Ketahanan Pangan vs Alih Fungsi Lahan

Oleh: Kamsari

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus mengaku resah dengan ancaman kelaparan bagi rakyatnya. Keresahan gubernur kian menyeruak melihat sulitnya mencapai ketahanan pangan.

Sulitnya mencapai ketahanan pangan lantaran pertambahan jumlah penduduk yang kian sulit terkendali. Sementara ketersediaan lahan pertanian semakin berkurang. Hasan berkaca pada kencangnya arus alih fungsi lahan. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir, di Jambi diperkirakan telah terjadi alih fungsi lahan pertanian seluas kurang lebih 600 ribu ha.

Menurut Gubernur, lebih dari 5 ribu hektar lahan pertanian di Jambi beralih fungsi setiap tahunnya. Persoalan ini harus dicermati dengan seksama, jika tidak alih fungsi ini bisa mengancam ketahanan pangan di Jambi.

Bukan hanya di Jambi terjadi alih fungasi lahan pertanian secara besar-besaran. Tak kurang dari 5.206 hektare lahan persawahan di Bali juga telah beralih fungsi selama kurun waktu 2005 hingga 2010. Artinya, Pulau Dewata kehilangan sawah sekitar 1.380 hektare setiap tahunnya.

Pada tahun 2005, lahan sawah beririgasi di Bali tercatat sebanyak 87.850 hektare. Namun sekarang lahan yang tersisa hanya 82.664 hektare. Lahan pertanian tersebut beralih fungsi ke non-pertanian itu untuk memenuhi lokasi pembangunan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan, termasuk pembangunan hotel dan industri pariwisata.

Tapi yang paling meresahkan adalah alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di pulau Jawa. Sepanjang 10 tahun terakhir, sekitar 1 juta ha lahan sawah di Jawa telah diberangus.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2002 silam lahan persawahan di Jawa masih mencapai 4,1 juta ha dari 7,7 juta ha lahan persawahan di Indonesia.

Tapi ternyata, berdasarkan pencitraan satelit, luasan sawah di Jawa cuma 3,5 juta ha. Dengan demikian, dalam hitung-hitungan sederhana saja, ada sekitar  600.000 ha lahan sawah di Jawa yang sudah beralih fungsi menjadi perumahan dan jalan tol.

Jika mengacu data BPS, setiap tahunnya telah terjadi alih fungsi lahan seluas 100.000 ha maka jika ditarik hingga kini sudah ada 1 juta ha persawahan yang hilang.

Melihat kencangnya arus alih fungsi lahan, pemerintah tak bisa lagi berpangku tangan saja. Lantaran kalau dibiarkan, maka alih fungsi lahan bakal sulit terkendali.

Dengan luas lahan pertanian yang hanya 7,7 juta ha, tak mungkin Indonesia bisa mencapai swa sembada beras lagi. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah. Meski BPS tidak berani mengumumkan, namun diperkirakan jumlah populasi di tanah air sudah mencapai 241 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang besar. Padahal, diversifikasi pangan yang menggantikan konsumsi beras dengan pangan lain masih jauh dari kata sukses.

Indonesia pasti membutuhkan pasokan beras dalam jumlah besar untuk membuat kenyang seluruh rakyatnya. Sementra produksi gabah dan beras tidak memadai. Impor memang bisa jadi pilihan. Tapi itu hanya solusi sementara.

Tanpa pencetakan sawah baru dalam jumlah besar, Indonesia hanya tinggal menunggu waktu untuk mengalami krisis pangan. Jadi, pilihannya sekarang, hentikan alih fungsi lahan persawahan, atau sebagain besar bangsa ini akan terkena wabah kelaparan.

 

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…