NERACA

Jakarta – Geliat industri angkutan jasa pelayaran seiring dengan meningkatnya harga komoditas di pasar dunia, memberikan dampak terhadap kinerja PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY). Meliat kondisi tersebut, perseroan pada tahun ini lebih optimis bisa mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pasalnya, demand dari segmen komoditas kayu serta alat-alat infrastruktur yang membaik.

Tjahja Tjugiarto, Direktur Utama NELY mengatakan, kinerja tahun ini optimis lebih baik seiring dengan pencapaian kinerja di kuartal pertama yang tumbuh positif sesuai harapan. "Target tahun ini sekitar Rp 280 miliaran sedangkan untuk laba bersih konsolidasian sekitar Rp 68 miliar," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Tengok saja, sampai dengan kuartal I, NELY mencatat pertumbuhan pendapatan 17,98% dari Rp 52,62 miliar menjadi Rp 62,08 miliar. Sedangkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp 10,42 miliar dari sebelumnya Rp 6,92 miliar. Selain mengandalkan komoditas kayu, manajemen juga berharap dari proyek infrastruktur di wilayah timur. Pasalnya, beberapa demand pengangkutan alat-alat kontruksi untuk kebutuhan infrastruktur di timur juga memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan.

Disebutkan, angkutan kayu itu 85%-90%, sisanya itu 10%-15% itu angkutan alat konstruksi dan pasir batu. Kemudian untuk menunjang operasional bisnisnya, perseroan mengalokasikan belanja modal tahun ini sekitar Rp 120 miliar hingga Rp 140 miliar. Jumlah tersebut mayoritas untuk penambahan kapal tongkang dan thugboat.

Perusahaan, lanjut Tjahja akan mendatangkan 4 set kapal tongkang dan tunda tahun ini. Dimana dua set kapal sudah terealisasi di semester I tahun ini dan sisanya di paruh kedua tahun ini. "Dua terakhir itu akan kami beli yang jumbo karena itu harganya 10% lebih mahal. Kami alokasikan sekitar Rp 120 miliar sampai Rp 140 miliar untuk pembelian kapal tahun ini,"ungkapnya.

Untuk  pembelian satu set kapal ukuran 300 feet, menurutnya, perusahaan berinvestasi berkisar Rp 35 miliar sehingga total sampai Mei perusahaan sudah merealisasikan dana belanja modal Rp 70 miliar. Penambahan kapal dilakukan untuk antisipasi demand yang ada khususnya untuk pengangkutan kayu. “Saat ini kami punya kapal tunda totalnya 22 unit, tongkang totalnya 24 unit, ditambah kapal kontainer 1 unit dan tongkang kontainer 1 unit," jelasnya.

Dirinya menjelaskan seluruh armadanya saat ini terutilisasi dengan baik, hanya ada 4 set kapal tongkang dan tunda yang dilakukan dry docking. Sedangkan sisanya melayani kontrak pengangkutan kayu dan batu pasir dengan utilisasi penuh. Kemudian hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) NELY memutuskan membagikan dividen sebesar Rp6,5 per saham. Sehingga nilai total dividen yang dibagikan sebesar Rp15,275 miliar atau 28,85% dari laba bersih tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp52,67 miliar.