Tingkatkan Bisnis, Dividen BUMN Masih Dibawah Target

Neraca

Jakarta – Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sepanjang tahun 2011 cukup mencatatkan kinerja yang kinclong. Pasalnya, mampu membukukan laba Rp 123,502 triliun. Namun pertumbuhan laba tersebut tidak seiring dengan pertumbuhan dividen kepada negara,khususnya perbankan.

Deputi Menteri BUMN Bidang Jasa Parikesit Suprapto mengatakan, penerimaan negara dari dividen (pay out ratio) bank BUMN di bawah 25%. Hal ini menyusul penggenjotan kredit yang dilakukan oleh perbankan pelat merah tersebut."Dividennya di bawah 25%, biar mereka bisa menyalurkan kredit lebih banyak lagi," katanya di Jakarta, Kamis (29/3).

Dia mengharapkan bank BUMN dapat maksimal menyalurkan kredit sehingga minimum CAR (rasio kecukupan modal) bisa dipertahankan pada level 12%. Selain itu, bank BUMN yang fokus pada penyaluran kredit di sektor infrastruktur dapat lebih ditingkatkan.

Dia menambahkan angka ini sejalan dengan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, terutama yang mendorong peningkatan likuiditas. Berdasarkan data Kementerian BUMN, total laba bank BUMN tahun 2011 sebesar Rp34,190 triliun. Artinya apabila pay out ratio dividen bank BUMN sebesar 25%, maka dividen yang disetorkan kepada negara sebesar Rp5,042 triliun.

Sebut saja, Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) BRI telah menyepakati untuk membagikan dividen sekitar Rp3,02 triliun (20%). Parikesit mengakui angka ini sejalan dengan ekspansi usaha yang akan dilakukan BRI pada tahun ini dengan sisa labanya, yakni minimum pertumbuhan kredit 20%.

Sedangkan untuk tiga bank BUMN lainnya seperti Bank Mandiri, BTN, dan BNI, dia enggan memaparkannya."Kita tinggu saja RUPST mereka yang akan diselenggarakan pada April mendatang. Dalam waktu dekat digelar RUPST Bank Mandiri," tutur Parikesit.

Asal tahu saja,pemerintah mencatatkan dari 141 Badan Usaha Milik Negara terdapat 118 BUMN yang membukukan laba sekitar 123,502 triliun, sementara 23 BUMN masih rugi dengan nilai Rp3,236 triliun.

Kata Wakil Menteri BUMN Mahmuddin Yasin, dari 118 BUMN terdapat 61 BUMN membukukan laba sekitar Rp114,82 triliun, terdiri atas 16 BUMN terbuka (Tbk) dengan laba sekitar Rp64,563 triliun dan 45 BUMN non Tbk dengan laba Rp50,257 triliun.

Dari laba 45 BUMN non Tbk ini, penyumbang terbesar adalah Pertamina Persero dan PLN Persero dengan total laba mencapai Rp32,743 triliun.

Selain 61 BUMN, terdapat 10 BUMN yang termasuk dalam kondisi tertentu, namun berhasil mencatatkan laba Rp4,259 triliun. Adapun 10 BUMN kondisi tertentu ini adalah PT Askes Persero, PT Taspen, PT Jamsostek, PT Asuransi ABRI, Perum Jasa Tirta I, Perum Jasa Tirta II, Perum Perhutani, PT Inhutani I, PT Inhutani IV, dan PT Inhutani V.

Laba Rp 1,468 Triliun

Selanjutnya, terdapat 24 BUMN termasuk kondisi sulit dengan capaian laba sebesar Rp1,468 triliun. Adapun 24 BUMN itu adalah PT Perikanan Nusantara, Perum Prasarana Perikanan Samudra, PT PP Berdikari, LKBN Antara, Perum Percetakan Negara Indonesia, PT Industri Sandang Nusantara, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT ASDP, PT KAI, dan PT Pos Indonesia.

Kemudian, PT Hutama Karya, PT Istaka Karya, PT Nindya Karya, Perum Pembangunan Perumahan Nasional, PT Bina Karya, PT Virama Karya, PT Yodya Karya, PT Indra Karya, PT Hotel Indonesia Natour, PT TWC Borobudur, PT Asurnasi Jiwaraya, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Industri Kereta Api, dan PT Balai Pustaka.

Sedangkan 23 BUMN akumulasi rugi, namun pada 2011 mencatatkan laba dengan total Rp2,955 triliun. Mereka adalah PT Garuda Indonesia, PT PANN Multi Finance, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Pelni, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta, PT Jamkrindo, PT Barata Indonesia.

Berikutnya adalah PT Askrindo, PT Perkebunan Nusantara II, PT Pindad, PT Indofarma, PT Garam, PT Reasuransi Umum Indonesia, PT Primissima, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Indah Karya, PT Sarana Karya, PT Perum Damri, PT Brantas Abipraya, PT Amarta Karya, dan Perum Bulog.

Adapun 23 BUMN yang masih rugi antara lain PT PAL Indonesia, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Dirgantara Indonesia, PT PT Danareksa, PT Bahana PUI, PT Perkebunan Nusatara XIV, PT Kertas Leces, PT KKA, PT Djakarta Lloyd, PT Inhutani, PT Industri Soda Indonesia, PT Semen Kupang, dan PTPN XI.

Selain itu, PT Konversi Energi Abadi, PT Industri Gelas, PT Batan Teknologi, PT Survai Udara Penas, PT Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Perum Produksi Film Negara, PT Industri Kapal Indonesia, PT Pradnya Paramita, dan PT Inhutani III."Untuk 10 BUMN kondisi tertentu, 24 BUMN kondisi sulit, serta 23 BUMN rugi tidak akan membagikan dividen," kata Yasin. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…