Infrastruktur Demi Masa Depan

Luasnya negara Indonesia ternyata membuat mata dunia melirik ke negeri ini. Coba lihat Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, serta Bali dan Nusa Tenggara, merupakan satu kesatuan wilayah yang tersambung melalui jalur laut, udara maupun darat. Untuk itu, saatnya untuk konektivitas wilayah tersebut layak dibangun infrastruktur yang memadai. Meski aktivitas bisnisnya tidak sebesar Jawa, pembangunan di luar Jawa harus dilaksanakan untuk meningkatkan daya saing di mata investor mancanegara.

Bagaimanapun, pembangunan infrastruktur di luar Jawa sangat penting untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada saatnya nanti konsentrasi penduduk perlu digeser ke luar Jawa. Ini tidak lain melihat betapa besarnya potensi ekonomi khususnya di luar Jawa.

Dengan perspektif inilah kita melihat pembangunan jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 km yang sedang dibangun pemerintah lewat BUMN Karya, yakni PT Hutama Karya (HK). Dengan status yang masih 100% milik negara, PT HK memang diandalkan untuk sepenuhnya melaksanakan penugasan dari pemerintah.

Pemerintah menargetkan, lima tahun akan datang, 2024, Tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 km sudah bisa dioperasikan. Saat ini, ruas tol yang sudah selesai dibangun mencapai 180 km, termasuk 140 km Bakauheni-Terbanggi Besar, Lampung. Total investasi pembangunan Tol Trans Sumatera mencapai Rp 476 triliun.

Trans Sumatera bukan sebuah jalan tol yang lurus dari Banda Aceh ke Bandar Lampung. Namun berkelok menyusuri daerah berbukit dan gunung seperti antara Medan-Sibolga, Medan-Tebing Tinggi, Pekanbaru-Padang, dan Palembang-Bengkulu. Targetnya semua kota besar di Sumatera bisa diakses lewat tol guna memperlancar pergerakan manusia dan barang.

Banyak yang mempertanyakan manfaat Tol Trans Sumatera. Lalu lintas yang masih sepi akan menyulitkan pengembalian investasi. Pembangunan infrastruktur yang terlalu cepat akan membangkrutkan BUMN dan pemerintah. Mereka berpendapat, infrastruktur transportasi darat di Sumatera cukup seperti sekarang. Yang diperlukan adalah perbaikan ruas jalan yang sudah ada.

Pandangan seperti inilah yang membuat Indonesia tertinggal dibanding negara lain, termasuk Malaysia yang pada era 1980-an belajar membuat jalan tol dari Indonesia. Kini, tol mulus sudah membelah Malaysia. Semua kota besar di negeri jiran itu sudah terhubungkan tol.

Lihat China juga sudah maju pesat berkat infrastruktur yang bagus. Setiap kota besar di Negeri Tirai Bambu itu sudah terhubung tol. Apalagi dengan konsep One Belt, One Road  (OBOR) yang diimplementasikan sejak 2013, tol Trans Tiongkok kini menjadi bagian dari jalur darat mulus yang melintasi 65 negara dengan jumlah penduduk 4,4 miliar jiwa.

Belajar dari negara lain, pembangunan ekonomi harus dimulai dari penyediaan infrastruktur atau business follow the infrastructure. Itulah yang terjadi dengan Eropa, AS, Jepang, Korsel, dan RRT. Pemerintah sudah tepat ketika memutuskan untuk membangun infrastruktur terlebih dahulu.

Apalagi sejak memulai pembangunan Tol Trans Sumatera, pemerintah sudah merumuskan sebuah perencanaan komprehensif. Sejumlah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sudah ditetapkan. Di dalam KEK ada kawasan industri yang dekat dengan pelabuhan dan bandara. Ada enam-tujuh KEK untuk menggerakkan perekonomian Sumatera. Itulah tonggak kemajuan ekonomi RI di masa depan.

Dengan kekayaan alam yang besar, Sumatera berpotensi menjadi new engine of Indonesia. Setelah Jawa, Indonesia harus punya mesin pertumbuhan baru dengan dukungan infrastruktur yang memadai, diharapkan Sumatera, selain sebagai penghasil berbagai komoditas, pulau itu cukup padat ketimbang  pulau lainnya. Semoga!

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…