Berharap Jiwasraya Tetap Hidup dan Eksis

Berharap Jiwasraya Tetap Hidup dan Eksis 
Peneliti BUMN Abra Tallatov dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) berharap PT Asuransi Jiwasraya tetap eksis dan hidup mengingat BUMN asuransi itu memiliki prospek pasar yang besar. "Kita berharap BUMN ini tetap eksis dan hidup, lewat pengembalian dana nasabah serta mengembalikan kepercayaan nasabah dan investor. Sehingga ketika Jiwasraya sudah mulai eksis dan menjual kembali produknya, masyarakat masih bisa percaya," ujar Abra kepada Antara di Jakarta.
Menurut dia, itu bukan hal yang mustahil ketika memang pemerintah mampu melakukan penyehatan terhadap Jiwasraya.
Ada beberapa preseden juga di sejumlah perusahaan ketika mereka mengalami krisis, mereka melakukan restrukturisasi dan penyehatan kemudian melakukan rebranding, itu berhasil dan bisa.
Abra menilai bahwa investor melihat potensi dan prospek pasar Jiwasraya sangat besar ke depan, dengan captive market yakni jumlah nasabah yang sangat banyak. Jumlah nasabah Jiwasraya sendiri mencapai jutaan orang. "Yang jelas karena BUMN Jiwasraya ini telah berusia ratusan tahun dan sangat strategis, kita sangat menyayangkan kalau BUMN ini sampai bubar," kata Abra.
Lebih dari itu, industri asuransi saat ini sedang mendapat sorotan, terutama setelah merebaknya kasus Asuransi Jiwasraya yang mengalami kasus gagal bayar. Tidak hanya Jiwasraya, asuransi lainnya seperti AJB Bumi Putra juga mengalami persoalan yang hampir sama.
Defisit besar yang menimpa beberapa perusahaan asuransi merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. "Begitu diketahui perusahaan asuransi mengalami defisit, seharusnya segera melakukan upaya penyehatan oleh pemegang saham. Opsi penyelamatan juga harus segera dilakukan," kata Ketua Komisi XI DPR RI, Dito Ganinduto dalam keterangannya di Jakarta.
Menurut Dito, kemelut yang terjadi di industri asuransi Tanah Air tak lepas dari peran pemegang saham dalam menangani defisit perusahaan. "Jika pemegang modal tak segera memberikan suntikan terhadap perusahaan yang tengah sakit, defisit perusahaan akan terus membengkak," ujarnya.
Seperti diketahui, dalam beberapa Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dan XI DPR-RI bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, sejumlah opsi penyehatan mengemuka mulai dari pembentukan anak usaha, penerbitan subdebt oleh induk BUMN asuransi, hingga skenario privatisasi dan upaya penguatan permodalan serta solvabilitas Jiwasraya melalui cash atau non cash.
Terkait opsi pembentukan holding asuransi, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan bahwa pembentukan induk usaha BUMN asuransi akan selesai pada Februari 2020. Pembentukan holding sudah hampir final. Holding asuransi akan berdiri pada Februari 2020 ini di mana PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) menjadi induk holding-nya," ujar Kartika.
Bahana akan membawahi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), dan Jasa Raharja. Nanti di situ akan menggunakan Bahana sebagai vehicle untuk mentransformasi asuransi secara keseluruhan, ujarnya.
Kartika menjelaskan holding tersebut tidak hanya untuk menyelamatkan Jiwasraya, namun juga digunakan dalam transformasi asuransi secara keseluruhan. Transformasi asuransi secara keseluruhan tapi nanti pelan-pelan kita gunakan untuk sebagian penyelamatan pemegang polis Jiwasraya juga, katanya.
Sementara itu, Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), Yanuar Rizky mengatakan defisit likuiditas dan solvabilitas yang dialami PT Asuransi Jiwasraya (Persero) harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan masalah keuangan yang lebih serius ke depan.
"Jiwasraya memiliki jumlah nasabah yang cukup besar sekitar 7 juta orang, Jika persoalan insolvabilitas ini dibiarkan berlarut-larut tidak segera diselesaikan maka dikhawatirkan berdampak sistemik," kata Yanuar Rizky.
Menurutnya, risiko sistemik dapat terjadi ketika para nasabah dan investor tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap industri jasa keuangan asuransi. Apalagi, Jiwasraya juga tengah dihadapkan pada kasus hukum perihal adanya dugaan korupsi yang melibatkan direksi lama dan "pemain" pasar modal.
Dampak dari kasus yang menimpa Jiwasraya saat ini, setidaknya telah mempengaruhi perdagangan saham di pasar modal, tercermin dari tren negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah menurun ke level di bawah 6.000.
"Jiwasraya saat ini berusaha menjual produk JS Saving Plan yang bersifat investasi, termasuk beberapa produk lainnya. Jadi, kalau sekarang dibiarkan berlarut-larut, itu juga bisa berdampak terhadap asuransi lain," kata Yanuar.
Untuk itu ujar Yanuar, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret atas permasalahan Jiwasraya.
Sementara untuk pihak otoritas dan regulator diharapkan dapat membantu Kejaksaan Agung dalam mencari para pelaku yang sengaja menggoreng saham, termasuk manajer investasi yang diduga turut terlibat.
Wacana penyehatan Jiwasraya sudah dibahas dalam beberapa Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dan XI DPR-RI bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.
Sejumlah opsi penyelamatan pun disiapkan mulai dari pembentukan anak usaha, penerbitan obligasi subordinasi (sub debt) oleh holding asuransi, hingga skenario privatisasi dan upaya penguatan permodalan serta solvabilitas Jiwasraya melalui tunai atau non tunai.
Hingga akhir 2019, ekuitas Jiwasraya diketahui negatif hingga Rp32,89 triliun jika mengacu batas minimal rasio solvabilitas perusahaan asuransi yang sehat atau Risk Based Capital (RBC).
Holding Bumn Asuransi 
Kartika Wirjoatmodjo juga menyebutkan pembentukan induk usaha atau holding perusahaan BUMN bidang asuransi akan selesai pada Februari tahun 2020. Saya sampaikan pembentukan holding Bahana sudah hampir final, jadi harusnya Februari ini holding Bahana sebagai holding asuransi akan berdiri, katanya di Hotel Fairmont Jakarta.
Kartika mengatakan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) akan menjadi induk dari holding yang membawahi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dan Jasa Raharja. Nanti di situ akan menggunakan bahana sebagai vehicle untuk mentransformasi asuransi secara keseluruhan, ujarnya.
Kartika menjelaskan holding tersebut tidak hanya untuk menyelamatkan Jiwasraya namun juga digunakan dalam transformasi asuransi secara keseluruhan. Transformasi asuransi secara keseluruhan tapi nanti pelan-pelan kita gunakan untuk sebagian penyelamatan pemegang polis Jiwasraya juga, katanya.
Sementara itu, meskipun PT Asuransi Jiwasraya belum bisa masuk dalam holding BUMN asuransi namun Kartika menuturkan masih bisa bergabung jika kasus yang dialami telah selesai. Caranya harus ke Panja dulu. Belum bisa dishare karena kan sama Panja belum sepakat, ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap melalui adanya holding tersebut maka nantinya seluruh BUMN di bidang asuransi dapat memperkuat transformasi dari sisi keuangan, manajemen risiko, pengelolaan investasi dan produknya. Supaya ke depan tidak terulang lagi produk seperti JS Saving Plan, termasuk investasi ke saham saham gorengan. Itu nanti akan dipantau dan ada kebijakan yang akan diatur oleh holding, jelasnya. (ant)

