Oleh: Fauzi Aziz
Pemerhati Ekonomi dan Industri
Diksi untuk menciptakan Indonesia berkemajuan di berbagai bidang ditentukan oleh bagaimana prosesnya dikerjakan guna menghasilkan sebuah prestasi sebagai legitimasi. Kita mengenal satu panduan kerja secara konvensional yang hingga kini tidak berubah yaitu mekanisme input > proses > output.
Penulis percaya dengan mekanisme kerja ini untuk dapat menghasilkan sebuah prestasi membanggakan karya anak bangsa di berbagai bidang sebagai wahana untuk mendapatkan legitimasi dengan ukuran apapun baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kita tidak perlu berdebat tentang mekanisme kerja yang berpilar pada kekuatan I-P-O untuk menjadikan Indonesia berkemajuan karena mekanisme tersebut merupakan satu mata rantai nilai yang bersifat inheren. Faktor proses yang benar menjadi faktor kunci dan menentukan untuk menghasilkan output yang berkualitas dan bermakna dalam berbagai aspek kehidupan. .
Namun demikian juga ada faktor lain yang tak kalah penting bahwa kehidupan itu bersifat dinamis sehingga setiap kecerdasan spiritual dan intelektual serta wisdom yang dimiliki setiap individu apapun kedudukannya harus bisa diorganisir untuk selalu bisa menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan sehingga diperlukan satu proses yang bersifat inovatif.
Tantangan paling krusial dalam proses transformasi ekonomi untuk menuju Indonesia berkemajuan di tahun 2045 yang secara material diprediksi akan menghasilkan output 7 triliun dolar AS jelas perlu menghadirkan kekuatan proses yang benar menurut kaidah apapun secara konsisten dan terukur. Tujuannya, agar apa yang kita kerjakan bermanfaat bagi kemanusian dan lingkungannya, bernilai ibadah dan berguna bagi bangsa dan negara serta bagi kepentingan dunia global.
Kekuatan proses yang benar secara makro berada dalam pilar politik, ekonomi, dan budaya Secara mikro akan bersinggungan dengan banyak simpul proses, yakni ada proses perencanaan dan pembangunan, proses kebijakan dan regulasi, proses manajemen dan organisasi, proses teknologi dan inovasi, proses pendidikan dan pembelajaran, proses bisnis, proses marketing of nation dan banyak lagi proses yang harus dilalui , sehingga pembangunan selalu dikatakan sebagai proses yang kompleks.
Semua proses tersebut selalu bersifat dinamis. Kalau ada pendapat bahwa pembangunan sebaiknya berorientasi pada output atau hasil tidaklah salah tapi lebih tepat jika output tersebut dihasilkan melalui sebuah proses yang benar. Sebab kalau tidak demikian, bisa terjebak pada persoalan at all cost, terperangkap diranah pikir dan tindak lebih besar pasak daripada tiang, dan akhirnya boros dalam penggunaan sumber daya, serta bisa bergerak hanya modal nekat.
Lebih dari itu, kemudian kita mendapatkan diskursus untuk selalu melakukan pentahapan dan pembuatan peta jalan serta keberlanjutanya agar tidak terjebak dalam proses yang salah. Perubahan gradual jauh lebih baik daripada melakukan lompatan-lompatan yang tidak terarah.
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…
Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…
Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…