Trans Power Marine Raup Laba US$ 8,23 Juta

NERACA

Jakarta – Di tahun 2019, PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) mencatatkan kenaikan laba bersih sebanyak 8,29% menjadi US$8,23 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2018 senilai US$7,6 juta. Perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin menjelaskan, kenaikan laba bersih sejalan dengan pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 8,68% menjadi US$47,68 juta. Adapun beban langsung juga mengalami kenaikan 11,29% menjadi US$33,29 juta. 

Di sisi lain, emiten pelayaran ini mencatat tambahan pendapatan dari pos keuntungan selisih kurs sebesar US$98.084, berbalik dari posisi rugi kurs paa 2018 sebesar US$253.543. Sementara itu, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi atau capital expenditure (capex) mengalami kenaikan signifikan. Pada 2019, perseroan membelanjakan dana senilai US$8,45 juta, naik hampir 8 kali lipat dibandingkan dengan  capex 2018 sebesar US$2 juta.

Di sisi lain, TPMA juga berhasil menekan angka liabilitas jangka pendek perusahaan. Total liabilitas jangka pendek emiten pada 2019 berada di angka US$22,56 juta, lebih rendah dibandingkan tahun 2018 senilai US$24,01 juta. Sementara itu, total liabilitas jangka panjang pada 2019 juga mengalami penurunan menjadi US$10 juta dari perolehan tahun 2018 senilai US$11,82 juta. Hal ini terjadi karena perseroan sukses membayarkan utang-utang dari bank dan lembaga bukan bank setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu setahun sehingga posisi utang jenis ini turun dari US$10,91 juta pada 2018 menjadi US$8,95 juta

Secara keseluruhan, total liabilitas TPMA adalah senilai US$32,57 juta, atau turun dibandingkan tahun 2018 sebesar US$35,84 juta. Sebagai informasi, tahun ini perseroan membidik pertumbuhan pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar 15%. Direktur TPMA, Rudy Sutiono seperti dikutip kontan pernah bilang, tren industri pelayaran saat ini sedang bagus. "Kami lihat walaupun secara harga lebih kecil, tapi dari segi kuantitas tetap bertumbuh,"ujarnya.

Hal ini terjadi karena dari tingkat eksplorasi dan tingkat konsumsi dari komoditas masih cukup baik. Seperti batubara yang mengalami kenaikan konsumsi setelah beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru. Salah satunya adalah milik PLN di Cilacap. Selain itu, di kawasan Sulawesi ada tambang nikel dan rencana pembangunan pabrik baterai lithium. Sehingga, pengangkutan batubara yang sebelumnya hanya rute Kalimantan-Jawa, kini juga juga berlabuh ke Sulawesi. "Dengan sendirinya kebutuhan kapal tongkang akan bertambah, tetapi di satu sisi pertambahan kapal tongkang di Indonesia tidak signifikan sehingga pasarnya masih sangat besar untuk industri pelayaran," ungkap Rudy. 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…