Manajemen Risiko Berbasis Antropologi

 

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

 

Secara disiplin imu, manajemen risiko yang diterapkan oleh perbankan di Singapura tidak berbeda dengan imu manajemen risiko yang diajarkan di perbankan Indonesia. Namun faktanya memperlihatkan bahwa krisis perbankan acap kali dialami oleh Indonesia sedangkan Singapura boleh dibilang bebas krisis. Pembangunan sistem manajemen risiko tidak akan efektif jika mengabaikan pendekatan antropologi.

Inilah kelemahan pembangunan di Indonesia selama ini. Lihatlah di Bappenas para teknokratnya yang berada pada jajaran pimpinan adalah teknokrat dan teknolog. Tidak ada yang berlatar belakang pendidikan humanism. Padahal pada awal Orde Baru, Ketua Bappenas Widjojo  Nitisatro memiliki para wakil ketua yang berlatar belakang pendidikan humanism. Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai entitas biologis homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya dalam memahami penerapan manajemen risiko.

Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup sehingga mampu menjelaskan mengapa Singapura mampu menerapkan ilmu manajemen risiko lebih baik ketimbang negara-negara lainnya. Sebetulnya antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Pada saat itu kajian antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal. Tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan geografis yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.

Namun demikian dalam perkembangannya, ilmu antropologi kemudian tidak lagi hanya mempelajari kelompok manusia tunggal yang mendiami suatu wilayah geografis yang sama. Manajemen risiko sebagai sebuah disiplin ilmu dalam penerapannya dapat berbeda-beda hasilnya tergantung kepada perbedaan faktor sosial dan budaya. Antropologi sosial merupakan studi yang mempelajari hubungan antara orang-orang dan kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan studi komparasi bagaimana orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-beda.

Antropologi Sosial berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. Antropologi Budaya lebih berhubungan dengan filsafat, literatur atau sastra, dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorang (diri sendiri) dan kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat.

Pemahaman akan antropoligi secara sosial dan budaya sangatlah penting dalam menerapkan disiplin ilmu manajemen risiko di dalam masyarakat karena pada gilirannya penerapan tersebut akan menuntut kepada pemahaman akan antropologi psikologis. Cabang ini terutama memperhatikan cara perkembangan manusia dan enkulturasi dalam kelompok budaya tertentu-dengan sejarah, bahasa, praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-membentuk proses perolehan kognisi, emosi, persepsi, motivasi, dan kesehatan mental. Juga memeriksa tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi, motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk model proses budaya dan sosial.

Karena itu maka mutlak hukumnya untuk kembali kepada kondisi Bappenas di awal Orde Baru yaitu mengurangi teknokrat dan teknolog dalam kepemimpinan lembaga tersebut. Dalam konteks Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, sudah saatnya pejabat tinggi di lembaga tersebut juga ada yang berasal dari disiplin ilmu humanism untuk menjembatani antara ilmu manajemen risiko dan penerapannya. Khususnya untuk OJK dimana para pejabatnya harus menghormati kontrak bisnis yang ada. My word is my bond bukanlah sebuah slogan. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.

Ketidakmampuan dalam menerapkan manajemen risiko bukan berarti seseorang tidak paham akan ilmu manajemen risiko namun lebih disebabkan oleh tidak adanya etika yang baik. Pandangan pendekatan humanisme ini biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia. Pandangan pendekatan lainnya humanisme mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama ketika agama pada hakekatnya menjadi sebuah topeng-topeng yang menipu dalam rangka mencapai kekuasaan.

Teknolog dan teknokrat mungkin saja rajin ke rumah ibadah namun etikanya tidak dapat dijamin lebih baik. Hal ini didukung oleh tingkat korupsi di Indonesia yang secara relatif masih parah ketimbang negara sekuler seperti Singapura. Humanisme ini juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.

Manajemen risiko yang mengabaikan antropologi tidak akan dapat mengubah perilaku masyarakat yang menyimpang yang justru ingin dihilangkan seperti yang terlihat dalam krisis perbankan di Indonesia pada tahun 1997 yang lalu. Mari belajar dari Singapura yang memasukkan pendekatan antropologi dalam penerapan manajemen risikonya.  

 

BERITA TERKAIT

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…

BERITA LAINNYA DI Opini

Indonesia Tidak Akan Utuh Tanpa Kehadiran Papua

    Oleh : Roy Andarek, Mahasiswa Papua Tinggal di Jakarta   Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara…

Masyarakat Optimis Keputusan MK Objektif dan Bebas Intervensi

  Oleh: Badi Santoso, Pemerhati Sosial dan Politik   Masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap proses penyelesaian…

Perang Iran-Israel Bergejolak, Ekonomi RI Tetap On The Track

    Oleh: Ayub Kurniawan, Pengamat Ekonomi Internasional   Perang antara negeri di wilayah Timur Tengah, yakni Iran dengan Israel…