MKP Komit Mendorong Industi Perikanan

NERACA

Jakarta – Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo komit untuk mendorong industri perikanan dalam memacu ekspor. Tapi industri perikanan tetap harus memperhatikan aspek kedaulatan, keberlanjutan usaha, dan kesejahteraan demi generasi mendatang.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) bekerja sama dengan eksportir/unit pengolahan ikan (UPI), para pemangku kepentingan lainnya, dan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) komit untuk mendorong ekspor.

Berdasarkan catatan KKP volume komoditi perikanan yang diekspor hari ini mencapai 20.151 ton (34,7 persen hasil budidaya dan 65,3 persen hasil tangkap) dengan nilai USD 137,6 juta atau setara Rp 1,79 triliun.

“Hasil perikanan tersebut berasal dari 238 UPI sejumlah 1.004 unit kontainer,” kata Edhy.

Lebih lanjut, menurut Edhy, ekspor raya kali akan dikirim ke 43 negara dengan jenis komoditi rumput laut, tuna, tongkol, cakalang, rajungan, cumi, ikan terbang, surimi, kerang, kepiting, bawal, sidat, bekicot, paha kodok, kakap, kerapu, nila dan udang.

Secara lengkap, data ekspor di masing-masing pelabuhan oleh 8 UPT, yaitu BKIPM Semarang - pelabuhan Tanjung Mas, BKIPM Jakarta II – Pelabuhan Tanjung Priok, BKIPM Medan II – Pelabuhan Belawan, BKIPM Manado – Pelabuhan Bitung, BKIPM Bima - Pelabuhan Bima, Makassar - Pelabuhan Soekarno Hatta,  BKIPM Banjarmasin - Pelabuhan Tri Sakti dan BKIPM Ambon - Pelabuhan Ambon.

Sementara itu, dari Pelabuhan Teluk Lamong dilepas 4 kontainer komoditi perikanan yang akan dikirim ke 37 negara tujuan. Sebagai informasi, Pelabuhan Teluk Lamong merupakan pelabuhan pertama di Indonesia yang berkonsep green and smart port.

Pelabuhan ini memiliki sistem operasional yang berbasis Information, Communication, and Technology (ICT) dengan peralatan berbasis otomasi. Dengan infrastruktur modern, kapasitas yang besar, serta sistem operasional berbasis digital, pelabuhan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dan percepatan dalam pelayanan.

"Geliat industrialisasi sektor perikanan ini memang perlu didorong mengingat sektor perikanan berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional," jelas Edhy.

Sebagaimana tercatat, kontribusi PDB Perikanan terhadap PDB Nasional menunjukkan peningkatan dari 2,32 persen pada 2014 menjadi 2,60 persen pada 2018. Nilai PDB Perikanan kuartal III 2019 naik menjadi Rp 62,24 triliun dari Rp 58,58 triliun pada periode yang sama di 2018. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan pelaku usaha sektor perikanan.

Peningkatan PDB sektor perikanan ini merupakan dampak peningkatan produksi perikanan Indonesia. Pada tahun 2015, produksi perikanan tangkap mencapai 6,67 juta ton senilai Rp 120,6 triliun meningkat menjadi 7,25 juta ton dengan nilai Rp 210,7 triliun di 2018. Sementara itu produksi perikanan budidaya sebesar 15,63 juta ton pada 2015 meningkat menjadi 17,25 juta ton di 2018 yang terdiri dari 6,88 juta ton ikan budidaya dan 10,37 juta ton rumput laut.

Disisi lain, Edhy mengakui bahwa pihaknya sudah siap melaksanakan 5 program utama sebagai prioritas Presiden yaitu membangun sumber daya manusia (SDM), melanjutkan pembangunan infrastruktur, menghapus kendala regulasi, menyederhanakan birokrasi, dan melakukan transformasi ekonomi.

Kemudian ada dua tugas amanat sebagai MKP. Pertama, membangun komunikasi dua arah dengan stakeholder di sektor perikanan di antaranya kepada nelayan, pembudidaya ikan, petambak garam, pembudidaya rumput laut, dan stakeholder lainnya baik itu pengusaha besar maupun kecil.

“Jika tidak ada komunikasi yang baik, bagaimana kita bisa bicara program ke depannya," ucap Edhy

Kedua, lanjut Edhy, meningkatkan program perikanan budidaya sebanyak-banyaknya. Kita tahu bagaimana potensi perikanan budaya kita ini belum optimal dilaksanakan. Maka ke depan kami akan fokus ke budidaya di pesisir, laut, dan perairan umum baik itu sungai, danau, rawa, maupun waduk-waduk.

“Saya yakin banyak daerah tidak punya laut tapi punya waduk atau perairan umum lainnya,” tegas Edhy.

Sebelumnya, Kepala Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani berharap perizinan di sektor perikanan dan kelautan bisa dipermudah. Sebab dengan empermudah perizinan maka otomatis eksportir akan lebih bersemangat dalam meningkatkan ekspor.

“Sebab membuat investasi masuk ke Indonesia tidak seperti yang diharapkan adalah perizinan panjang dan birokrasi yang kompleks,” saran Rosan.

Hal ini karena menurut Rosan sektor kelautan dan perikanan mampu menjawab tantangan penciptaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan berkontribusi aktif dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…