 

Peneliti BUMN Abra Tallatov dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) berharap PT Asuransi Jiwasraya tetap eksis dan hidup mengingat BUMN asuransi itu memiliki prospek pasar yang besar. "Kita berharap BUMN ini tetap eksis dan hidup, lewat pengembalian dana nasabah serta mengembalikan kepercayaan nasabah dan investor. Sehingga ketika Jiwasraya sudah mulai eksis dan menjual kembali produknya, masyarakat masih bisa percaya," ujar Abra kepada Antara di Jakarta.

Menurut dia, itu bukan hal yang mustahil ketika memang pemerintah mampu melakukan penyehatan terhadap Jiwasraya.

Ada beberapa preseden juga di sejumlah perusahaan ketika mereka mengalami krisis, mereka melakukan restrukturisasi dan penyehatan kemudian melakukan rebranding, itu berhasil dan bisa.

Abra menilai bahwa investor melihat potensi dan prospek pasar Jiwasraya sangat besar ke depan, dengan captive market yakni jumlah nasabah yang sangat banyak. Jumlah nasabah Jiwasraya sendiri mencapai jutaan orang. "Yang jelas karena BUMN Jiwasraya ini telah berusia ratusan tahun dan sangat strategis, kita sangat menyayangkan kalau BUMN ini sampai bubar," kata Abra.

Lebih dari itu, industri asuransi saat ini sedang mendapat sorotan, terutama setelah merebaknya kasus Asuransi Jiwasraya yang mengalami kasus gagal bayar. Tidak hanya Jiwasraya, asuransi lainnya seperti AJB Bumi Putra juga mengalami persoalan yang hampir sama.

Defisit besar yang menimpa beberapa perusahaan asuransi merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. "Begitu diketahui perusahaan asuransi mengalami defisit, seharusnya segera melakukan upaya penyehatan oleh pemegang saham. Opsi penyelamatan juga harus segera dilakukan," kata Ketua Komisi XI DPR RI, Dito Ganinduto dalam keterangannya di Jakarta.

Menurut Dito, kemelut yang terjadi di industri asuransi Tanah Air tak lepas dari peran pemegang saham dalam menangani defisit perusahaan. "Jika pemegang modal tak segera memberikan suntikan terhadap perusahaan yang tengah sakit, defisit perusahaan akan terus membengkak," ujarnya.

Seperti diketahui, dalam beberapa Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dan XI DPR-RI bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, sejumlah opsi penyehatan mengemuka mulai dari pembentukan anak usaha, penerbitan subdebt oleh induk BUMN asuransi, hingga skenario privatisasi dan upaya penguatan permodalan serta solvabilitas Jiwasraya melalui cash atau non cash.

