Oleh: Agus Yuliawan
Pemerhati Ekonomi Syariah
Social distress tak bisa di hindarkan pada diri masyarakat akibat dampak dari penyebaran virus covid – 19, meskipun sebagian komunitas masyarakat di daerah menerapkan lockdown sebagai langkah preventif, tapi pemerintah pusat kini terus mengkaji untuk terbitnya peraturan pemerintah tentang karantina wilayah. Hal itu dilakukan agar terjadi pemutusan rantai penyebaran covid–19 agar penyebarannya dikendalikan dan meminimalis memakan korban.
Walaupun berbagai upaya kebijakan telah dilakukan sebelumnya oleh pemerintah agar tak menambah social distress dan financial distress seperti relaksasi dan skema restrukturisasi pembiayaan, tapi itu semua belum mampu menjawab kedisiplinan dan ketertiban masyarakat untuk menerima imbauan agar melakukan social distancing. Hal itu tak lepas dari mayoritas masyarakat Indonesia yang banyak berkerja di sektor informal dari pada di sektor formal sehingga menjadikan imbauan tersebut terus dilanggar dan tak memilik efek sama sekali.
Lalu apa yang harus dilakukan agar semua masyarakat mau mematuhi social distancing dan karantina wilayah jika diterapkan? Tiada lain semua itu dilakukan dengan melakukan semangat berta’awun (saling tolong menolong) untuk negeri.
Semangat berta’awun dalam kebencanaan bukan hanya diberikan oleh para petugas medis saja yang berada di garis terdepan atau polisi dan TNI yang kini menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Tapi semua masyarakat harus semua terlibat dengan gerakan masyarakat semesta. Apalagi bagi seorang Muslim, ajaran berta’awun diajarkan dalam agama Islam, dimana berta’awun adalah ajaran dasar dan akhlak Islam. “...Dan tolong – menolong kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan ..(QS al – Maidah (5):2).
Begitu juga Ibnu Huwaiz, sebagaimana yang dikutib Al–Qurthubi di dalam tafsirnya menjelaskan, ta’awun ala al-bir wa al-taqwa adalah akhlak Islam. Akhlak seorang Muslim yang saling memberi dan memperkuat sesuai dengan kemampuan.
Berkaca dari perspektif ajaran Islam tersebut saat ini diperlukan sebuah usaha bersama dalam melakukan tolong menolong untuk membantu negara dalam keadaan bencana. Jika di negara Turki seperti informasi yang diperoleh dari media nasionalnya, memberikan contoh ketika melakukan lockdown dengan menyiapkan berbagai bahan–bahan logistik diantar ke rumah–rumah sebagai bagian strategi insentif, kita rasa hal itu sangat sulit dilakukan oleh pemerintah saat ini, melihat besarnya jumlah penduduk Indonesia dan ketidaksiapan ketahanan pangan dalam negeri untuk melakukan itu semua.
Apalagi mayoritas kebutuhan pangan kita seperti beras, sayur mayur, buah–buahan dan daging adalah impor semua. Maka sangat tak mungkin pemerintah kita melakukan kebijakan seperti pemerintah Turki. Maka kebijakan lockdown seperti yang terjadi dilakukan oleh banyak negara, akan terasa pahit jika dilakukan di negeri ini.
Maka yang bisa dilakukan adalah gerakan berta’awun untuk negeri dengan semangat gotong–royong dan kekeluargaan untuk saling membantu sesama. Nampak sekali gejala itu yang berjalan di masyarakat saat ini dengan ekspresi saling membantu dengan menyiapkan berbagai makanan kepada para petugas medis, memberikan nasi kotak kepada para ojol dan membuat dan membagikan sanitizer secara gratis. Bahkan dengan beraktifitas di dalam rumah dan tidak berpergian kemana–mana juga merupakan usaha untuk membantu negeri.
Bencana nasional dampak dari covid–19 ini telah menjadi resesi ekonomi nasional dan global, nyaris di tahun 2020 ini tak ada negara manapun yang tak kena pandemi virus ini. Non sense bicara pertumbuhan ekonomi yang adalah slow down economic. Maka melihat kondisi ini pemerintah harus bersikap bijak dan tak harus bersikap egois dengan terus mengerjakan ambisius proyek pembangunan infrastruktur yang besar-besar.
Pemerintah harus bisa mengalihkan sementara semua program itu untuk kepentingan pembangunan penghentian penyebaran covid–19. Seperti menyediakan peralatan kesehatan, insentif dan berbagai subsidi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus bisa menjadikan keteladaan paling terdepan ditengah masyarakat dengan kearifannya telah melakukan keta’awunan sesuai dengan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga badai covid–19 bisa berlalu dan masyarakat bisa beraktifitas kembali seperti biasanya. Amin.
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…
Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…
Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…