Jurus KKP Hadapi Covid-19 Jika Mengganggu Ekspor

NERACA

Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan sejumlah jurus (skenario) jika pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap produksi perikanan di Tanah Air, terutama perikanan budidaya dan kinerja ekspor.

 Hal ini lantaran tidak menutup kemungkinan bahwa serangan Covid-19 akan berpengaruh terhadap terhadap kinerja produksi dan ekspor perikanan. Menteri Edhy mengatakan, hingga saat ini pihaknya terus memantau dan memastikan, sekaligus melakukan langkah-langkah antisipatif jika ada tren penurunan ke depan.

"KKP atau negara akan terus hadir untuk memastikan bahwa produktivitas tetap terjaga karena saat ini produktivitas di sektor perikanan budidaya kita sedang bagus-bagusnya. Kami terus memantau untuk memastikan bahwa perikanan budidaya terus maju, "kata Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

 "Memang dalam kondisi ini ada penurunan ekspor karena konsumsi udang/ikan di beberapa negara menurun. Seperti di Amerika, Eropa dan China membatasi jumlah impor karena banyak restoran yang tutup. Namun ini saya harap tidak menjadi kendala dan saya harap masyarakat tidak kendor dalam berbudidaya, harus diyakini bahwa negara tetap hadir untuk masyakarat. KKP akan terus memantau dan memastikan bahwa usaha budidaya tetap berjalan,” papar Edhy.

 Lebih lanut, Edhy mengatakan, jika memang permintaan menurun, pihaknya akan mencoba menyiapkan beberapa skenario seperti misalnya Pemerintah membeli langsung (produksi perikanan). Tapi, itu juga kita harus pikirkan ketersediaan coldstorage untuk menampung.

“Hal ini tentunya akan kami koordinasikan terlebih dahulu dengan Presiden. Menurut laporan yang saya terima, wabah Covid-19 memang ada pengaruh terhadap penurunan permintaan 10-20%, tapi saya rasa ini tidak terlalu signifikan," jelas Menteri Edhy.

Edhy pun mengatakan pihaknya terus melakukan koordinasi baik di internal maupun eksternal untuk memastikan ketersediaan stok ikan dan aktivitas pembudidaya.

 “Saya telah menugaskan Dirjen Perikanan Budidaya untuk mendata potensi udang di masyarakat yang belum terjual dan kepada Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan untuk mendata coldstorage baik yang operasional maupun yang tidak operasional, untuk scenario diatas,” imbuh Edhy.

 Potensi lain dari dampak pandemik Covid-19, Edhy mengakui, adalah terganggunya rantai pasok. Pihaknya memastikan terus melakukan antisipasi jika ke depannya ada upaya penerapan pembatasan atau bahkan penutupan akses ke beberapa wilayah.

"Tentu kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar khusus untuk urusan suplai logistik dan sarana prasarana penunjang usaha tidak dibatasi. Misalnya pengiriman produk ikan, pakan, benur dan obat obatan," jelas Edhy.

 Sementara itu Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menambahkan pihaknya akan terus mendorong produktivitas budidaya, salah satunya udang vaname di beberapa daerah. Ia mengaku telah menyiapkan strategi untuk genjot produksi di hulu.

 "Kita punya target peningkatan ekspor udang sebesar 250% hingga tahun 2024. Artinya kita perlu optimalisasi lahan tambak yang ada. Daerah-daerah di kawasan pantai Selatan Jawa punya potensi besar untuk kita kembangkan menjadi sentral produksi udang. Namun, tentunya kita harus pertimbangkan daya dukung lingkungannya juga," ungkap Slamet.

Slamet pun mengakui bahwa pihaknya sudah menyiapkan roadmap untuk 5 (lima) tahun ke depan yang berisi straregi KKP dalam menggenjot produksi udang nasional. Menurut Slamet, pihaknya bakal melakukan optimalisasi lahan tambak melalui pendekatan kawasan berbasis kawasan, dimana aspek keberlanjutannya bakal terjamin.

 “Kami akan pastikan bahwa supply benih dan juga ketersediaan pakan ikan terjamin dengan harga yang terjangkau di masyarakat," ungkap Slamet.

Bahkan sebelumnya layanan sertifikasi ekspor perikanan dan kelautan ditengah pendemi Covid-19 untuk sejumlah negara mengalami kenaikan. Hal ini telihat dari tumbuhnya ekspor di beberapa negara selama periode Januari - 12 Maret 2020 dibanding periode yang sama pada 2019.

Negara-negara tersebut di antaranya, Amerika Serikat sebesar 44.748,98 ton dibanding 36.686,99 ton. Kemudian ke Thailand yang meningkat dengan total 27.264,73 ton dibanding 11.372,78 ton. Lalu ekspor ke Malaysia yang sudah mencapai 15.883,49 ton dibanding 13.008,65 ton dan Taiwan sebesar 7.823,77 ton dibanding 7.173,04 ton.

 

 

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…