Dorong Starup Unicorn IPO - BEI Tawarkan Melalui Skema Dual Listing

NERACA

Jakarta –Kapitalisasi pasar di bursa bakal tumbuh besar jika beberapa perusahaan starup di Indonesia, khususnya yang unicorn dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dan decacorn atau valuasi sebesar Rp 140 triliun tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka melihat peluang tersebut, pihak BEI terus mendorong perusahaan starup tersebut untuk mencatatkan sahamnya di pasar modal.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, mengutarakan, perusahaan berstatus decacorn bila IPO memang cukup berat bila hanya mengandalkan investor domestik, sehingga opsi dual listing bisa menjadi pilihan bagi perusahaan seperti Gojek, Tokopedia dan Bukalapak.”Mestinya sih kalau melihat daripada listed untuk yang unicorn-unicorn memang kalau di Indonesia saja rasanya sophisticated investor mungkin masih belum. Jadi mau enggak mau ya untuk dilakukan ya dual listing. Jadi enggak di luar tapi di sini juga listing,ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurut Inarno, skema dual listing atau tercatat di dua bursa efek dinilai lebih realistis agar dana hasil IPO bisa diserap investor. Apalagi, beberapa emiten sebelumnya sudah mencatatkan dual listing dan terbilang sukses, sebut saja, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang juga listing di New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE) sejak 1995.

Kemudian ada PT Indosat Tbk (ISAT) listing di NYSE sejak 1994, kendati sudah delisting pada pertengahan 2013. Adapun PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga tercatat di Australian Stock Exchange (ASX). Di Bursa ASX ini, saham Antam diperdagangkan dalam bentuk Chess Depository Interests (CDI) di mana satu CDI mewakili 5 saham. PT Timah Tbk (TINS) juga sempat tercatat di London Stock Exchange (LSE) meskipun menghapus pencatatan sahamnya (delisting) dari pada 12 Oktober 2006.

Dukungan BEI untuk perusahaan starup unicorn di Indonesia listing di pasar modal, rupanya belum direspon serius. Muhammad Fajrin Rasyid, Co-Founder and President Bukalapak pernah bilang, pihaknya belum berniat untuk go public dan terlebih regulasi pasar modal yang kurang memadai untuk mendukung perusahaan starup, khususnya e-commerce, menjadi salah satu alasan enggan melantai di bursa.

Disampaikannya, Bukalapak masih melakukan kajian untuk melantai di bursa saham. Bukalapak memang punya rencana untuk go public, tapi sudah dipikirkan tidak dalam waktu dekat.”Kami masih menganalisis belum ada (IPO) dalam waktu dekat. Kalau bicara mungkin yang mungkin saja. Setahun yang pasti belum,"ujarnya.

Dia menuturkan bisa saja niatan itu terjadi dalam 2-5 tahun ke depan. Namun fokus Bukalapak saat ini adalah memperkuat layanan untuk pelanggan. Hingga saat ini belum ada satu pun perusahaan rintisan berstatus unicorn atau bervaluasi di atas US$ 1 miliar seperti Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak yang mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.

Hal senada juga disampaikan Head of Fintech Tokopedia, Samuel Sentana. Dirinya pernah bilang belum ada niatan IPO karena IPO bukan menjadi target utama bagi Tokopedia. “Kami melihatnya dari Tokopedia sama, di mana visi dan misi kami adalah untuk mengembangkan ekonomi secara digital,”katanya.

Menurutnya, secara garis besar, pihaknya ingin berfokus membesarkan ekosistem yang ada. Salah satunya dengan menyediakan produk reksa dana. Tujuannya agar Tokopedia tidak hanya sebagai tempat jual beli barang, namun juga sebagai tempat untuk investasi.

 

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…