Momentum Kemerdekaan untuk Bersatu Lawan Hoax

 

Oleh: Frengki Fernando, Pemerhati Komunikasi Massa

 

            Membangun adalah salah satu kunci keberhasilan dari suatu negara untuk mencapai kesatuan dan kepemimpinan yang mandiri. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.

            Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

            Beberapa hoax adanya pro dan kontra dalam suatu sudut pandang pendapat orang lain. Bisa saja hoax bersifat mendukung apabila konten untuk lucu-lucuan yang bisa dinikmati pembaca, namun memang lebih banyak kekurangan yang ada pada hoax yang bisa mengakibatkan kerugian untuk masyarakat. Namun, menurut pendapat saya bisa saja judul hoax ini lucu apabila ditafsirkan dalam bentuk cerita standup/anekdot agar penonton bisa ikut dalam suatu judul hoax yang ada pada suatu pementasan. Contohnya, seorang standup comedian memberikan materi mengenai cerita comedian “ jadi, saya pernah pergi jalan-jalan ke sumatera barat menggunakan mobil”, untuk pergi bersama keluarga, diperjalanan saya mendengar suara keras seperti orang menabrak dijalanan, “duarr”, bunyilah suaranya, saya terkejut, ketika saya terbangun di mobil tidak taunya saya hanya mimpi. Hahaha itulah sedikit cerita hoax yang dikategorikan menjadi anekdot.

            Ketika berbicara hoax banyak sumber yang biasa kita dapatkan entah itu dari media cetak, media sosial, media internet dan sebagainya. Tentunya biasanya masyarakat sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik. Apabila kita sering membaca berita mengenai fakta-fakta maka kita akan mendapatkan suatu pengalaman yang nyata. Kemudian apabila kita sering membaca informasi hoax kemudian kita akan mendapatkan pengalaman yang bersifat hoax.

            Sebagai pembuat berita kita meskinya membuat suatu berita yang sesuai dengan kronologis kejadian. Karena biasanya setiap karyawan reporter atau wartawan memiliki tanggung jawab dan hak dalam setiap team yang dibuat menjadi suatu narasi berita.  Biasanya kompetensi wartawan tidak lain adalah melatih kecakapan dalam berbicara langsung dan membuat berita yang cerdas, tuntas, dan lugas. Berbagai verifikasi atas izin yang meski dipenuhi untuk dapat disebarkan menjadi berita yang valid.

            Hoax bisa bersumber dalam bentuk visual seperti gambar meme lucu, iklan, berita update, dan suatu pendapat politik yang mengandung unsure SARA dan RAS. Bentuk tersebut meskinya suatu hal yang meski dihindari dan tidak perlu dipahami. Kita hanya perlu mengetahui dan menyaring dengan mengambil makna apa yang baik dan membuang yang buruk. Hoax bisa saja memunculkan perkara baru, ketidaksalahpahaman, dan informasi yang tidak jelas. Berdasarkan data yang saya dapatkan dari google, temuan isu hoax yang mengalami peningkatan dari Agustus 2018 – Maret 2019.

            Berdasarkan data yang terus meningkat hal ini tentunya harus diperhatikan bahwa hoax terus berada pada konsumsi masyarakat Indonesia. Kita meski menjaga anak muda agar tidak mengkonsumsi suatu berita yang tidak benar. Menurut, Jhon Suller Martin (2013) menyebutkan adanya enam hal yang mengubah perilaku pengguna internet. Yaitu, anda tidak tahu saya (disassosiative anonymity), anda tidak bisa melihat (invisibility), urusan nanti saja (asynchronicity), semua ada di kepala, tidak ada orang lain (solipsistic introjections), bukan dunia nyata, hanya permainan (dissosiative imagination), dan tidak ada otoritas lebih, semua setara (minimalizing authority).

            Pemuda memiliki tiga peran utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Pertama, sebagai generasi penerus yang secara teguh dan konsisten melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya. Kedua, sebagai generasi pengganti untuk menggantikan para generasi tua yang belum mampu mengemban amanat. Ketiga, sebagai generasi pembaharu yang bersungguh-sungguh berjuang mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa.

            Informasi yang menyebar cepat saat ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan berita hoax. Berita hoax dapat tersebar cepat karena tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia yang tinggi, mencapai 132 juta pengguna pada 2016 menurut data dari APJII (Asosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia). Budaya orang Indonesia yang bangga ketika mereka dapat menyebarkan berita pertama kali, baik itu berita benar atau tidak, juga menjadi salah satu sebabnya.

            Saat ini berita hoax sudah dibuat sedemikian rupa menyerupai berita asli, dilengkapi dengan data-data yang seolah-olah itu adalah fakta. Kemunculan berita hoax ini disebabkan ada pihak-pihak ingin membuat situasi menjadi kacau dan mengambil keuntungan dari sana.

            Pemerintah sudah harus mulai serius menangani penyebaran berita hoax ini. Revisi UU ITE yang baru saja berlaku sebenarnya dapat menjadi landasan hukum untuk menjerat tidak hanya pembuat berita hoax, tetapi juga mereka yang menyebarkannya. Namun ancaman pidana ini kurang efisien karena penyebaran berita hoax sudah sangat masif dan dilakukan hampir oleh seluruh masyarakat pengguna internet.

            Media penyebaran berita hoax dilakukan melalui portal-portal berita dan media sosial. Portal berita memproduksi konten hoax dengan beberapa tujuan, antara lain yang paling sering ditemui adalah alasan politik sekaligus ekonomi. Beberapa portal yang ditengarai memproduksi konten berbau hoax punya alasan kuat secara politik untuk mengkritik pemerintah.

            Begitu pula sebaliknya, ada situs yang sengaja memproduksi konten untuk menyerang oposisi. Keduanya mempunyai pembaca loyal masing-masing. Ini sekaligus membuat portal berita banyak diakses dan menghasilkan keuntungan materiil.

            Media sosial, yang banyak dipakai untuk menyebarkannya adalah Facebook dan Twitter. Berita, grafis, dan video hoax disebarkan secara sistematis dan masif lewat akun-akun media sosial.

            Selain media sosial, WhatsApp sering kali juga digunakan sebagai media penyebaran. WhatsApp relatif lebih sulit untuk dipantau karena sifatnya tertutup. Penyebaran lewat WhatsApp ini sangat efektif dan cepat karena modal sosial budaya masyarakat yang gemar berbagi cerita.

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…