Akusisi Exxonmobil, Petrochina Jadi Produsen Minyak Terbesar

NERACA

Beijing - Perusahaan milik negara PetroChina menjadi produsen minyak terbesar di dunia setelah melakukan akuisisi terhadap ExxonMobil. Strategi Petrochina ini untuk mendukung China yang haus energi meningkatkan cadangan minyak strategisnya, di tengah ketidakpastian global di sekitar negara-negara penghasil minyak seperti Iran dan kenaikan harga.

Dalam keterangan media, PetroChina mengatakan, produksi minyaknya mencapai 886,1 juta barel pada 2011, setara dengan sekitar 2,43 juta barel per hari (bph), sementara titan energi Amerika menghasilkan sekitar 2,3 juta barel per hari pada tahun lalu. Ini sebanding dengan 2,35 juta bph untuk PetroChina pada 2010 -- lebih kecil daripada 2,42 juta bph produksi Exxon pada tahun yang sama.

Perusahaan energi itu mengatakan, kenaikan tahun lalu didorong sebagian besar oleh upaya untuk meningkatkan produksi di ladang minyak baru di negara ini. “Indikator pembangunan utama dari ladang minyak yang ada terus meningkat ... yang selanjutnya memperkuat dasar untuk produksi stabil dari ladang minyak yang ada," kata PetroChina dalam sebuah pernyataannya.

Julian Jessop, ekonom komoditas pada Capital Economics, mengatakan berita itu tidak mengejutkan karena pasar minyak AS lebih terfragmentasi daripada di China, dengan lebih banyak produsen saling bersaing.

“Jika Anda melihat total produksi minyak, AS masih cukup jauh sekali, dan menghasilkan sebanyak dua kali lipat China,” jelasnya.

PetroChina memperoleh laba bersih sebesar 132,96 miliar yuan (setara dengan US$ 21 miliar) pada 2011, turun lima persen dari tahun lalu. Angka tersebut jauh di bawah sebuah jajak pendapat Dow Jones terhadap para analis yang rata-rata memperkirakan laba bersih 138,58 miliar yuan. Pendapatan untuk 2011 datang di 2,04 triliun yuan, naik 36,7% dari selama tahun sebelumnya.

Harga minyak telah diperdagangkan sebagian besar di atas US$ 100 per barel dalam beberapa bulan terakhir, karena kekhawatiran atas ketegangan yang sedang berlangsung antara negara-negara Barat dan produsen minyak mentah utama Iran.

Meskipun mengalami perlambatan ekonomi, China yang haus minyak kemungkinan tetap sama. “Sekalipun jika perekonomian melambat, permintaan China mungkin tidak akan turun banyak karena pihaknya mungkin menambah impor minyak mereka untuk menambah cadangan ketimbang digunakan untuk konsumsi saat ini," kata Jessop.

“Jadi tekanan pada perusahaan-perusahaan seperti PetroChina terhadap sumber minyak yang lebih banyak dimanapun mereka akan tetap sangat kuat juga,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…