Budi Starch Bagikan Dividen Rp 22,49 Miliar

NERACA

Jakarta - Mengatungi laba bersih tahun lalu tumbuh 17% menjadi Rp48,06 miliar dari tahun sebelumnya Rp41,07 miliar, mendorong PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI) untuk membagikan dividen kepada pemegang saham. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) menyetujui untuk membagikan dividen tunai Rp 22,49 miliar. Adapun besaran dividen payout ratio tersebut setara dengan 46,79% dari laba bersih BUDI sebesar Rp 48,06 miliar. Pemegang saham akan mendapatkan dividen per saham sebesar Rp 5. Selain itu, perusahaan juga menyisihkan Rp 500 juta dari laba bersih tahunan yang ditetapkan sebagai dana cadangan, sedangkan sisanya akan dimasukkan kepada pos saldo laba untuk kegiatan operasional.

Sekadar informasi, pada tahun 2018 silam, BUDI berhasil mencetak pendapatan Rp 2,64 triliun atau naik 5,4% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,51 triliun. Kemudian dari sisi laba bersih, perusahaan berhasil tumbuh 17% menjadi Rp 48,06 miliar. Wakil Presiden Direktur Budi Starch & Sweetener, Sudarmo Tasmin menargetkan, pertumbuhan pendapatan perseroan dipatok sebesar 10% dari tahun lalu. Salah satu pendorongnya adalah dengan mulai membaiknya pasokan singkong yang merupakan bahan dasar produksi tepung tapioka.

Selain itu, diprediksi akan terjadi kenaikan harga jual yang juga akan mendorong pendapatan tumbuh. "Kemungkinan ada pertumbuhan 10% karena di semester kedua singkong akan membaik jadi masih ada harapan pertumbuhan dan harga jual akan lebih baik," kata Sudarmo.

Tahun ini perusahaan memperoleh penambahan kapasiitas produksi untuk produk tapioka dari perusahaan yang baru diakuisisi tahun lalu. Penambahan kapasitas produksi 200 ton/ hari ini menjadikan kapasitas terpasang pabriknya menjadi 885.000 ton/tahun. Sementara itu, tingkat utilisasi dari pabrik ini bergantung pada ketersediaan bahan baku, jika bahan baku melimpah maka utilisasinya bisa mencapai 70% namun jika supply bahan baku melambat, maka utilisasi pabrik bisa turun menjadi hanya 50%.

Menurut dia, produsen tepung Rose Brand ini masih bergantung pada supply singkong dari petani hingga 97%-98% dari total kebutuhan, hanya 2%-3% saja yang dapat dipenuhi dari internal. Adapun tahun ini anggaran perusahaan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 100 miliar yang akan digunakan untuk keperluan maintenance rutin dan sebagian kecil untuk penambahan mesin di pabrik yang baru diakuisisi.

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…