Terkait opsi pembentukan holding asuransi, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan bahwa pembentukan induk usaha BUMN asuransi akan selesai pada Februari 2020. Pembentukan holding sudah hampir final. Holding asuransi akan berdiri pada Februari 2020 ini di mana PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) menjadi induk holding-nya," ujar Kartika.

Bahana akan membawahi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), dan Jasa Raharja. Nanti di situ akan menggunakan Bahana sebagai vehicle untuk mentransformasi asuransi secara keseluruhan, ujarnya.

Kartika menjelaskan holding tersebut tidak hanya untuk menyelamatkan Jiwasraya, namun juga digunakan dalam transformasi asuransi secara keseluruhan. Transformasi asuransi secara keseluruhan tapi nanti pelan-pelan kita gunakan untuk sebagian penyelamatan pemegang polis Jiwasraya juga, katanya.

Sementara itu, Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), Yanuar Rizky mengatakan defisit likuiditas dan solvabilitas yang dialami PT Asuransi Jiwasraya (Persero) harus segera diselesaikan agar tidak menimbulkan masalah keuangan yang lebih serius ke depan.

"Jiwasraya memiliki jumlah nasabah yang cukup besar sekitar 7 juta orang, Jika persoalan insolvabilitas ini dibiarkan berlarut-larut tidak segera diselesaikan maka dikhawatirkan berdampak sistemik," kata Yanuar Rizky.

Menurutnya, risiko sistemik dapat terjadi ketika para nasabah dan investor tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap industri jasa keuangan asuransi. Apalagi, Jiwasraya juga tengah dihadapkan pada kasus hukum perihal adanya dugaan korupsi yang melibatkan direksi lama dan "pemain" pasar modal.

Dampak dari kasus yang menimpa Jiwasraya saat ini, setidaknya telah mempengaruhi perdagangan saham di pasar modal, tercermin dari tren negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah menurun ke level di bawah 6.000.

"Jiwasraya saat ini berusaha menjual produk JS Saving Plan yang bersifat investasi, termasuk beberapa produk lainnya. Jadi, kalau sekarang dibiarkan berlarut-larut, itu juga bisa berdampak terhadap asuransi lain," kata Yanuar.

Untuk itu ujar Yanuar, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret atas permasalahan Jiwasraya.

Sementara untuk pihak otoritas dan regulator diharapkan dapat membantu Kejaksaan Agung dalam mencari para pelaku yang sengaja menggoreng saham, termasuk manajer investasi yang diduga turut terlibat.

Wacana penyehatan Jiwasraya sudah dibahas dalam beberapa Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dan XI DPR-RI bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan.

Sejumlah opsi penyelamatan pun disiapkan mulai dari pembentukan anak usaha, penerbitan obligasi subordinasi (sub debt) oleh holding asuransi, hingga skenario privatisasi dan upaya penguatan permodalan serta solvabilitas Jiwasraya melalui tunai atau non tunai.

Hingga akhir 2019, ekuitas Jiwasraya diketahui negatif hingga Rp32,89 triliun jika mengacu batas minimal rasio solvabilitas perusahaan asuransi yang sehat atau Risk Based Capital (RBC).


Holding Bumn Asuransi 


Kartika Wirjoatmodjo juga menyebutkan pembentukan induk usaha atau holding perusahaan BUMN bidang asuransi akan selesai pada Februari tahun 2020. Saya sampaikan pembentukan holding Bahana sudah hampir final, jadi harusnya Februari ini holding Bahana sebagai holding asuransi akan berdiri, katanya di Hotel Fairmont Jakarta.

Kartika mengatakan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) akan menjadi induk dari holding yang membawahi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dan Jasa Raharja. Nanti di situ akan menggunakan bahana sebagai vehicle untuk mentransformasi asuransi secara keseluruhan, ujarnya.

Kartika menjelaskan holding tersebut tidak hanya untuk menyelamatkan Jiwasraya namun juga digunakan dalam transformasi asuransi secara keseluruhan. Transformasi asuransi secara keseluruhan tapi nanti pelan-pelan kita gunakan untuk sebagian penyelamatan pemegang polis Jiwasraya juga, katanya.

Sementara itu, meskipun PT Asuransi Jiwasraya belum bisa masuk dalam holding BUMN asuransi namun Kartika menuturkan masih bisa bergabung jika kasus yang dialami telah selesai. Caranya harus ke Panja dulu. Belum bisa dishare karena kan sama Panja belum sepakat, ujarnya.

Lebih lanjut, ia berharap melalui adanya holding tersebut maka nantinya seluruh BUMN di bidang asuransi dapat memperkuat transformasi dari sisi keuangan, manajemen risiko, pengelolaan investasi dan produknya. Supaya ke depan tidak terulang lagi produk seperti JS Saving Plan, termasuk investasi ke saham saham gorengan. Itu nanti akan dipantau dan ada kebijakan yang akan diatur oleh holding, jelasnya. (ant)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…