Sentimen BI Rate Jadi Katalis Positif Sektor Properti

NERACA

Jakarta – Keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate  sebesar 0,25% menjadi 5,75% mendapatkan respon positif dari pelaku pasar modal. Pasalnya, kebijakan ini akan memberikan sentimen positif dalam menggairahkan industri properti.

Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan menjelaskan, penurunan suku bunga BI memang menjadi katalis positif terhadap sektor properti. Namun memang belum akan begitu kuat untuk kinerja di beberapa perusahaan.”Karena dari katalis sebelumnya belum terefleksi dan penurunan suku bunga saat ini pun baru berjalan di tengah tahun. Jadi belum terefleksikan sepenuhnya tahun ini,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dirinya melihat, saham CTRA dan BSDE cukup menarik untuk dilirik. Sebab kedua emiten tersebut memiliki profil developer dengan bauran produk serta landbank yang cukup bervariasi. Rudy menargetkan CTRA di harga Rp 1.310 dan BSDE di level Rp 1.660. Sementara menurut Vice President Research Artha Sekuritas, Frederik Rasali seperti dikutip Kontan menyebutkan, selain saham sektor properti yang layak dikoleksi juga ada saham sektor perbankan.

Penurunan suku bunga akan membuat cost of fund perbankan ikut turun. Sebab dalam waktu empat hingga enam bulan deposito akan cepat menyesuaikan. Sehingga biaya dana alias cost of fund perbankan akan turun terlebih dahulu sebelum pemberian kredit yang baru juga ikut turun.  "Nah ini memberi ruang spread yang lebih tinggi untuk bank. Otomatis net interest margin perbankan jadi lebih positif," ujar dia. 

Dirinya pun mengakui, penurunan suku bunga bisa membuat emiten yang bergerak di sektor properti mencatat peningkatan pendapatan bersih. Frederik menjelaskan dalam melakukan pembangunan, bisnis properti membutuhkan leverage yang cukup tinggi. Utang yang dilakukan sektor ini terdiri dari utang tetap dan mengambang. Dengan penurunan suku bunga acuan, praktis utang mengambang ikut turun. "Ongkos bunga ikut turun otomatis net income bisa meningkat," imbuh dia. 

Selain itu, penurunan suku bunga bisa meningkatkan minat konsumen untuk mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). "Tapi meningkatnya tidak signifikan, itu tergantung daya beli," ujar Frederik. 

Sementara Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, penurunan suku bunga acuan ini disebabkan meredanya tekanan eksternal yang akan membuat defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan 2018. Disampaikannya, berdasarkan kajian hingga Juli 2019, defisit transaksi berjalan tahun ini akan lebih rendah dibanding defisit pada 2018 yang sebesar 2,98% produk domestik bruto.

Namun Perry belum menyebutkan besaran spesifik perkiraan defisit transaksi berjalan 2019 tersebut.
"Defisit transaksi berjalan 2019 akan lebih rendah dibanding 2018 yang hampir menyentuh tiga persen PDB. Kira-kira di rentang 2,5-3,0% PDB," ujar dia.

Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral ini adalah yang pertama kali sejak delapan bulan lalu atau November 2018 ketika suku bunga kebijakan dinaikkan ke level enam persen untuk membendung keluarnya aliran modal asing pada 2018. Secara total, pada 2018, otoritas moneter menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1,75% hingga ke level enam persen.

Dengan pemangkasan suku bunga tersebut, bank sentral juga menurunkan suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) dan bunga penyediaan dana bagi perbankan (lending facility), masing-masing ke lima persen dan 6,5%. Dewan Gubernur Bank Sentral menyatakan keputusan ini merupakan hasil pertimbangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik.

BERITA TERKAIT

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…