Industri Tekstil Perlu Dukungan Pemerintah

NERACA

Jakarta – Ditengah-tengah persaingan dagang, industri tekstil saat ini perlu dukungan dari pemerintah mengingat saat ini industri tersebut sedang mengalami kurang sehat, terutama industri tekstil yang skala industri kecil menegah (IKM).

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat mengeluhkan bahwa saat ini kondisi industri tekstil mengalami keterpurukan seperti pengembangan industri sektor hulu di bidang tekstil, terutama  terkait kebutuhan bahan polyester yang masih impor.

“Kami memberikan harapan besar bahwa ada refinery baru yang didorong pemerintah yang akan memproduksi paracilin," kata Ade

Sebab, Ade mengakui dengan refinery itu kebutuhan polyester dapat dipenuhi dari dalam negeri dan meningkatkan daya saing di masa depan. Kemudian kebutuhkan hutan tanaman rakyat yang menanam kayu eucaliptus maupun akasia sebagai bahan serat rayon.

“Semuanya itu membutuhkan paling tidak 1 juta hektar lahan untuk penanaman kayu jenis tersebut guna menyuplai bahan baku bagi fiber fiskus,” harap Ade.

Lebih lanjut, Ade mengakui investasi dalam jumlah besar juga diperlukan bagi sektor pertenunan atau perajutan dying finishing. Terbukti, ada beberapa calon investor yang masih mempertimbangkan kecepatan pelayanan perizinan untuk menanamkan modal di industri dying finishing printing.

Artinya diharapkan adanya revitalisasi industri tekstil. Diantaranya pergantian mesin, supaya penjualan mesin lama tidak dikenakan PPn.

"Juga masalah energi, bagaimana pun juga kita menggunakan gas alam supaya harganya jangan terlalu tinggi dibandingkan negara-negara pesaing tinggi yang mendapatkan sumber gas alam dari kita (Indonesia) tapi kita menjual terlalu mahal dari dalam negeri," terang Ade.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Johnny Darmawan mengakui bahwa saat ini banyak bidang industri tekstil yang menggunakan bahan baku serat sebagai bahan pembuatan kain, walaupun skalanya masih IKM. Padahal, bila dikembangkan lebih jauh, pemanfaatan serat dapat digunakan untuk sektor industri lainnya.

Terbukti, serat alam terutama dari non-kayu sudah lama dibudidayakan dan sangat menjanjikan sebagai bahan baku industri agro berbasis selulosa.

“Salah satunya pulp untuk kertas dan karton, dissolving pulp untuk serat rayon bagi produk tekstil, nitroselulosa sebagai bahan baku propelen, selulosa asetat, nanoselulosa kristalin dan lainnya yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal,” papar Johnny.

Lebih lanjut, Johnny mengatakan komposit berbahan baku serat alam diharapkan terus diteliti dan dikembangkan karena sifat dari serat yang kuat dan ringan sebagai bahan baku industri yang ramah lingkungan dan mudah terdegradasi.

Di Indonesia sendiri saat ini banyak sekali tanaman yang dapat menghasilkan serat diantaranya kapas, kapuk ,rami, rosella, pisang dan nanas.

"Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemangku kepentingan, juga lembaga litbang untuk menghasilkan material baru sebagai bahan baku industri dari serat alam," ucap Johnny.

Artinya Johnny mengakui sebenarnya Indonesia berpotensi untuk manfaatkan serat alam dalam mendukung industri berbasis selulosa (industri tekstil dan alas kaki). Sehingga untuk mengurangi pemakaian material komposit berbasis serat sintesis yang dapat merusak lingkungan dan membawa pada perubahan iklim secara global oleh Industri tekstil dan alas kaki.

Terbukti, industri tekstil dan alas kaki didorong untuk beradaptasi dengan penggunaan serat alam sebagai alternatif. Sebab, serat alam memiliki kelebihan dibandingkan serat sintetis karena dapat didaur ulang dan terbarukan. “Sehingga peluang pengembangan serat alam di masa depan cukup menjanjikan,” terang Johnny. 

Saat ini Johnny  berharap bagaimana dapat mendorong serat alam lokal menjadi bagian penting yang bernilai ekonomis. Ini karena sebagai material baru melalui diversifikasi produk industri dan perekayasaan untuk setiap tahap rantai nilai industri berbasis serat alam dengan dukungan penelitian dan pengembangan yang memadai.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…