Semangat Toleransi Harus Diberikan Kelompok Rentan Intoleransi

Semangat Toleransi Harus Diberikan Kelompok Rentan Intoleransi  

NERACA

Jakarta - Peneliti senior dari Wahid Foundation Alamsyah M. Djafar mengatakan bahwa dalam menyemarakkan semangat toleransi dan antiradikalisme pada tahun ini seharusnya diprioritaskan pada kelompok yang rentan terpapar intoleransi agar tidak terjerumus lebih jauh.

"Jadi, kalau kaitannya dengan toleransi dan intoleransi harus ada prioritas yang menyasar kelompok-kelompok yang rentan terpapar intoleransi. Misalnya, yang tepapar kelompok-kelompok kelas menengah yang memiliki pilihan politik tertentu, kemudian kita sering mendapatkan informasi yang berisi kebencian dan lain sebagainya,” ujar Alamsyah dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (8/1). 

Pada tahun 2019, bangsa Indonesia telah berhasil melewati tantangan kebangsaan melalui proses kontestansi demokrasi. Pada tahun politik dengan ragam dinamika persoalan yang menguak emosi dan persinggungan identitas di ruang publik.

Untuk itulah pada tahun ini bangsa ini harus keluar dari lubang intoleransi, sekat primordial, dan ujaran kebencian demi merekatkan kembali persaudaraan antarwarga bangsa ini.

Selain itu, menurut Alamsyah, menyampaikan narasi alternatif tentang toleransi, perdamaian, dan antiradikalisme kepada kalangan masyarakat juga sangat penting demi memperkuat persaudaraan antarwarga Indonesia.

Selanjutnya, tinggal menentukan siapa mereka dan bagaimana media yang tepat untuk menyasar kelompok-kelompok yang rentan ini. 

Misalnya, kepada kelompok ormas yang menggunakan cara-cara kekerasan atau bisa jadi penyampaian narasinya adalah bisa dilakukan oleh para mantan pelaku yang sudah tidak lagi tergabung dengan kelompok "keras" tersebut, atau dia sudah "tobat" dari perbuatan kekerasan yang pernah dilakukannya.

Menurut pria yang pernah menjadi program manager Wahid Foundation ini penyampaian narasi toleransi, perdamaian, dan antiradikalisme juga bisa dilakukan oleh para tokoh, baik itu tokoh bangsa, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama yang selama ini telah menjdi panutan masyarakat.

Apalagi, jika para tokoh tersebut memiliki media sosial (medsos) dan sering memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk mengajak bertoleransi"Jadi, masyarakat bisa mendapatkan narasi toleransi dan perdamaian dari tokoh-tokoh panutannya. Jika tidak dapat bertemu dari tokoh tersebut, saya kira bisa melalui media sosial yang mana mereka bisa langsung mengaksesnya," kata Alamsyah.

Apalagi, lanjut dia, kalau tokoh yang menjadi panutan tersebut sering memberikan narasi perdamaian melalui media sosial dan memiliki banyak follower.

Menurut dia, bisa saja ada pertanyaan bagaimana kalau mereka ini tidak memiliki panutan atau tokoh di lingkungan masyarakatnya. Namun, hal tersebut kecil kemungkinan masyarakat tidak memiliki tokoh panutan atau seseorang yang ditokohkan di lingkungan masyarakat."Jadi, asumsi saya di dalam masyarakat itu selalu ada struktur kepemimpinan," ujarnya. Ant

 

BERITA TERKAIT

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

Perencanaan Pembangunan Daerah Harus Selaras dengan Nasional

NERACA Jakarta - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo mengatakan perencanaan pembangunan daerah…

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

BERITA LAINNYA DI

Hari Kartini Momentum Perempuan Kembangkan Diri

NERACA Jakarta - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menilai peringatan Hari Kartini pada 21 April menjadi momentum bagi…

Perencanaan Pembangunan Daerah Harus Selaras dengan Nasional

NERACA Jakarta - Kepala Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Yusharto Huntoyungo mengatakan perencanaan pembangunan daerah…

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…