Momentum Perbankan Tekan Bunga Kredit

 

NERACA

Jakarta – Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menilai keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen sebagai momentum bagi perbankan untuk menekan suku bunga kredit. "Seharusnya, saat suku bunga diturunkan, idealnya memacu realisasi sektor perbankan," katanya, seperti dikutip Antara, kemarin.

Ia menambahkan jika suku bunga acuan bank sentral tetap tinggi, maka tidak bisa mendorong pergerakan ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi global khususnya dari China. China, ucap dia, merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia yang ekonominya saat ini tertekan karena imbas virus corona dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun pada kisaran empat persen pada triwulan pertama tahun ini.

Di sisi lain, ia mengakui perbankan tidak akan langsung menurunkan tingkat suku bunga kredit karena mencermati kondisi likuiditas apalagi loan to deposit ratio atau rasio kredit terhadap penerimaan dana (LDR) saat ini masih tinggi sebesar 94 persen. "Artinya likuiditas di bank ketat apalagi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) lebih rendah dibandingkan kredit," katanya.

Dengan begitu, lanjut dia, perbankan tidak mau langsung menurunkan suku bunga kredit karena berpotensi mempengaruhi struktur dana di bank dan ada potensi dana keluar dari bank karena pemerintah menawarkan investasi berupa surat berharga negara (SBN) dengan bunga yang menarik.

Abdul yang juga peneliti Indef itu menambahkan masih ada ruang bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan meski hal itu harus mencermati perkembangan wabah virus corona yang turut memberi dampak kepada perekonomian global. Selain itu, juga harus mencermati situasi di Amerika Serikat yang akan menggelar pemilihan presiden serta kondisi di Uni Eropa terkait isu Brexit.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 19-20 Februari 2020 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin menjadi sebesar 4,75 persen. BI juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 basis poin masing-masing menjadi 4,00 persen dan 5,50 persen. Penurunan ini merupakan yang pertama kali setelah bank sentral mempertahankan suku bunga acuan sebesar lima persen selama empat bulan berturut-turut atau sejak Oktober 2019.

Menanggapi keputusan turunnya suku bunga acuan, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI Bob Tyasika Ananta menyampaikan pihaknya akan melihat dan mengikuti tren penurunan suku bunga, baik simpanan maupun kredit. Beberapa pertimbangan yang dilihat yaitu kompetisi dan mekanisme pasar.

"Ada satu pesan yang dikirim otoritas yaitu untuk menggerakkan ekonomi, kami sudah menurunkan suku bunga, kemudian nanti bagaimana mekanisme pasar, transmisinya melalui proses mekanisme pasar," katanya, minggu lalu.

Bob menyampaikan perseroan telah menurunkan suku bunga beberapa kali sejak pemangkasan suku bunga acuan 100 bps oleh Bank Indonesia sejak medio 2019 dan harapannya perseroan akan segera menyesuaikannya ke tingkat suku bunga simpanan dan kredit perseroan.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim mengatakan penurunan suku bunga merupakan langkah tepat yang dilakukan Bank Indonesia melihat kondisi ekonomi yang saat ini sedang melambat. Namun, dia belum mau menjabarkan lebih lanjut respon selanjutnya atas penurunan suku bunga acuan tersebut. Soal kemungkinan akan menurunkan suku bunga kredit, Vera belum mau berkomentar banyak. "Sebenarnya kredit bukan masalah price, tetapi lebih ke masalah demand," katanya, Kamis (20/2).

Menurutnya, dalam penyaluran kredit selama ini BCA telah menyesuaikan dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Suku bunga kredit kendaraan bermotor (KKB) BCA berada di kisaran 3,63 persen, sementara itu, kredit perumahan rakyat (KPR) sampai dengan 4,63 persen.

Nantinya, BCA akan melakukan penurunan suku bunga pada penawaran baru. Soal seberapa besar penurunan, akan diumumkan saat perayaan hari jadi ke-63 BCA. "Kalau untuk kredit terutama, kredit yang korporasi juga sudah disesuaikan karena banyak benchmark dengan JIBOR [Jakarta Interbank Offered Rate]," katanya.

 

BERITA TERKAIT

Bank Muamalat Pastikan Ketersediaan Uang Tunai - Ramadan dan Idul Fitri

    NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mendukung program Bank Indonesia untuk memastikan kesiapan uang tunai layak…

Satgas Hentikan Dua Entitas Keuangan Ilegal

  NERACA Jakarta – Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) menghentikan kegiatan usaha Bartle Bogle Hegarty (BBH) Indonesia…

OCBC NISP Targetkan Akuisisi Bank Commonwealth Rampung Kuartal II

    NERACA Jakarta – Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk (OCBC) Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan menargetkan proses akuisisi PT…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Bank Muamalat Pastikan Ketersediaan Uang Tunai - Ramadan dan Idul Fitri

    NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mendukung program Bank Indonesia untuk memastikan kesiapan uang tunai layak…

Satgas Hentikan Dua Entitas Keuangan Ilegal

  NERACA Jakarta – Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) menghentikan kegiatan usaha Bartle Bogle Hegarty (BBH) Indonesia…

OCBC NISP Targetkan Akuisisi Bank Commonwealth Rampung Kuartal II

    NERACA Jakarta – Presiden Direktur PT OCBC NISP Tbk (OCBC) Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan menargetkan proses akuisisi PT…