Generasi Muda Rentan Terpapar Radikalisme

Generasi Muda Rentan Terpapar Radikalisme  

NERACA

Jakarta - Generasi muda dan kaum perempuan akhir-akhir ini masih terlihat rentan terpapar paham radikal terorisme yang pada akhirnya menjadi pelaku terorisme. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Hamli.

Untuk itu, kata Brigjen Pol. Hamli dalam rilisnya, Ahad (23/2) malam, BNPT meminta masyarakat bersama-sama bisa melakukan upaya pencegahan paham radikal terorisme di lingkungan sekitarnya agar penyebaran paham tersebut tidak meluas.

Ketika tampil pada Talk Show on the Street dalam kegiatan Crime Prevention, Day, Making Indonesia 4.0 yang diselenggarakan oleh Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), mengemukakan hasil penelitian bahwa kerentanan itu tergantung pada latar belakang itu sendiri.

"Nah, sekarang yang banyak itu adalah pemuda dan juga kaum perempuan yang pada saat ini kerentanannya itu cukup signifikan. Hal seperti itu harus menjadi perhatian kita semua,” kata Brigjen Pol. Hamli. 

Dalam sambutan penghantarnya di depan masyarakat Brigjen Hamli pun menjelaskan bahwa aksi terorisme itu sendiri dimulai dari sifat dari manusia yang menunjukkan gejala pemikiran radikal negatif. Radikal negatif itu sendiri bermula dari intoleransi.

Untuk itulah dirinya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar sama-sama memahami apa itu terorisme, apa itu radikalisme dan apa itu intoleransi. Kalau masyarakat sendiri tidak paham mengenai hal tersebut, tentunya masyarakat tidak akan tahu apa yang harus dikerjakan. Setelah paham baru bersama-sama melakukan upaya pencegahan ini.

“Ini adalah langkah awal supaya masyarakat bisa mengetahui secara jelas. Ketika sudah paham masyarakat ini bisa melakukan pencegahan secara dini. Kalau sudah memahami, maka masyarakat juga ikut membantu pemerintah dalam rangka mencegah kejahatan itu, terutama kejahatan terorisme,” ujar alumnus Sepamilsuk ABRI tahun 1989 ini. 

Direktur Pencegahan BNPT ini menjelaskan terorisme itu sendiri tentunya tidak bisa datang secara tiba-tiba hingga orang menjadi pelaku teror. Ibaratnya gunung es yang puncaknya adalah terorisme, lalu gunung es yang di bawah adalah intoleransi.

Menurut Brigjen Hamli, para pelaku teror itu tentunya memiliki pemahaman atau pemikiran yang radikal negatif. Orang yang memiliki pemahaman radikal negatif itu awalnya bersifat intoleran. Intoleran itu adalah orang tidak mau dengan yang berbeda, tidak mau bekerja sama dengan yang berbeda.

“Yang berbeda itu dianggap oleh mereka yang intoleran itu sebagai musuh. Itu masih pemikiran di kepala. Itu adalah ‘gunung es’ yang di bawah. Nah, ketika itu (pemikiran) mulai mengeras, kemudian bisa naik ‘pangkat’ jadi radikal teror,” kata alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini. Ant

 

 

BERITA TERKAIT

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

BERITA LAINNYA DI

Indonesia Potensial dalam Pengembangan Ekonomi Digital

NERACA Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan…

Urbanisasi Berdampak Positif Jika Masyarakat Punya Keterampilan

NERACA Jakarta - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyatakan bahwa perpindahan…

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…