Pemerintah Siap Memperkuat Pasar Sagu Melalui Koperasi

Riau – Tidak ada yang tidak mungkin jika dilakukan dengan serius, termasuk memperkuat pasar sagu didalam negeri melalui koperasi

NERACA

Kementerian Koperasi dan UKM menyerahkan SK Koperasi Produsen Sentra Sagu Terpadu, di sela-sela rangkaian acara Festival Sagu Nusantara, di Linau Kuning, Sungai Tohor, Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

"Semoga pengelolaan sagu oleh masyarakat Kepulauan Meranti akan semakin baik dengan adanya kelembagaan koperasi", ucap Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM M Riza Damanik, usai menyerahkan SK tersebut kepada Ketua Koperasi Koperasi Produsen Sentra Sagu Terpadu Abdul Manan.

Menurut Riza, peran koperasi disini sebagai agregator. "Sehingga, kegiatan persaguan masyarakat menjadi lebih berskala ekonomi dan memiliki nilai tambah," tandas Riza.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria br Simanungkalit menambahkan, pihaknya mempunyai perhatian terhadap sagu sebagai andalan pangan, sekaligus menjadi komoditi strategis yang memiliki nilai kearifan lokal.

"Sebanyak 80 persen sagu nasional berasal dari Kepulauan Meranti, sehingga sagu menjadi sumber ekonomi utama bagi masyarakat disana", ucap Victoria.

Sementara Wakil Bupati Kepulauan Meranti H Said Hasyim menekankan bahwa melestarikan peradaban ekologi sagu pada hutan gambut penting untuk dilakukan. "Apalagi, saat musim kemarau, sagu bisa menjadi solusi tepat mencegah karhutla di lahan gambut", ungkap Bupati.

Hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian KLHK Karliansyah, Staf Khusus Menteri KLHK Hani Adiyanti, Deputi IV, Badan Restorasi Gambut Haris Gunawan, Dandim OPD Kabupaten Kepulauan Meranti Makmun Murod, Kadis Perindagkop dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti M Aza Faroni, serta Founder Sekolah Ekologi Indonesia Tarmizi Alba.

Ditempat terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian Antarjo Dikin mengakui makanan sagu dapat menggantikan makanan pokok lainnya. Sebab, di dunia ini memang ada kecenderungan kelangakaan pangan. Sebab sumber daya alam mulai terbatas.

Bahkan sagu pun saat ini telah dijadikan makanan alternatif pengganti beras khususnya bagi penderita penyakit diabetes.

Seperti diketahui, data dari International Diabetes Federation pada 2017 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 negara dengan jumlah orang dengan diabetes. “Jadi sagu ini bisa menjadi bahan makanan pengganti beras,” kata Antarjo 

 

Melihat hal tersebut, Antarjo pun mengakui maka sagu bisa juga dijadikan sebagai sumber pangan lainnya. Sehingga dengan membuka atau menciptakan pasar sagu, sama saja dengan mengangkat potensi petani dan membuka pasar ekonomi baru ke luar negeri.

5 Negara Pasar Sagu Asal Indonesia

Terbukti, berdasarkan catatan Badan Pusat Satitstik (BPS) pasar sagu Indonesia terbesar ada di lima negara. Pertama Malaysia dengan volume ekspor 7.138.000 kilogram dengan nilai US$ 873.604. Kedua, Jepang dengan volume ekspor 4.122.000 kilogram dengan nilai US$ 2.008.748. Ketiga, Cina dengan volume ekspor 208.305 kilogram dengan nilai US$ 110.601. Keempat, Singapur dengan volume ekspor 7.175 kilogram dengan nilai 23.096. Kelima, Amerika Serikat dengan volume ekspor 4.615 kilogram dengan nilai US$ 68.227.

Sehingga, mengingat sagu memiliki kandungan serat yang tinggi, namun karbohidratnya rendah. Jadi sangat dianjurkan bagi penderita diabetes dan mencegah datangnya penyakit tersbut. “Maka

semoga negara belum banyak yang tau manfaatnya, harus terus sosialisasikan untuk mendorong pasar luar negeri,” himbau Antarjo.

Sebab, Antarjo mengakui dengan terus mensosialisasikan manfaat sagu otomatis akan membuka pasar lebih besar lagi. Adapun daerah sentra penghasil sagu terbesar di Indonesia ini ada 5 daerah juga.

Pertama, Papua dengan total produksi 66.593 ton dengan luas 155.675 hektar. Kedua, Maluku dengan total produksi 8.134 ton, dengan luas 36.478 hektar. Ketiga, Kalimantan Selatan dengan total produksi 4.130 ton dengan nilai 6.511 hektar. Keempat, Aceh dengan total produksi 1.711 ton seluas 6.946 hektar. Kelima, Riau dengan total produksi 338.726 ton seluas 73.587 hektar.

Melihat angka tersebut maka sagu berpotensi untuk dikembangkan, tinggal memnciptakan pasar-pasar baru baik didalam negeri ataupu luar negeri. Ini karena sagu saat ini bisa dikembangkan untuk aneka makanan.

Contohnya di Sumatera Selatan,  bisa dijadikan sebagai bahan baku (makanan) pempek. Jadi sagu bisa dicampur dengan tepung sagu baru digoreng.Bayangkan jika sagu diolah masal atau dijadikan pempek maka konsumsi sagu bisa meningkat. Belum lagi jika dijadikan mie. Sebab saat ini mie sagu juga sedang berkembang.

“Artinya jika konsumsi sagu dalam negeri juga meningkat maka otomatis akan meningkatkan harga sagu ditingkat petani,” harap Antarjo.

 

 

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…