Ditopang Produk Jamu Herbal - Penjualan Sido Muncul Tumbuh 10,65%

NERACA

Jakarta - Kenaikan penjualan produk jamu herbal dan suplemen menjadi penopang dibalik tumbuhnya kinerja keuangan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2019 yang dirilis di Jakarta, Selasa (23/7 disebutkan, perseroan meraih penjualan sebesar Rp1,41 triliun. Penjualan bersih itu tumbuh 10,65% dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar Rp1,27 triliun. 

Kata Direktur Sido Muncul, Leonard, laba bersih yang melejit ditopang kenaikan penjualan produk jamu herbal dan suplemen yang naik hingga 11,38% secara tahunan. Produk ini memberikan kontribusi terbesar, yakni 66,88% terhadap penjualan. Disampaikannya, segmen jamu herbal dan suplemen memberikan marjin laba kotor yang lebih besar mencapai 65%, dibandingkan dengan segmen makanan dan minuman yang memiliki marjin  32%.

Sementara itu, segmen makanan dan minuman hanya tumbuh 7,48%.  Sementara produk makanan dan minuman memberikan kontribusi terhadap penjualan sebesar 28,61%dan farmasi 4,5%. SIDO itu mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan sebesar 2,1% dari Rp638,46 miliar menjadi Rp651,92 miliar dan pertumbuhan beban penjualan sekitar 8,36% dari Rp171,97 miliar menjadi Rp186,35 miliar.

Namun, laba usaha tetap mampu meningkat hingga 30 persen secara tahunan dari Rp365,08 miliar menjadi Rp474,63 miliar. Adapun laba bersih yang berhasil dikantongi sebesar Rp374,12 miliar pada semester I/2019, naik 28,22% dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp291,77 miliar. Di sisi lain, perseroan memiliki aset senilai total Rp3,27 triliun per 30 Juni 2019, turun 2% dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2018 yang sekitar Rp3,34 triliun. Sementara itu, total liabilitas SIDO tercatat sebesar Rp304,22 miliar dan ekuitas Rp2,97 triliun.  

Menurut Leonard, kinerja positif sepanjang Januari-Juni 2019, mencerminkan strategi perseroan dalam membidik pasar modern, Indonesia Timur dan ekspor berjalan baik. Perseroan juga tengah menjajaki negara lain sebagai pasar ekspor baru, seperti Vietnam dan Myanmar. Destinasi ekspor baru ini diharapkan dapat terealisasi pada awal 2020.”Selain karena jumlah penduduk yang besar, produk Tolak Angin lebih mudah diterima bagi masyarakat Asia," imbuhya. 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…