Investasi, Prospek dan Ekspor

Penulis: Fauzi Aziz

Pemerhati Ekonomi dan Industri

Para pemimpin negara dan para pemimpin perusahaan di seluruh dunia terus putar otak sambil mencermati perkembangan geopolitik dan ekonomi di dalam negerinya sendiri maupun di kawasan regional dan global. Mengapa demikian?. Jawabannya karena mereka menghadapi sindrom yang mereka sendiri tidak mampu mengatasinya yaitu pertumbuhan rendah, ketidakpastian dan ketidakstabilan. Padahal mereka itu adalah orang-orang hebat yang terpilih untuk menata bersama bagaimana agar ekonomi nasional, ekonomi kawasan dan global dapat terus tumbuh menjadi sumber kemakmuran.

Mengapa framingnya selalu nasional, kawasan dan global? Karena perkembangan teknologi informasi telah menyatukan mereka,dan kemudian sistem ekonomi liberal yang menjadi instrumen sistem kapitalisme global mengklaimnya telah terjadi globalisasi. 

Dalam perjalanan waktu sekian lama berjalan hingga kini, hasilnya dunia menjadi sama-sama menderita, baik dialami oleh negara-negara maju maupun oleh negara-negara berkembang.Menderita karena ekonomi lambat pertumbuhannya dan ketidak pastian menjadi semakin pasti dengan segala dampak ikutannya yang terjadi. Kalau dipikir-pikir, para pemimpin dunia dan para pemimpin bisnis global hanya dibebani untuk mengurus soal pengelolaan pengeluaran konsumsi rumah tangga, investasi, belanja pemerintah, serta urusan ekspor dan impor dengan membawa misi meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran sekitar 6,5 miliar jiwa penghuni dunia.

Dalam situasi sulit seperti sekarang ini, tanggung jawab mereka adalah agar berfokus pada bagaimana menyelamatkan pertumbuhan dengan berharap kegiatan investasi dan perdagangan internasional mesinnya berputar dengan putaran yang lebih cepat. Simplifikasi dari semua masalah tersebut akan selesai jika Pertama, perang dagang AS-CHINA  selesai. Tapi nampaknya belum akan selesai karena AS masuk dalam urusan kemelut di Hongkong. Donald Trump telah menanda tangani UU tentang Penegakksn HAM di Hongkong atas usulan Konggres. Pemerintah AS akan memberikan sanksi kepada pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran HAM di Hongkong. Jelas makin ruwet dan inilah barangkali mengapa ekonomi dunia berdasarkan angka proyeksi Bank Dunia di tahun ini dan 2020 hanya akan tumbuh 2,5%.

Kedua, seperti yang pernah dilansir IMF beberapa waktu yang lalu, bahwa hampir 70% pemulihan ekonomi bergantung pada peningkatan kinerja pertumbuhan pasar di negara-negara berkembang. Hal ini juga terkait dengan proyeksi Bank Dunia bahwa beberapa negara ASEAN ekonominya akan tumbuh rata-rata 5,18% tahun 2019 dan 2020. Tiongkok 6,1% dan 5,9% tahun 2019 dan 2020,serta Asia Timur dan Pasifik  5,8% dan 5,7% di tahun yang sama 

Catatan tersebut tetap harus dapat difahami bahwa kinerja ekspor tetap diproyeksikan akan turun, dan begitu pula otomatis pergerakan investasi akan cukup mengalami tekanan untuk tumbuh tinggi. Seluruh faktor PDB akhirnya terperangkap oleh lingkaran setan pertumbuhan rendah, dan paling tinggi moderat. Negara-negara berkembang dengan tingkat produktifitas ekonomi yang tidak tinggi akan lebih mengalami tekanan berat untuk tumbuh pada dua kegiatan investasi dan ekspor sebagai engine utama pertumbuhan PDB. 

Beberapa bulan lewat berbagai analisa ekonomi telah banyak beredar di media, antara lain yang menarik perhatian penulis ada beberapa di antaranya, yakni : suku bunga tinggi menjadi titik krusial dari skema penyelamatan ekonomi Indonesia (1).Pemulihan ekonomi harus berangkat dari titik kurs Rupiah yang kuat, dan tingkat inflasi yang rendah (2). Utang luar negeri merupakan faktor kritis dalam pemilihan ekonomi Indonesia (3). Kinerja ekspor yang tidak maksimal dengan perolehan devisa yang tidak besar dengan beban utang luar negeri swasta dan BUMN yang terus meningkat akan berakibat Debt Service Ratio (DSR) bertambah buruk.

Yang kita sasar adalah utang luar negeri rendah, devisa hasil ekspor tinggi.Ada kecenderungan angka DSR yang meningkat, sebagai contoh pada tahun 2007 hanya 15%,tapi naik menjadi 54% pada tahun 2015. Hal ini terjadi karena pertumbuhan utang swasta, dan BUMN tumbuh lebih cepat dari pada pertumbuhan kinerja ekspor nya. Kondisi demikian, dapat mengakibatkan kerentanan pada kondisi ekonomi makro. Karena itu benar jika pemerintah akan mendorong tumbuhnya investasi yang berorientasi ekspor, meskipun pada kondisi saat ini memacunya tidak mudah. 

Perhatian tentang faktor-faktor eksogen tetap penting dan kita perlukan sehingga memahami faktor lingkungan strategis juga semakin dibutuhkan karena mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi maupun ekspor juga perlu mempertimbangkan faktor geopolitik dan ekonomi   kawasan maupun global. Bagaimanapun dampak luas dari perang dagang AS-China telah terasakan antara lain rantai pasok global  terganggu yang berarti akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan  investasi dan ekspor. 

Sekarang menjadi saat yang tepat untuk membenahi segala macam masalah ekonomi di dalam negeri. Faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi eksternal, peran pemerintah dan kebijakan ekonomi yang akan diambil sama pentingnya untuk dapat memberikan kontribusi yang efektif bagi perbaikan kinerja perekonomian nasional. Perbaikan itu tidak pasti instan karena kebekuan kinerja ekonomi global bersifat kompleks. Ada persoalan politik dan strategis yang satu sama lain saling berkaitan. 

Ketika kita bicara masalah industrialisasi, maka tiga  catatan penting yang selalu penting untuk difahami, yakni : industrialisasi tidak hanya sekedar mebdirikan pabrik karena kita tidak hanya sekedar bicara tentang investasi di sektor industri, tetapi sedang berbicara tentang strategi dan kebijakan industri yang bersifat sistemik, menyeluruh untuk mewujudkan fondasi dan struktur industri yang  kuat. Karena itu, policy framework-nya harus ditempatkan pada pemberian dukungan terhadap transformasi teknologi dan produksi nya harus berorientasi ekspor. Pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi memerlukan investasi.Semoga proses politik, proses kebijakan, proses birokrasi, dan proses bisnis di dalam negeri dapat berjalan seiring untuk pemulihan ekonomi dalam negeri. 

 

 

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…