Laba Telkom Turun Menjadi Rp 10,9 Triliun - Dampak Biaya Operasional Bengkak

NERACA

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi yang positif mampu memberikan dampak bagi kinerja emiten operator telekomuikasi. Namun tidak bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan penurunan laba bersih dari Rp 11,537 triliun menjadi Rp 10,965 triliun di 2011.

Kendatipun demikian, pendapatan perseroan naik 3,8% dari Rp 68, 3 triliun menjadi Rp 71,3 triliun. “Pendapatan Telkom tersebut mencerminkan adanya pertumbuhan positif atas kinerja usaha di tengah-tengah persaingan yang semakin tajam,"kata Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah di Jakarta akhir pekan kemarin.

Selain itu, rasio EBITDA (Earning Before Interests, Taxes, Depreciation and Amortization) pada akhir 2011 tanpa memperhitungkan biaya ekstra sebesar Rp1,57 triliun, mencapai Rp37,35 triliun, tumbuh 1,40% dibanding tahun sebelumnya.

Menurut Direktur Keuangan Telkom Sudiro Asno, kenaikan pendapatan ini disokong oleh pendapatan dari Telkomsel yang mencapai Rp48,73 triliun, naik 6,90 persen dibanding 2010 yang mencapai Rp45,57 triliun sejalan dengan pertumbuhan pelanggan seluler pada 2011 yang mencapai 107 juta, naik 13,8% dibanding 2010.

Selain itu, pendapatan data, internet dan layanan teknologi informasi pada 2011 mencapai Rp23,92 triliun, naik 20,80% dibanding 2010 yang mencapai Rp19,80 triliun. "Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh pendapatan layanan broadband sejalan dengan peningkatan pelanggan Speedy serta Flash dan BlackBerry dari Telkomsel. Melihat kecenderungan layanan data yang terus meningkat, pendapatan yang akan diperoleh dari layanan ini pada waktu mendatang diharapkan akan memberikan kontribusi berarti terhadap pertumbuhan pendapatan Telkom Group," ujar Sudiro Asno.

Di tengah-tengah pertumbuhan bisnis selular dan data, pada 2011 pendapatan telepon tetap masih mengalami penurunan sebesar 10,2% dari Rp12,94 triliun menjadi Rp 11,62 triliun. Penurunan ini terjadi karena kecenderungan gaya hidup atas penggunaan fasilitas telekomunikasi yang lebih mobile, termasuk di negara-negara maju sekalipun.

Pada saat yang sama Telkom juga membukukan biaya ekstra (non-recurring) sekitar Rp1,57 triliun yang terdiri atas biaya non-kas ekstra sebesar Rp779 miliar, yaitu untuk impairment aset sebesar Rp563 miliar dan percepatan depresiasi sarana pendukung serta modernisasi jaringan Telkomsel sebesar Rp216 miliar, biaya kas ekstra sejumlah Rp794 miliar dikeluarkan untuk mendanai program Pensiun Dini (Pendi) sebesar Rp629 miliar yang diikuti oleh 762 karyawan dan penyesuaian kompensasi serta manfaat pensiun karyawan Telkomsel sebesar Rp165 miliar. (didi)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…