Dampak COVID-19, Pinjaman Lunak untuk IKM Harus Didorong

NERACA

Jakarta - Kebijakan untuk meminimalkan dampak COVID-19 kepada sektor Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) merupakan hal yang penting untuk dilakukan, mengingat jumlah pelaku IKM yang besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha yang tumbuh dari 3,6 juta unit di tahun 2015 hingga 4,6 juta unit di tahun 2019.

Hal ini penting, meningat IKMA juga merupakan industri yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Total tenaga kerja IKMA di tahun 2019 berada pada angka 10,8 juta orang dengan nilai produksi lebih dari Rp 1 triliun di tahun 2019.

“Kemenperin mengusulkan adanya pemberian pinjaman lunak kepada pelaku IKMA sehingga mereka mampu membayar gaji pekerja yang dirumahkan akibat wabah COVID-19. Bunga yang ada di pinjaman lunak ini akan lebih rendah dari bunga KUR,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta.

Sejak wabah COVID-19 terjadi pada awal Maret 2020, rata-rata penjualan IKMA mengalami penurunan antara 50-70 persen. Oleh karena itu Kemenperin juga mengambil langkah lainnya yang untuk meminimalisasi dampak terhadap IKMA yaitu bekerjasama dengan startup untuk membantu memasarkan produk-produk IKMA. Beberapa startup tersebut antara lain: Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Buka Lapak.

Gati menjelaskan bahwa saat ini kendala lainnya yang sedang dihadapi oleh pelaku IKMA adalah sulitnya memperoleh bahan baku khususnya yang diimpor. “Terkait dengan hal ini, Kemenperin akan bekerjasama dengan industri bahan baku dalam negeri supaya mereka memproduksi dan menyalurkan ke IKM,” ungkap Gati.

Selain itu, menurut Gati, untuk mengurangi beban yang ditanggung pelaku IKMA akibat COVID-19, Pemerintah juga memberikan kebijakan berupa penundaan pembayaran kredit. Dengan demikian, pelaku IKM tidak perlu khawatir terhadap pembayaran kredit.

Sehingga dalam hal ini Kemenperin selalu berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perindustrian yang ada di 34 Provinsi di Indonesia. “Koordinasi yang kami lakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak COVID-19 terhadap IKM di setiap provinsi dan juga memetakan dampak yang ditimbulkan terhadap tenaga kerja,” jelas Gati.

Berdasarkan hasil koordinasi yang sudah dilakukan hingga saat ini, Gati memaparkan terdapat 43.016 IKMA yang terdampak COVID-19. IKMA tersebut tersebar di berbagai provinsi di Indonesia antara lain Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Banten. Terdapat 149.858 pekerja bernaung di sejumlah IKM tersebut yang saat ini produksinya terdampak COVID-19.

Kemenperin juga melakukan langkah-langkah koordinasi dengan kementerian terkait lainnya untuk meminimalkan dampak wabah COVID-19 terhadap ekspor produk-produk IKM yang didominasi oleh hasil kerajinan.

“Dampak COVID-19 terhadap potensi ekspor produk ini harus diminimalisasi.  Oleh karena itu, kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan juga Atase Perindustrian Indonesia di berbagai negara. Para perwakilan di luar negeri ini nantinya akan bernegosiasi agar ekspor produk IKM dari Indonesia dapat dilanjutkan setelah penyebaran COVID-19 dapat terkendali,” papar Gati.

Sebelumnya, Kemenperin juga terus berupaya mengangkat potensi industri kecil dan menengah (IKM) di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, setiap daerah memiliki berbagai produk keunggulan khas sesuai dengan kekayaan sumber daya alam dan budayanya.

“Indonesia memiliki beberapa wilayah yang telah berkembang IKM-nya, salah satunya adalah Yogyakarta,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Agus Tavip Riyadi

Agus menyebutkan, Yogyakarta memiliki sektor IKM yang variatif, antara lain industri logam mulia, kimia, hasil pertanian dan kehutanan, fesyen, kuliner, serta kerajinan. Daya saing IKM Yogyakarta dinilai mampu kompetitif baik di kancah domestik maupun global, sehingga menjadi barometer perkembangan ekonomi kreatif di Pulau Jawa.

“Secara umum, industri yang terdapat di Yogyakarta adalah industri kecil. Pada kenyataannya, hasil industri di wilayah Yogyakarta, utamanya produk kriya (kerajinan), fesyen dan kuliner telah banyak diminati konsumen luar negeri,” tutur Agus.

Hingga kini, Yogyakarta memiliki lebih dari 78 ribu unit usaha sektor IKM, yang sebagiannya punya potensi dobrak pintu ekspor.

Oleh karena itu, Agus mengatakan bahwa Kemenperin akan memberikan apresiasi kepada para pelaku IKM yang berasal dari Kota Gudeg atas partisipasinya pada Pameran Kerajinan Jogja Istimewa 2020. Upaya ini diharapkan dapat memperluas jaringan dan pasar mereka.

 

 

BERITA TERKAIT

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…

IKM Furnitur Perlu Ciptakan Produk Inovatif dan Ramah Lingkungan

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memberikan fasilitasi akses promosi dan pemasaran kepada industri kecil dan menengah (IKM) furnitur…

BERITA LAINNYA DI Industri

2024 Pertamina Siap Salurkan Subsidi Energi Tepat Sasaran

NERACA Jakarta – Pertamina siap menjalankan penugasan Pemerintah menyalurkan subsidi energi 2024 tepat sasaran. Melalui PT Pertamina Patra Niaga sebagai…

Pemurnian Nikel di Kalimantan Timur Terima Tambahan Pasokan Listrik - TINGKATKAN HILIRISASI

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong industri untuk meningkatkan nilai tambah melalui…

IKM Furnitur Perlu Ciptakan Produk Inovatif dan Ramah Lingkungan

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif memberikan fasilitasi akses promosi dan pemasaran kepada industri kecil dan menengah (IKM) furnitur…