Stake Holders Mendesak Dilaksanakan Gernas Teh

NERACA

Jakarta - Terkait dengan program KementerianPertanian (Kementan) untuk melakukan ekspor tiga kali lipat memalui program Gerakan Ekspor Tiga Kali (GRATIEKS) maka Dewan Teh mendesak untuk dilaksanakannya Gerakan Nasional (Gernas) Teh.

Ketua Dewan Teh Indonesia (DTI), Rachmat Gunadi mengatakan untuk mendorong ekspor maka diperlukan perbaikan di sektor hulu, salah satunya  bisa dengan Gernas Teh, seperti yang dilakukan pada Gernas Kakao.

Penyediaan bibit teh menjadi krusial dalam gernas teh sebab populasi 1 hektar teh dibutuhkan 10 ribu bibit teh, untuk itu dibutuhkan teknologi perbanyakan bibit seperti yang dilakukan pada gernas kakao yakni menggunakan teknologi somatik embryogenesis (SE).

Hal senada diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani teh Indonesia (APTEHIND0), Nugroho B. Koesnohadi bahwa untuk meningkatkan ekspor maka perlu dilakukan Gernas Teh.

Adapun biaya yang dibutuhkan untuk Gernas Teh yakni diperkirakan hanya Rp 2,6 triliyun untuk lahan seluas sekitar 55 ribu hektar dengan perincian intesifikasi sekitar9 ribu hektar, rehabilitasi sekitar 28 hektar, replanting sekitar 13 ribu hektar dan  new planting atau perluasan sekitar 3,378 hektar.

“Jadi angka Rp 2,6 triliun tersebut, didapat dari intensifikasi dibutuhkan Rp 15 juta per hektar, rehabilitasi sebesar Rp 27.500.000 per hektar, replanting sebesar Rp 100 juta per hektar dan new planting sebesar Rp 100 juta per hektar. Sehingga jika ditotal biaya yang dibutuhkan sekitar Rp  2,6 triliun,” terang Nugroho.

Disi lain, Data Aptehindo menyebutkan,  pada tahun 2009 luas perkebunan teh di Indonesia  sebanyak 123.506  hektar (ha). Kurun  10 tahun terakhir (pada tahun 2019) luas kebun teh  tinggal  113.029 ha. Artinya, dalam waktu 10 tahun areal teh di Indonesia menurun seluas 10,477  ha.

“Penurunnya  rata-rata lebih dari 1.000 ha  per tahun.  Cukup banyak areal perkebunan teh BUMN dan perkebunan besar swasta (PBS) dikonversi ke tanaman lain. Karena pengusahaan tanaman teh dinilai oleh mereka  kurang menguntungkan,”  tambah Nugroho.

Kendati lahannya berkurang, lanjut Nugroho,  kurun lima tahun terakhir  banyak petani  teh rakyat yang melakukan penanaman baru (new planting) maupun replanting dilahan  mereka maupun dilahan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). “Dari penanaman inilah kami harapkan bisa mendorong industri teh nasional supaya tak terpuruk,” ujar Nugroho.

Menurut Nugroho, untuk memperbaiki sektor hulu,  pemerintah dan stakeholder terkait perlu melakukan perbaikan lingkungan agribisnis teh.  Selain itu, untuk mendorong program lima tahun ke depan perlu road map yang lebih fokus dan detail.

“Pelaksanaan program  pengembangan industri teh, selain dari APBN juga bisa didukung oleh sumber dana dan organisasi kerja yang memadai. Bisa juga memanfaatkan KUR,”terang Nugroho.

Sementara itu, Ketua Dewn Pembina Gabungan Asosiasi petani Perkebunan Indonesia (GAPERINDO) mengakui dengan melakukan Gernas Teh maka pemerintah sama saja dengan melakukan investasi jangka panjang, mengingat kebutuhan konsumsi teh terus meningkat dan bahkan dengan melakukan Gernas Teh sama saja dengan mengangkat derajat petani teh.

Disisi lain, Gamal juga akan mengusulkan kepada pemerintah agar komoditas teh masuk dalam komoditas strategis.

Sementara itu, pendiri Teh Sila, Iriana Ekasari mengungkapkan,  ada beberapa penghambat yang  harus dibenahi, agar industri teh nasional tak lumpuh.  Pembenahannya memang dari hulu-hilir.

“Karena itu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya segera turun tangan untuk mengatasi kendala pengembangan industri teh nasional. Jika pemerintah tak turun tangan, industri teh akan lumpuh,” papar Iriana.

Pembenahan industri teh perlu segera dilakukan, karena pasar komoditas teh dunia pun bergerak ke arah teh premium. Sementara itu, industri teh nasional masih berkutat pada teh non premium.

Namun, menurut Iriana, untuk melakukan pembenahan di hulu sepertinya tak semudah “membalikkan telapan tangan”.  Mengingat, riset teh Indonesia pun dibiarkan merana. Bahkan, riset teh tidak didanai oleh industri maupun pemerintah. Akibat lemahnya riset tersebut, klon teh Indonesia kalah unggul dalam  hal inner quality dibandingkan teh negara lain.

“Bandingkan dengan Srilanka,  saat ini klon-nya sudah seri 5.000,” ujar Iriana.

Iriana juga mengatakan, pasar teh Indonesia secara mayoritas tidak dididik menggunakan teh berkualitas. Akibatnya, ketika ekspor  komoditas teh tertekan, industri teh kesulitan membanjiri pasar dalam negeri.

“ Untuk itu, konsumen pun perlu diedukasi, bahwa minum teh itu menyehatkan. Kalangan milenial harus diajarkan minum teh, supaya kita punya pasar di dalam negeri. Minum teh juga dijadikan budaya, karena punya nilai historis dan ekologis bagi suatu daerah,” kata Iriana.

Menurut Iriana, selain teh premiun, konsumen saat ini juga menginkan produk teh yang punya nilai tambah, seperti manfaat kesehatan. Artinya,  konsumen tak lagi hanya murni mengkonsumsi teh biasa. “Sehingga,  fokus industri  teh ke depan tak sekadar mengejar produktivitas, tapi juga kualitas,” pungkas Iriana.

 

 

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

UMKM Perikanan Potensial di 12 Provinsi Terus Didorong

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan memberikan dukungan penuh terhadap 376 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Usaha Mikro…

Indonesia dan Tunisia Segera Tuntaskan Perundingan IT-PTA

NERACA Tangerang – Indonesia dan Tunisia segera menuntaskan Perundingan Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement (IT-PTA) pada 2024. Ini ditandai dengan  penyelesaian…