Kementan Optimis 2020 Mengekspor Beras

NERACA

Jakarta – Kementerian Pertanian optimis akan mengekspor beras disamping memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menteri Pertanian Syahrul Yasil Limpo optimis di samping memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga melalukan ekspor beras ke sejumlah negara.

Adapun beras yang akan diekspor rencananya berjumlah 100.000 sampai 500.000 ton meliputi bibit, irigasi dan lahan. Di samping itu, ada juga persiapan diplomasi dagang yang menjadi bagian penting pada proses ekspor. Ia optimistis proses ini bisa dilakukan pada awal Maret 2020.

"Dalam pikiran saya, semua negara akan dijajaki dulu. Tapi yang jelas, kita harus bisa bersaing dengan beras-beras yang ada dari negara lain. Walaupun sampai sejauh ini belum ada komunikasi yang lebih teknis dengan negara tujuan ekspor. Saya mohon waktu,” kata Syahrul.

Disamping itu, Syahrul mengatakan, kebutuhan beras juga akan terjamin karena secara perlahan panen raya akan berlangsung pada akhir Desember tahun ini hingga memasuki masa puncak pada April 2020. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki stok beras yang baru.

“Apalagi pada Januari nanti, kami prediksi akan terjadi stok beras baru sebanyak 16.000 ton. Lalu pada bulan Februari sebanyak 576.000 ton dan puncak panen raya pada bulan Maret menuju April, kurang lebih mencapai 4.255.000 ton,” ucap Syahrul.

Meski demikian, kata Syahrul, Indonesia sempat memiliki kekurangan beras sebanyak 1.241.000 ton pada periode November 2019. Kekurangan ini disimpulkan dari data produksi beras yang hanya 1.233.000 ton. Sedangkan perkiraan kebutuhan beras mencapai 2.474.000 ton.

“Tapi, kita masih punya cadangan sebanyak yang saya sebutkan tadi,” tegas Syahrul.

Untuk itu, Syahrul memastikan pemerintah akan menyesuaikan regulasi ongkos produksi dengan penyesuaian logistik dan distributor. Dalam hal ini, dia berharap pengusaha swasta dapat mengambil peranan pada peningkatan nilai ekspor beras.

“Ya kalau bisa pengusaha kenapa mesti pemerintah, Siapa pun menurut saya, mau BUMN atau siapa saja yang penting kita ekspor,” ucap Syahrul.

Disisi lain, Syahrul mengatakan, menghadapi perayaan Natal dan Tahun Baru 2020, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kebutuhan beras nasional dalam kondisi aman. Kepastian ini didukung dengan angka cadangan beras saat ini yang mencapai 4.776.000 ton.

“Jadi kebutuhan natal dan tahun baru saya pastikan aman. Kami juga sudah mengantisipasi dan melakukan validasi data dari kesiapan-kesiapan panen,” ujar Syahrul.

Sementara itu, Bupati Ngawi, Budi Sulistyono menyebutkan dengan luas lahan sawah seluas 50.197 ha dan Indek Pertanaman (IP) 2.6, pada tahun 2019 posisi sampai dengan bulan November produksi gabah di Kabupaten Ngawi sebesar 778.986 ton. Hasil ini setara dengan 446.904 ton beras, sehingga terjadi surplus.

"Ngawi ini sudah surplus beras, bahkan kebutuhannya hanya sebagian kecil sebesar 20 persen dari produksinya," kata Budi.

Menurut catatan, konsumsi beras penduduk Kabupaten Ngawi sebesar 92.600 ton per tahun atau 20%. Dengan demikian terjadi surplus beras sebesar 354.304 ton atau 80% persen.

Sehingga, Budi mengakui pihaknya optimis yang menjadi concern pemerintah saat ini, bagaimana Ngawi mampu memenuhi produksi pangan untuk di wilayahnya dan wilayah luar.

Adapun untuk menjamin bahkan meningkatkan produksi sehingga Kabupaten Ngawi tetap menjadi lumbung pangan, dibutuhkan manajemen atau tata kelola air,” ucap Budi.

Melihat hal tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengapresiasi apa yang telah dicapai Kabupaten Ngawi.

Namun menurut Suwandi, tata kelola manajemen produksi di Kabupaten Ngawi, perlu membentuk 1 skala manajemen cluster korporasi dalam 1 hamparan seluas 500 hektar di Desa Dawu. Istilah kerennya yakni corporate farming, sehingga kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan) bersatu dan naik kelas dalam wadah korporasi dan mempunyai nilai tawar yang tinggi.

 "Untuk pemberdayaan BPP (Balai Penyuluh Pertanian), harus ada gerakan besar di level kecamatan. Jadi semua data terkumpul di BPP dengan sistem digitalisasi,” jelas Suwandi.

 Sehingga dalam hal ini, Suwandi menegaskan inilah yang disebut Komando Strategi Pertanian (Kostra Tani) yang dibentuk Mentan Syahrul Yasin Limpo. Fungsinya yakni baik data, materi penyuluhan, membangun jejaring, bahkan monitoring pemanfaatan alsintan dengan sistem online dilakukan di Kostra Tani sebagai wadah pembangunan pertanian berbasis teknologi 4.0 dari bawah.

“Intinya Kostra Tani ini berfungsi membangun jaringan yang dikendalikan di Konsta Tani, level kecamatan,” tegas Suwandi.

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…