NERACA
Jakarta – Lesunya bisnis batu bara di paruh pertama tahun ini memberikan sentimen negatif terhadap pencapaian kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Pasalnya, perusahaan tambang ini mengantongi rugi periode berjalan US$26,17 juta pada semester I/2019 atau turun dari priode yang sama tahun lalu US$ 35,4 juta. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (6/8).
Selain itu, perseroan juga membukukan US$292,25 juta atau turun 21,98% secara tahunan dari US$374,61 juta pada semester I/2018. Perseroan juga menjelaskan, beban pokok pendapatan mencapai US$315,01 juta atau turun 1,88% dari priode yang sama tahun lalu sebesar US$321,07 juta. Padahal, pada semester I/2018, Vale Indonesia masih mengantongi laba usaha US$42,18 juta dan laba periode berjalan US$29,38 juta.
Kata Direktur Keuangan Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, produksi tambang perseroan tercatat sebesar 17.631 metrik ton (MT) nikel dalam matte dan penjualan sebesar US$165,8 juta pada kuartal II/2019."Vale membukukan EBITDA sebesar US$28,8 juta pada kuartal II/2019, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan US$4,0 juta pada kuartal I/2019, terutama disebabkan oleh penjualan dan harga realisasi rata-rata yang lebih tinggi dan beban pokok pendapatan per metrik ton nikel dalam matte yang lebih rendah," jelasnya.
Pada kuartal II/2019, harga realisasi rata nikel tercatat US$9.774 per ton, naik dari US$9.117 per ton pada kuartal I/2019. Namun, secara tahunan nilainya menyusut dari US$10.405 per ton pada semester I/2018 menjadi US$9.479 per ton pada semester I/2019. Akibat turunnya harga itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) yang dibukukan pada semester I/2019 anjlok signifikan dari US$109,3 juta pada semester I/2018 menjadi US$32,8 juta.
Dirinya mengungkapkan, selama kuartal dua, perseroan lebih banyak memproduksi dan menjual nikel dalam matte dibandingkan dengan kuartal I/2019 setelah aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan selesai dikerjakan. Disebutkan, produksi nikel dalam matte pada kuartal I/2019 dan kuartal II/2019 masing-masing 13.080 MT dan 17.631 MT. Dengan demikian total produksi Vale Indonesia 30.711 MT pada semester I/2019, lebih rendah dari realisasi semester I/2018 sebanyak 36.034 MT. Tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal senilai US$165 juta atau naik dua kali lipat dari US$83 juta pada 2018. Sebagai sumber pendanaan, sambungnya, perseroan akan menggunakan kas internal.
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…