Tahan Suku Bunga, BI Pilih Turunkan GWM

P { margin-bottom: 0.08in; }A:link { }

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur periode November 2019 memilih untuk memangkas kembali rasio Giro Wajib Minimum rupiah sebesar 0,5 persen menjadi 5,5 persen untuk bank umum, dan 4 persen untuk bank syariah yang akan menambah likuiditas ke industri perbankan secara akumulatif sebesar Rp26 triliun.

 

Untuk kebijakan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate periode November 2019, Bank Sentral di Jakarta, Kamis, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar lima persen, setelah empat kali penurunan dengan dosis 100 basis poin atau satu persen selama Juli-Oktober 2019 menjadi lima persen. Sejalan dengan tetapnya suku bunga acuan, suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) tetap sebesar 4,25 persen, dan bunga pinjaman ke perbankan (lending facility) tetap sebesar 5,75 persen.

 

"Kebijakan moneter kami tetap akomodatif dan konsisten dengan perkembangan inflasi yang terkendali serta upaya untuk menjaga momentum pertumbuhan perekonomian," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/11). Perry mengatakan GWM rupiah perlu kembali diturunkan untuk membantu suplai likudiitas ke industri perbankan. Secara umum, likuiditas sebenarnya mencukupi, namun penyebarannya tidak merata. Beberapa kelompok bank, yakni Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I, BUKU II, dan BUKU III harus bersaing ketat berburu pendanaan di tengah melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).

 

Pada September 2019, DPK tumbuh melambat menjadi 7,47 persen secara tahunan (year on year) dibanding Agustus 2019 yang sebesar 7,62 persen (yoy). Penurunan GWM ini akan berlaku pada 2 Januari 2020. Tahun ini, sebenarnya Bank Sentral juga sudah memangkas GWM sebesar 50 basis poin dari posisi 6,5 persen pada 1 Juli 2019.

 

GWM adalah rasio dari total dana pihak ketiga perbankan yang harus dipelihara oleh perbankan pada saldo rekening BI. Dengan diturunkannya rasio GWM, dana yang disimpan perbankan di BI akan lebih kecil, dan sebaliknya dana yang dapat disalurkan perbankan sebagai kredit ke debitur lebih besar. Dengan penurunan GWM ini, BI berharap kredit dapat tumbuh lebih baik dan dapat mendorong perekonomian. "Penurunan GWM itu akan menambah likuiditas ke seluruh bank. Untuk bank umum dengan penurunan sebesar 50 basis poin akan mendapat tambahan likuiditas sebesar Rp24,1 triliun. Sementara untuk bank umum syariah itu akan mendapat likuiditas Rp1,9 truliun," ujar Perry.

 

Sebelumnya, Ekonom senior Indef Faisal Basri memprediksi Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate pada bulan ini. Menurut Faisal, hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. "Artinya ruang gerak moneter itu terbatas. Jadi, mau diturunkan lagi jadi 4, inflasinya 3,2 persen, jadi nett marginnya itu benar-benar flat. Jadi, BI akan menjaga agar rupiah itu tetap stabil," kata Faisal.

 

Faisal menilai jika suku bunga kembali diturunkan, maka investor akan keluar dari Indonesia untuk mencari imbal hasil bunganya lebih tinggi. Jika hal itu terjadi, akan memiliki dampak bagi nilai tukar rupiah. "Kalau suku bunga diturunkan, artinya return untuk investasi turun secara riil. Oleh karena itu, orang cenderung akan lari yang real interest rate-nya lebih tinggi," kata dia.

 

Faisal juga melihat BI akan menahan suku acuan karena adanya defisit transaksi berjalan atau current account defisit yang masih lebar. "Karena kalau kita lihat current account kita masih defisit, defisitnya masih besar 2,6 persen. Investasi yang datang lebih banyak portfolio daripada FDI. Jadi, rentan suku bunga diturunkan," ujar dia.

BERITA TERKAIT

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial

HUT Ke 61, TASPEN Gelar Empat Kegiatan Sosial NERACA  Jakarta – PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) (TASPEN)…

Sektor Keuangan Siap Memitigasi Dampak Konflik Timur Tengah

    NERACA Jakarta – Rapat Dewan Komisioner Mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 17 April 2024 menilai stabilitas sektor…

Rupiah Melemah, OJK Diminta Perhatikan Internal Bank

      NERACA Jakarta – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan memandang bahwa…