NERACA

Setiap jenis investasi memiliki risiko disamping return yang dihasilkan. Reksa dana Pasar Uang adalah salah satu instrumen investasi yang diciptakan untuk mempermudah dalam pengelolaan dana terutama bagi investor pemula.

Setidaknya ada lima risiko yang harus kita tonjolkan dalam investasi reksa dana pasar uang Pertama, reksadana pasar uang secara teknis aman. Fund manager berusaha untuk menjaga harga saham konstan pada Rp 10 ribu, namun tidak ada jaminan bahwa harga saham akan tetap Rp 10 ribu. Jika harga saham turun, anda dapat kehilangan sebagian atau seluruh modal pokok.

Sedangkan, harga reksadana pasar uang adalah variable. Dengan kata lain, Anda tidak mengetahui ada beberapa banyak, Anda akan mendapatkan keuntungan atas investasi. Debgan tingkat harga yang bisa naik turun. Jika naik, yang mungkin menjadi hal yang sangat baik. Namun, jika turun dan Anda dapat berakhir dengan memerlukan lebih banyak modal uang.

Risiko inflasi, Anda harus memperhitungkan tingkat inflasi. Karena reksadana pasar uang dianggap lebih aman dari pada investasi lainnya seperti saham yang memakan waktu dengan pengembalian cukup lebih lama dan merupakan investasi yang berisiko. Selama jangka waktu yang lama dan pengaruh inflasi bisa menggerogoti keuntungan bagi investor.                 

Risiko Reinvestment, yaitu resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset finansial yang harus di re-invest dalam aset yang berpendapatan rendah resiko yang memaksa investor menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga..

Risiko Gagal Bayar (default risk atau credit risk), yaitu resiko yang terjadi akibat tidak mampunya peminjam (debitur) memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang dijanjikan. Resiko Inflasi (resiko daya beli atau purchasing power risk). Untuk menghadapi hal tersebut kreditur biasanya berusaha mengimbangi proyeksi inflasi engan meminta atau mengenakan tingkat bunga yang lebih tinggi.