Penanganan Karhutla di Indonesia Masih Kurang Efektif

Penanganan Karhutla di Indonesia Masih Kurang Efektif  

NERACA

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Slamet mengatakan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia masih kurang efektif, terbukti dengan luas lahan terbakar yang setiap tahun cenderung bertambah.

"Saya secara pribadi menyampaikan apresiasi kepada para satgas kebakaran yang sudah berupaya memadamkan kebakaran. Mereka bekerja sangat antusias ingin mengembalikan harkat dan martabat bangsa yang tercoreng akibat kabut asap," kata legislator asal Kabupaten Sukabumi tersebut di Jakarta, Senin (11/11).

Ia mengatakan selama periode lima tahun terakhir, 2019 merupakan tahun yang mencatatkan karhutla terbesar dengan luas lahan yang terbakar lebih merata hampir di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Slamet, kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi yang terjadi sejak September 2019 hingga saat ini telah lebih dari 86.000 hektare.

Kebakaran terluas terjadi pada kawasan berizin, seperti kawasan lindung, konservasi dan restorasi ekosistem. Hal itu bukan hanya menghancurkan ekosistem, tetapi juga memusnahkan satwa yang hidup di dalamnya, terutama kelompok reptil. Banyak satwa besar keluar dari habitat mereka dan masuk ke perkampungan warga, misalnya harimau dan gajah.

Politisi PKS itu mengatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan sudah menjadi hal yang rutin terjadi saat musim kemarau tiba. Namun, ia belum melihat aksi spetakuler dari pemerintah untuk membangun sistem pencegahan akibat kebakaran hutan sehingga ada manajemen terpadu yang dapat mengantisipasinya.

Slamet menilai regulasi penanganan kebakaran hutan dan lahan masih tumpang tindih. Hal itu mengakibatkan aturan yang menaungi malah menghambat penanganan karhutla. Selain itu, Badan Restorasi Gambut (BRG), menurutnya, belum memiliki arah yang jelas dalam penanganan kahutla. Padahal BRG sudah menjadi badan dengan pengelolaan anggaran yang mandiri.

"Penegakan hukum harus tegas, terutama kepada koorporasi yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pembakaran hutan. Satwa, flora hingga kehidupan manusia sangat terganggu, bahkan mengurangi kualitas hidup akibat kabut asap yang ditimbulkannya. Saya berharap, pemerintah segera memiliki alternatif tambahan dalam penanganan karhutla ini," kata dia.

Slamet memprediksi tahun depan iklim akan semakin ekstrem. Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk membuat persiapan lebih matang untuk menghadapi kondisi yang lebih ekstrem tersebut.

"Perkiraan pada tahun 2020 akan terjadi perubahan iklim yang lebih ekstrem. Antisipasi kebakaran hutan dan lahan harus lebih siap. Dengan persiapan yang lebih kokoh, kita semua berharap bahwa penangan kebakaran hutan dan lahan dapat diminimalisasi. Keberhasilan penanganan karhutla tahun depan menjadi tolak ukur kinerja Kementerian Lingkungan Hidup bersama dengan BRG," kata dia. Ant

 

BERITA TERKAIT

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

BERITA LAINNYA DI

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…