akarta – Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 6,3%. Alasannya hingga kini pemerintah belum merealisasikan stimulus perekonomian. Prediksi tersebut meleset dari target awal yakni kisaran 6,7%. “Kami memperkirakan selain inflasi yang naik, memang pertumbuhan akan melambat. Kecuali ada stimulus, perkiraan antara 6,3%-6,5%,” kata Gubernur BI, Darmin Nasution di Jakarta,1/4
Menurut Darmin, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun dari prediksi awal, yakni berkisar 6,7 % menjadi di bawah 6,3%. Pasalnya diperkirakan ada dua skenario terburuk diprediksi akan memukul pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertama dampak psikologis atas demo penolakkan kenaikkan BBM dan masalah stimulus. “Dua faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan kredit sehingga terjadi perlambatan yang cukup signifikan,” tambahnya
Darmin menilai, jika pertumbuhan ekonomi suatu negara melambat maka berdampak pada pertumbuhan kredit. Hal itu dinilai sebagai suatu hal yang wajar terjadi serta merupakan bagian dari dinamika perekonomian. “Kalau pertumbuhan melambat walau sedikit, memang kredit mau tidak mau pasti akan melambat. Tidak mungkin tidak. Tapi ya itu bagian dari dinamika,”tambahnya
Malah, kata mantan Dirjen Pajak, pertumbuhan Indonesia sebenarnya harus sejalan semuanya. Artinya, pertumbuhan kredit tinggi juga akan terpengaruh akibat pergerakan ekonomi yang mengalami perlambatan. “kita tidak perlu pertumbuhan kredit yang sangat tinggi, kalau pertumbuhan ekonomi melambat. Semuanya harus sejalan,” tukasnya
Lebih jauh, Darmin mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan bank sentral, inflasi di bulan Maret 2012 diperkirakan mencapai 0,08%. Sebelumnya, pada Maret 2010 dan 2011 Indonesia berturut-turut mengalami deflasi. Terkait inflasi pada bulan ini, Darmin menuturkan, hal ini dipicu adanya komoditas yang konsisten naik, yakni cabai merah, cabai rawit dan minyak goreng curah.
Terkait ditundanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM, BI memprediksikan tingkat inflasi 2012 akan mencapai 4,3%-4,4%. Darmin menegaskan, untuk mengendalikan inflasi, BI tidak akan membiarkan kelebihan likuiditas di pasar yang memungkinkan orang menggunakan kelebihan likuiditas itu untuk berspekulasi.
Pada awal Maret lalu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI, Difi A. Johansyah sempat mengungkapkan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 akan mencapai 6,5%. Bukan hanya pada semester I saja. Kelanjutan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5% juga akan tercapai pada triwulan II-2012 mendatang. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 6,5% dan akan berlanjut pada triwulan II-2012 meskipun tidak setinggi pertumbuhan di triwulan I-2012. "Pertumbuhan ekonomi didukung masih kuatnya permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi,” terangnya. **maya
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…