Pengamat: Ketahanan Pangan Harus Fokus Pada Empat Dimensi

NERACA

 

Jakarta – Kalangan pengamat menilai kebijakan ketahanan pangan ke depan perlu lebih membumi dan harus fokus untuk membangun keempat dimensi, yaitu ketersediaan, aksebilitas, stabilitas dan utilitasasi pangan secara lebih komprehensif.

“Hanya dengan langkah yang komprehensif itu lah, keberdaulatan pangan dan kemandirian suatu bangsa dapat diraih oleh Indonesia,” jelas Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin pada acara peluncuran buku Pangan Rakyat: Soal Hidup atau Mati 60 tahun kemudian, di Jakarta, Senin (23/4).

Di bidang produksi, lanjut Arifin, sebagai salah satu ujung tombak ketersediaan pangan, perbaikan manajemen usaha tani, peningkatan produktivitas dan inovasi kelembagaan wajib diteruskan dan diperbaiki sesuai dengan tuntutan jaman, termasuk mengakomodasi dan memanfaatkan kearifan lokal yang umumnya kompatibel dengan strategi keberlanjutan pembangunan ekonomi secara umum.

“Pemanfaatan anggaran negara untuk meningkatkan kapasitas petani dan SDM pertanian, bahkan jika harus memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk memperbaiki infrastruktur pertaninan dan pencetakan sawah-sawah baru di luar Jawa,” tambahnya.

Arifin juga menghimbau, agar ketahanan pangan bahkan kedaulatan pangan dapat dirintis dan ditegakkan dari upaya aksi di lapangan yang mengarah pada pembangunan cadangan pangan pokok di setiap pemerintah daerah. Cadangan pangan ini dapat menjadi alternatif terbaik untuk stabilitasasi apabila terjadi bencana alam atau musim paceklik yang berkepanjangan.

Sejak 60 tahun lalu Bung Karno telah mengungkapkan keresahannya karena pemerintah harus membeli 700 ribu ton beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional. Banyak hal dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk menyusun masa depan yang lebih baik. Sementara di masa kini, pangan menjadi sangat strategis karena dua persoalan nasional yang terkait erat didalamnya, yaitu masalah pasokan pangan dan kemiskinan.

“Pangan sebagai persoalan hidup mati bangsa kiranya tidak akan berhenti di suatu masa saja, tetapi akan tetap menjadi masalah bangsa yang perlu dijawab sepanjang masa. Sekali kita lengah maka masalah tersebut dapat menjerumuskan bangsa kita pada situasi yang tidak diinginkan,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.

Menurut Bayu, pangan saat ini bukan hanya sekedar jumlah atau jenis, tetapi juga menyangkut kualitas, ketersediaan sumber daya, kondisi kehidupan petani, perkembangan teknologi yang tidak berhenti, politik ekonomi dan berbagai dimensi sosial kemasyarakatan yang jalin menjalin dalam saling ketergantungan yang dalam. “Seberapa kecil pun aspek yang diajukan memiliki potensi untuk memberi kontribusi solusi atau tambahan masalah, menjaga ketersediaan pangan untuk rakyat,” tambahnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…