budidaya, meski ditengah wabah pandemi Covid-19. Khusus untuk pelayanan penerbitan Surat Keterangan Teknis (SKT) Impor Pakan dan Bahan Baku Pakan Ikan, KKP mendorong stakeholders memanfaatkan media daring melalui layanan online yang diberi nama "SEKETIKA"

 "Kami ingin pastikan bahwa pelayanan prima terhadap stakeholders ini terus berjalan. Saya rasa, layanan berbasis online "SEKETIKA" ini akan mempermudah stakeholders melakukan permohonan ijin impor tanpa harus datang langsung. Jadi ditengah pembatasan sosial skala besar (PSSB) ini, para stakeholder tinggal daftar dan penuhi semua persyaratan melaui layanan "SEKETIKA" ini dari rumah," ungkap Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Slamet Soebjakto di Jakarta.

Dijelaskan Slamet, bahwa layanan online "SEKETIKA" ini telah terintegrasi dengan sistem perijinan satu pintu atau Online System Submission (OSS), sehingga lebih efisien dan akuntabel. Pemohon nanti tinggal persiapkan persyaratan dalam bentuk soft copy dan kirim melalui laman yang tersedia.

"Dalam kondisi darurat seperti ini, KKP tetap akan menjamin pelayananan publik tetap berjalan. Tentu, tujuannya agar proses usaha budidaya di masyarakat terus berjalan. Untuk petunjuk terkait detail teknis, nanti pemohon bisa kunjungi laman : seketika.kkp.go.id disitu jelas prosedur atau tahapan yang bisa dilakukan," jelas Slamet.

Sebagaimana diketahui, wabah covid-19 turut memberi dampak terhadap operasional produksi pakan ikan pada industri besar. Pelayanan yang lebih efisien terkait penerbitan SKT impor bahan baku pakan diharapkan akan memperlancar akses impor bahan baku yang memang harus dilakukan.

Disisi lain, sebelumnya KKP juga KKP akan bangun 7 unit model percontohan maggot skala industri. “Maggot berpeluang cukup besar untuk dijadikan sebagai bahan baku alternatif pakan berprotein tinggi bagi pertumbuhan ikan,” ucap Slamet.

 Slamet menuturkan, maggot mempunyai peluang sebagai bahan baku alternatif pakan ikan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan, dengan kandungan nutrien yang lengkap dan kualitas yang baik serta dapat diproduksi dengan kuantitas yang cukup dalam waktu singkat secara berkesinambungan.

Rencana aksi pembangunan budidaya maggot tahun 2020 adalah pembangunan 7 unit model percontohan maggot skala industri di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo dan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.

Sejatinya, maggot merupakan organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF), pada metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya akan menjadi BSF dewasa. “Maggot dapat diproduksi dengan mudah dan cepat. Panen maggot dapat dilakukan mulai dari usia 10 hari hingga 24 hari, dimana telur Black Soldier Fly (BSF) sudah menetas dan memasuki fase larva yang tumbuh sekitar 15-20 mm hingga sebelum masuk fase pupa,” papar Slamet.

Slamet menerangkan bahwa maggot dapat diproduksi dalam waktu singkat, maggot dapat tersedia dalam jumlah melimpah dan sepanjang waktu, tidak berbahaya bagi ikan dikarenakan bukan vektor penyakit serta maggot mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan yakni kandungan protein sebesar 40-48% dan lemak 25-32%.

“Produksi budidaya maggot tidak membutuhkan air, listrik, bahan kimia, dan infrastruktur yang digunakan relatif sederhana, serta maggot mampu mendegradasi limbah organik menjadi material nutrisi lainnya”, terang Slamet.

Menurut Slamet, keunggulan lain maggot antara lain teknologi produksi maggot dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat, dan maggot dapat pula diproses menjadi tepung maggot (mag meal) sehingga dapat menekan biaya produksi pakan.

“Melihat potensi yang dimiliki dari produksi budidaya maggot, maka kita perlu pengembangan industri maggot. Pengolahan sampah organik melalui teknologi biokonversi maggot diharapkan juga berperan dalam mengurangi sampah organik dengan cepat serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan juga ketersediaan maggot sabagai bahan baku alternatif pakan tersedia sepanjang waktu”, tegas slamet.

 

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…