Industri Tekstil Lesu - Panasia Indo Resouces Masih Bukukan Rugi

NERACA

Jakarta – Lesunya industri tekstil di paruh pertama tahun ini, tidak hanya dirasakan Duniatex Group yang terlilit masalah likuiditas akibat anak usahanya, PT Delta Dunia Sandang Tekstile (DMDT), gagal membayar bunga dan pokok sindikasi senilai US$ 11 juta pada 10 Juli 2019. Rupanya hal yang sama juga dirasakan PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX).

Berdasarkan laporan keuangan di semester pertama 2019 yang dirilis di Jakarta, kemarin disebutkan perseroan membukukan pendatan usaha senilai Rp 1,34 miliar atau turun 99,33% dibandingkan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp 200,63 miliar. Namun demikian perseroan masih membukukan pendapatan, bila dibandingkan di kuartal pertama tidak membukukan pendapatan usaha.

Pada periode tersebut, perseroan masih membukukan rugi Rp18,74 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan rugi semester I/2018 senilai Rp184,62 miliar. Astiya, Corporate Secretary Panasia Indo Resources menjelaskan, sumber persediaan terjual merupakan persediaan baru. Operasional pabrik perseroan kembali berjalan dengan kapasitas produksi saat ini 16,7% dari kapasitas terpasang unit texturizing.”Unit texturizing sudah berjalan sebagian,"jelasnya.

Perseroan akan mengoptimalkan unit texturizing yang saat ini telah berjalan sebagian untun dapat membukukan penjualan ke depan. Strategi lain yang sedang ditempuh yakni mencari strategic partner untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Perseroan juga berencana melakukan diversifikasi bisnis dengan merintis produk tekstil. Sebagai informasi, perseroan mendapat suspensi dari BEI sejak sesi I perdagangan 29 Mei 2019. Suspensi dilakukan karena perseroan tidak membukukan pendapatan usaha pada kuartal I/2019.

Tahun lalu, laporan keuangan perseroan mendapatkan opini wajar dengan pengecualian oleh auditor karena telah mengalami kerugian berulang sejak tahun-tahun sebelumnya dan melaporkan rugi bersih untuk tahun 2018 sebesar Rp229,99 miliar yang mengakibatkan defisit sebesar Rp1,79 triliun pada tanggal 31 Desember 2018. 

Faktor-faktor di atas menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan grup untuk melanjutkan kegiatan usahanya, merealisasikan aset dan menyelesaikan pembayaran kewajiban dalam kegiatan usaha normal serta nilai yang dinyatakan dalam laporan keuangan konsolidasian. Untuk kelangsungan usaha, perusahaan berencana menjual sebagian aset yang kurang produktif. Sebagian dari hasil penjualan akan digunakan untuk modal kerja guna menjalankan unit usaha yang bisa menghasilkan laba yaitu unit twisting, unit spinning, dan unit texturizing. 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…